Sakit, atau merasa sakit, merupakan salah satu alasan bagi seseorang untuk menunda keberangkatannya naik haji. Setidaknya ada dua bayangan atau pertanyaan yang terbayang.
1. Bagaimana saya bisa melaksanakan ibadah di tanah suci dengan baik jika menderita sakit?
2. Jika uang saya digunakan untuk membayar haji, bagaimana dengan ongkos berobat saya di kemudian hari?
Disadari atau tidak, mungkin ada dari kita yang memiliki anggapan tersebut.
Namun, percaya atau tidak, justru ada pengalaman seorang penderita batu ginjal yang sembuh dari penyakitnya yang bertahun-tahun ketika di tanah suci. Berikut ini merupakan kisah seorang jamaah haji di sebuah kabupaten di Jawa Timur bernama Pak Ahmad (bukan nama sebenarnya).
Pak Ahmad termasuk dalam rombongan haji Tahun 2006 atau 1427 H. Sebelum itu, beliau menderita penyakit kencing batu atau batu ginjal cukup kronis. Beragam upaya medis dan konsumsi obat dokter menjadi menu sehari-hari. Kondisi sakit ini berlangsung cukup lama. Jika kambuh, rasa sakit yang menderanya sangat luar biasa.
Namun, sakit itu bukan menjadi penghalang bagi Pak Ahmad untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Diputuskannya untuk berangkat haji pada tahun 2006 dengan berbekal obat resep dokter. Rasa takut sakitnya kambuh di tanah suci dikalahkan keinginannya yang menggebu untuk menjalankan Rukun Islam kelima di tanah suci.
Dengan diiringi rasa sakit, Pak Ahmad tetap menjalankan aktivitas harian di Masjidil Haram. Jika rasa sakit menyergap, ia pun mengonsumsi obat resep dokter yang dibawanya dari tanah air. Ia tak ingin, rasa sakit itu mengganggu kenikmatannya dalam beribadah.
Suatu saat, ia hendak kembali ke pemondokannya di sektor IV Jawar Taisir setelah beribadah di Masjidil Haram. Namun, rasa sakit karena gangguan ginjalnya kembali kambuh. Ironisnya, obat resep dokter yang telah disiapkan cukup selama di Tanah Suci ternyata sudah habis. Dengan tertatih-tatih ia mencari taksi untuk pulang kembali ke pemondokannya yang berjarak 1,5 km dari Masjidil Haram. Padahal, jika tidak terserang sakit, ia biasa menempuhnya dengan berjalan kaki.
Sesampainya di pemondokan, Pak Ahmad segera ditangani dokter kloter dan perawat medis. Namun, obat untuk kencing batu simpanan kloter tidak tersedia saat itu. Akhirnya, dokter membuatkan resep obat untuk dibeli di apotek rujukan di sekitar sektor Jarwal. Ketua regu dan beberapa teman Pak Ahmad pun berputar untuk mencari obat tersebut.
Sementara menunggu obat datang, Pak Ahmad merintih menahan rasa sakit. Kepanikan pun terjadi ketika beliau mengeluarkan air seni disertai darah yang begitu banyak. Belum berakhir sampai di situ, ketua regu dan teman-temannya yang telah kembali tidak berhasil mendapatkan obat tersebut.
Akhirnya, dengan segala kepasrahan dan keikhlasan atas ujian itu, Pak Ahmad meminum air Zam-Zam yang dibawa dari Masjidil Haram hingga lebih dari 3 liter. Dengan terus berdoa, diminumnya air tersebut hingga tidak mampu meminumnya lagi. Pak Ahmad pun beristirahat di pembaringan sambil terus berdoa dan menahan rasa sakit. Sementara air seni bercampur darah terus keluar.
Setelah 30 menit berlalu, Pah Ahmad minta diantar ke kamar mandi. Dengan tertatih menahan sakit, beliau dipapah oleh rekan-rekannya menuju ke kamar mandi yang terletak di ujung kamar. Selang beberapa saat setelah Pak Ahmad masuk ke dalam kamar mandi, tiba-tiba terdengar suara keras. BLETAAKK..! Seperti suara sesuatu menabrak dinding kamar mandi. Apa yang terjadi?
Subhanallah! Terdengar Pak Ahmad berteriak dari dalam kamar mandi. Teman-temannya yang berada di luar kamar mandi menjadi bingung. Apa yang terjadi?
Beberapa saat kemudian Pak Ahmad keluar sambil berlinangan air mata, tetapi tersenyum bahagia. Adapun tangannya menggenggam batu sebesar jempol kaki orang dewasa. Ya, itulah batu yang menimbulkan suara keras tadi.
“Subhanallah...Allahu Akbar... ,” begitulah ucap Pak Ahmad berkali-kali meneriakkan kalimat thoyyibah sambil menunjukkan batu seukuran jempol kaki itu. Itulah batu ginjal yang selama ini bersarang di ginjalnya selama bertahun-tahun. Di dalam kamar, Pak Ahmad pun bersujud syukur atas karunia dan keajaiban yang beliau rasakan.
Semua teman-temannya yang ada di kamar takjub, merinding, dan tidak bisa berkata apa-apa. Hanya kalimat thayyibah yang terus keluar dari mulut mereka melihat kejadian yang menakjubkan ini. Sejak saat itu, hilang pula rasa sakit yang selalu diderita Pak Ahmad selama ini.
Pak Ahmad pun bercerita bahwa saat mengeluarkan air seni, tiba-tiba terdengan suara yang begitu keras menabrak dinding kamar mandi. Setengah tidak percaya, dicarinya apa yang terlempar tadi. Subhanallah, ternyata batu ginjalnya. Hal menakjubkan selain itu adalah tidak munculnya rasa sakit ketika batu itu keluar.
Itulah keajaiban haji. Itu pula keajaiban air zam-zam yang ada di tanah suci. Semuanya sudah disabdakan lewat lisan Nabi Muhammad saw yang diberkahi.
Dari Abdullah Ibnu Umar r.a, Rasulullah saw bersabda:
“Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang haji dan orang yang umrah, adalah tamu Allah. Dia memanggil mereka, maka mereka pun menjawab (panggilan)-Nya. Dan mereka memohon kepada-Nya, Dia pun memberikan permohonan mereka.” (HR. Ath Thabrani dan Ibnu Hibban)
Disebutkan oleh As Suyuthi dari hadis Ibnu Abbas, dan HR. Al Hakim dan Ad Daruquthni bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Air zam-zam itu berkhasiat sesuai dengan apa yang diniatkan. Jika engkau meminumnya dengan niat meminta kesembuhan maka Allah akan menyembuhkanmu, dan jika engkau meminumnya dengan niat agar dahagamu hilang maka Allah akan menghilangkan dahagamu. Ia adalah galian Jibril dan siraman Allah kepada Ismail.”
Jadi, jangan takut lagi untuk naik haji. Jangan pula rela untuk menunggu berlama-lama. Wujudkan segera niat kita untuk naik haji. Semoga Allah memberkahi. (RA)
Easy Money

Easy Money
Easy Money
Easy Money
Showing posts with label hikmah ibadah haji. Show all posts
Showing posts with label hikmah ibadah haji. Show all posts
20120415
20120129
Ciri Haji Mabrur
Umat muslim yang sedang menunaikan ibadah haji selalu menaruh harapan agar menjadi haji mabrur. Demikian pula halnya dengan keluarga, kerabat dan handai taulan yang ditinggalkan, mereka pun mengucap doa yang sama, semoga yang berangkat haji menjadi haji mabrur.
Menjadi haji mabrur adalah derajat tertinggi bagi yang melaksanakan ibadah haji semata-mata karena Allah. Dan, Allah sudah menjanjikan surga bagi umatnya yang dapat menjadi haji mabrur.
Berhaji memang diwajibkan bagi umat muslim yang mampu. Berhaji sekali adalah wajib. Sedangkan menunaikan ibadah haji yang kedua, ketiga, dan seterusnya adalah ibadah sunnah. Nabi Muhammad SAW bahkan hanya menunaikan ibadah haji satu kali saja.
Adakah ciri seseorang sudah mencapai tingkatan haji Mabrur?
Mengenai hal itu, secara kasat mata tidak ada ciri yang menandakan apakah seseorang sudah mencapai tingkatan haji mabrur atau tidak. Sebab, hal itu adalah penilaian yang sepenuhnya dilakukan oleh Alloh semata. Hanya Alloh yang bisa mengukur kesungguhan niat seseorang saat menunaikan kewajiban berhaji.
Kita sebagai manusia biasa hanya bisa menilai dari perilaku, tindak-tanduk, amal ibadah, dan ucapan dari orang yang sudah berhaji tersebut. Bila setelah menunaikan ibadah haji beliau menjadi tebih takwa, lebih baik cara hidupnya maka Insya Alloh –dan lewat doa kita- beliau menjadi haji yang mabrur.
Sebaliknya, apabila seorang muslim tak menampakkan perubahan berarti dalam beribadah, berperilaku, dan beramal sepulang dari menunaikan ibadah haji, maka sungguh disayangkan. Kemungkinan besar dia jauh dari tingkatan seorang haji mabrur.
Untuk itu, hendaknya hal pertama dan utama yang wajib diingat dan diperhatikan seorang muslim untuk meraih haji mabrur adalah meniatkan hajinya. Katan secara sungguh-sungguh: Ibadah saya ini semata-mata karena Allah, bukan karena tujuan lain! Jauhkan dan hilangkan sama sekali perasaan riya’ (ingin dilihat orang) dan sum'ah (ingin menjadi buah bibir orang).
Jadi, seorang haji mabrur adalah seseorang yang jauh menjadi lebih baik setelah menunaikan ibadah haji. Lebih tekun dalam menjalin hubungan vertikal, dan lebih baik dalam membangun hubungan horisontal.
[ayb@2012]
===== ONH Plus, Umrah
20120118
Malaikat Cinta: Kisah Unik Perjalanan Haji
===== ONH Plus, Umrah
Cerita yang diawali dengan keajaiban si penulis yang awalnya tidak berniat menunaikan ibadah haji berlanjut dengan cerita-cerita seru, unik, inspiratif dibumbui opini cerdas si penulis tentang penyelenggaraan ibadah haji khususnya di Indonesia.
Buku cerita perjalanan ibadah haji yang dibuat dengan kaver yang beda, tanpa gambar masjid, tanpa gambar orang sujud tetapi malah menampilkan deretan bunga nan mencolok mata ini mengalami cetak ulang sebelum satu bulan masuk toko buku. Oleh penulisnya disebut, buku Malaikat Cinta cenderung sebagai buku kemanusiaan ketimbang sebagai buku agama.
Kata Pengantar bercerita tentang dua orang Kristen yang berziarah ke Yerusalem; sedangkan di testimonial, dua sahabat Katolik penulis turut memberikan rekomendasi akan perlunya membaca buku ini.
[ayb2012]
Judul | Malaikat Cinta |
ISBN / EAN | 9789792271164 / 9789792271164 |
Author | Jonih Rahmat |
Publisher | Gramedia Pustaka Utama (GPU) |
Publish | 16 Juni 2011 |
Siapa orang Islam yang tak punya cita-cita pergi haji? Orang-orang di kampung halaman orang tua kami, di pedalaman Sukabumi sana, karena obsesinya untuk pergi haji- kendatipun secara finansial belum tergolong mampu untuk melaksanakan rukun Islam yang kelima ini- rela menggadaikan sawah dan kebunnya, demi cita-cita mulia, pergi haji ke tanah suci. Pelbagai perasaan, seketika berkecamuk dalam hati. Ada suka, tentu saja; tetapi juga haru.
Rupanya, beberapa orang kawan urunan, mengumpulkan uang untuk biaya haji saya. Sebesar itu perhatian kawan-kawan pada saya! Tak mampu saya menahan tetes-tetes air mata. ―Terima kasih atas kebaikan kawan semua, tetapi sementara ini, saya ingin mengonsentrasikan dalam kegiatan-kegiatan sosial dulu, saya menolak dengan halus. Tetapi, ucapan yang tulus dan wajah-wajah yang ikhlas meminta saya untuk menerima tawaran itu.
Cerita yang diawali dengan keajaiban si penulis yang awalnya tidak berniat menunaikan ibadah haji berlanjut dengan cerita-cerita seru, unik, inspiratif dibumbui opini cerdas si penulis tentang penyelenggaraan ibadah haji khususnya di Indonesia.
Buku cerita perjalanan ibadah haji yang dibuat dengan kaver yang beda, tanpa gambar masjid, tanpa gambar orang sujud tetapi malah menampilkan deretan bunga nan mencolok mata ini mengalami cetak ulang sebelum satu bulan masuk toko buku. Oleh penulisnya disebut, buku Malaikat Cinta cenderung sebagai buku kemanusiaan ketimbang sebagai buku agama.
Kata Pengantar bercerita tentang dua orang Kristen yang berziarah ke Yerusalem; sedangkan di testimonial, dua sahabat Katolik penulis turut memberikan rekomendasi akan perlunya membaca buku ini.
[ayb2012]
Subscribe to:
Posts (Atom)
Kata-kata Hikmah..!
Jelang Pemilu, Jangan Golput !
Di Pemilu 2009