Sakit, atau merasa sakit, merupakan salah satu alasan bagi seseorang untuk menunda keberangkatannya naik haji. Setidaknya ada dua bayangan atau pertanyaan yang terbayang.
1. Bagaimana saya bisa melaksanakan ibadah di tanah suci dengan baik jika menderita sakit?
2. Jika uang saya digunakan untuk membayar haji, bagaimana dengan ongkos berobat saya di kemudian hari?
Disadari atau tidak, mungkin ada dari kita yang memiliki anggapan tersebut.
Namun, percaya atau tidak, justru ada pengalaman seorang penderita batu ginjal yang sembuh dari penyakitnya yang bertahun-tahun ketika di tanah suci. Berikut ini merupakan kisah seorang jamaah haji di sebuah kabupaten di Jawa Timur bernama Pak Ahmad (bukan nama sebenarnya).
Pak Ahmad termasuk dalam rombongan haji Tahun 2006 atau 1427 H. Sebelum itu, beliau menderita penyakit kencing batu atau batu ginjal cukup kronis. Beragam upaya medis dan konsumsi obat dokter menjadi menu sehari-hari. Kondisi sakit ini berlangsung cukup lama. Jika kambuh, rasa sakit yang menderanya sangat luar biasa.
Namun, sakit itu bukan menjadi penghalang bagi Pak Ahmad untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Diputuskannya untuk berangkat haji pada tahun 2006 dengan berbekal obat resep dokter. Rasa takut sakitnya kambuh di tanah suci dikalahkan keinginannya yang menggebu untuk menjalankan Rukun Islam kelima di tanah suci.
Dengan diiringi rasa sakit, Pak Ahmad tetap menjalankan aktivitas harian di Masjidil Haram. Jika rasa sakit menyergap, ia pun mengonsumsi obat resep dokter yang dibawanya dari tanah air. Ia tak ingin, rasa sakit itu mengganggu kenikmatannya dalam beribadah.
Suatu saat, ia hendak kembali ke pemondokannya di sektor IV Jawar Taisir setelah beribadah di Masjidil Haram. Namun, rasa sakit karena gangguan ginjalnya kembali kambuh. Ironisnya, obat resep dokter yang telah disiapkan cukup selama di Tanah Suci ternyata sudah habis. Dengan tertatih-tatih ia mencari taksi untuk pulang kembali ke pemondokannya yang berjarak 1,5 km dari Masjidil Haram. Padahal, jika tidak terserang sakit, ia biasa menempuhnya dengan berjalan kaki.
Sesampainya di pemondokan, Pak Ahmad segera ditangani dokter kloter dan perawat medis. Namun, obat untuk kencing batu simpanan kloter tidak tersedia saat itu. Akhirnya, dokter membuatkan resep obat untuk dibeli di apotek rujukan di sekitar sektor Jarwal. Ketua regu dan beberapa teman Pak Ahmad pun berputar untuk mencari obat tersebut.
Sementara menunggu obat datang, Pak Ahmad merintih menahan rasa sakit. Kepanikan pun terjadi ketika beliau mengeluarkan air seni disertai darah yang begitu banyak. Belum berakhir sampai di situ, ketua regu dan teman-temannya yang telah kembali tidak berhasil mendapatkan obat tersebut.
Akhirnya, dengan segala kepasrahan dan keikhlasan atas ujian itu, Pak Ahmad meminum air Zam-Zam yang dibawa dari Masjidil Haram hingga lebih dari 3 liter. Dengan terus berdoa, diminumnya air tersebut hingga tidak mampu meminumnya lagi. Pak Ahmad pun beristirahat di pembaringan sambil terus berdoa dan menahan rasa sakit. Sementara air seni bercampur darah terus keluar.
Setelah 30 menit berlalu, Pah Ahmad minta diantar ke kamar mandi. Dengan tertatih menahan sakit, beliau dipapah oleh rekan-rekannya menuju ke kamar mandi yang terletak di ujung kamar. Selang beberapa saat setelah Pak Ahmad masuk ke dalam kamar mandi, tiba-tiba terdengar suara keras. BLETAAKK..! Seperti suara sesuatu menabrak dinding kamar mandi. Apa yang terjadi?
Subhanallah! Terdengar Pak Ahmad berteriak dari dalam kamar mandi. Teman-temannya yang berada di luar kamar mandi menjadi bingung. Apa yang terjadi?
Beberapa saat kemudian Pak Ahmad keluar sambil berlinangan air mata, tetapi tersenyum bahagia. Adapun tangannya menggenggam batu sebesar jempol kaki orang dewasa. Ya, itulah batu yang menimbulkan suara keras tadi.
“Subhanallah...Allahu Akbar... ,” begitulah ucap Pak Ahmad berkali-kali meneriakkan kalimat thoyyibah sambil menunjukkan batu seukuran jempol kaki itu. Itulah batu ginjal yang selama ini bersarang di ginjalnya selama bertahun-tahun. Di dalam kamar, Pak Ahmad pun bersujud syukur atas karunia dan keajaiban yang beliau rasakan.
Semua teman-temannya yang ada di kamar takjub, merinding, dan tidak bisa berkata apa-apa. Hanya kalimat thayyibah yang terus keluar dari mulut mereka melihat kejadian yang menakjubkan ini. Sejak saat itu, hilang pula rasa sakit yang selalu diderita Pak Ahmad selama ini.
Pak Ahmad pun bercerita bahwa saat mengeluarkan air seni, tiba-tiba terdengan suara yang begitu keras menabrak dinding kamar mandi. Setengah tidak percaya, dicarinya apa yang terlempar tadi. Subhanallah, ternyata batu ginjalnya. Hal menakjubkan selain itu adalah tidak munculnya rasa sakit ketika batu itu keluar.
Itulah keajaiban haji. Itu pula keajaiban air zam-zam yang ada di tanah suci. Semuanya sudah disabdakan lewat lisan Nabi Muhammad saw yang diberkahi.
Dari Abdullah Ibnu Umar r.a, Rasulullah saw bersabda:
“Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang haji dan orang yang umrah, adalah tamu Allah. Dia memanggil mereka, maka mereka pun menjawab (panggilan)-Nya. Dan mereka memohon kepada-Nya, Dia pun memberikan permohonan mereka.” (HR. Ath Thabrani dan Ibnu Hibban)
Disebutkan oleh As Suyuthi dari hadis Ibnu Abbas, dan HR. Al Hakim dan Ad Daruquthni bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Air zam-zam itu berkhasiat sesuai dengan apa yang diniatkan. Jika engkau meminumnya dengan niat meminta kesembuhan maka Allah akan menyembuhkanmu, dan jika engkau meminumnya dengan niat agar dahagamu hilang maka Allah akan menghilangkan dahagamu. Ia adalah galian Jibril dan siraman Allah kepada Ismail.”
Jadi, jangan takut lagi untuk naik haji. Jangan pula rela untuk menunggu berlama-lama. Wujudkan segera niat kita untuk naik haji. Semoga Allah memberkahi. (RA)
Easy Money

Easy Money
Easy Money
Easy Money
Showing posts with label cerita haji. Show all posts
Showing posts with label cerita haji. Show all posts
20120415
20120413
Kembali Naik Haji Berkat Mengaminkan Doa Orang Lain
Mitra haji dan umrah, ada sebuah kisah menarik seputar haji yang dituliskan oleh seorang kompasianer. Kisah ini sedikit berbeda dengan kisah yang banyak kita jumpai. Sangat menarik dan inspiratif, yaitu bagaimana seseorang bisa naik haji justru karena diam-diam mengaminkan doa orang lain yang sedang berdoa.
Kisah ini bermula pada tahun 1998, ketika Pak Dahlan (bukan nama sebenarnya) pergi menunaikan ibadah haji. Ketika itu, Pak Dahlan menunaikan haji atas biaya dinas alias ABIDIN. Wajar memang, apalagi ketika itu beliau sebagai anggota Bintal, yang bertugas menangani pembinaan rohani dan mental para pegawai di salah satu instansi pemerintah.
Nah, pada tahun 1998 itulah beliau mendapatkan pengalaman unik yang sangat berkesan. Ketika sedang beriktikaf di depan Ka’bah karena menunggu waktu shalat, tiba-tiba di depan beliau muncul seorang jamaah yang berdoa dengan suara keras. Jamaah yang masih berpakaian ihram itu berdoa dengan suara bergetar:
“Yaa Allah, Yaa Rabb, aku memohon kepada-Mu dengan sangat dan amat agar aku bisa datang lagi ke rumah-Mu beserta istriku pada tahun 2003. Ya Allah, kabulkanlah permohonanku ini, aamiin.”
Mendengar doa itu, Pak Dahlan yang awalnya terkaget-kaget, seketika ikut mengaminkan doa tersebut. Berharap agar doa jamaah tersebut dikabulkan Allah. Dan...ajaib! Tepat pada tahun 2003, Pak Dahlan kembali menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Jika dua kali naik hajinya yang lalu Cuma seorang diri, tahun 2003 beliau menunaikan ibadah haji berdua, bersama istrinya. Subhanallah...
***
Mitra haji dan umrah, begitu dahsyatnya kekuatan doa bagi seorang muslim. Bukan hanya karena doa itu dilantunkan oleh diri sendiri atau orang yang secara terbuka kita ikuti doanya, sebagaimana doa ketika khutbah Jumat. Bahkan, ketika kita mengaminkan doa itu secara diam-diam. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam hal ini, yaitu pada kisah Pak Dahlan di atas.
1.Kekuatan dan keutamaan doa
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku”. (QS. Al Baqarah: 186)
Diriwayatkan dari shahabat Nu’man bin Basyir ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Do’a adalah ibadah”, kemudian setelah itu beliau membaca ayat “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60) (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrad no.714.
Tentunya, doa akan dikabulkan jika syarat dan adab berdoa kepada Allah terpenuhi.
2.Kehebatan doa jamaah haji
Dari Abdullah Ibnu ‘Umar Radhiallaahu anhu, Rasulullah saw bersabda:
“Orang yang berperang dijalan Allah, orang yang naik haji dan orang yang umrah, adalah tamu Allah. Dia memanggil mereka, maka mereka pun menjawab (panggilan)-Nya dan mereka memohon kepada-Nya. Dia-pun memberikan permohonan mereka.” (HR. Ath Thabrani dan Ibnu Hibban)
3. Doa yang diucapkan kepada seorang muslim tanpa bersamanya atau tanpa diketahuinya
Dari Shafwan bin Abdullah bin Shafwan dari ad Darda, ia berkata: Aku datang ke Syam dan aku mendatangi Abu Darda di rumahnya. Tapi aku tidak menemukannya dan bertemu dengan Ummi Darda. Ia berkata, “Apakah engkau hendak berangkat haji pada tahun ini?” Aku berkata, “Ya.” Ia berkata, “Berdoalah kepada Allah minta kebaikan untuk kami, karena Nabi saw pernah bersabda:
‘Doanya seorang muslim kepada saudaranya yang tidak bersamanya pasti dikabulkan. Di dekat kepalanya ada malaikat yang menjaganya. Setiap kali ia berdoa minta kebaikan untuk saudaranya, malaikat itu berkata, “Amin.” Dan engkau akan mendapatkan yang serupa’.”
Shafwan berkata: Kemudian aku keluar menuju pasar dan bertemu dengan Abu Darda, ia pun berkata sama seperti istrinya. (HR. Muslim)
4.Keutamaan doa di Masjidil Haram dan Ka’bah
Berdoa di depan Ka’bah, insya Allah dikabulkan. Hal ini disebabkan adanya tempat-tempat mustajab untuk berdoa. Sebagaimana kita ketahui, Masjidil Haram merupakan tempat yang sangat utama. Shalat di dalamnya digajnar pahala 100.000 kali shalat di masjid-masjid lainnya.
Adapun Ka’bah sendiri adalah Baitullah (Rumah Allah) yang menjadi kiblat shalat. Terdapat bagian dinding Ka’bah yang disebut dengan Multazam, tempat yang mustajab untuk berdoa. Di samping itu, terdapat pula Hijir Ismail, yang merupakan bagian dari Ka’bah. Hijir Ismail ini juga merupakan salah satu tempat mustajab untuk berdoa.
Dari Ibnu Abbas r.a bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Multazam adalah tempat dikabulkannya doa. Tidak ada satu pun doa seorang hamba di Multazam kecuali akan dikabulkan.” (HR. Ahmad dalam Musnad Imam Ahmad Jilid V, hal. 347).
Diriwayatkan juga dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Tempat di antara sudut Ka’bah dan maqam Ibrahim adalah Multazam. Setiap orang sakit yang berdoa di sana pasti akan sembuh.” (HR. Ahmad dalam Musnad Imam Ahmad Jilid V, hal. 347).
Nah, begitu banyak keutamaan dan manfaat saat beribadah haji di tanah suci. Jika punya rezeki, jangan tunggu lama, segera daftarkan diri untuk berhaji dan bersiap pergi ke tanah suci. (RA)
Kisah ini bermula pada tahun 1998, ketika Pak Dahlan (bukan nama sebenarnya) pergi menunaikan ibadah haji. Ketika itu, Pak Dahlan menunaikan haji atas biaya dinas alias ABIDIN. Wajar memang, apalagi ketika itu beliau sebagai anggota Bintal, yang bertugas menangani pembinaan rohani dan mental para pegawai di salah satu instansi pemerintah.
Nah, pada tahun 1998 itulah beliau mendapatkan pengalaman unik yang sangat berkesan. Ketika sedang beriktikaf di depan Ka’bah karena menunggu waktu shalat, tiba-tiba di depan beliau muncul seorang jamaah yang berdoa dengan suara keras. Jamaah yang masih berpakaian ihram itu berdoa dengan suara bergetar:
“Yaa Allah, Yaa Rabb, aku memohon kepada-Mu dengan sangat dan amat agar aku bisa datang lagi ke rumah-Mu beserta istriku pada tahun 2003. Ya Allah, kabulkanlah permohonanku ini, aamiin.”
Mendengar doa itu, Pak Dahlan yang awalnya terkaget-kaget, seketika ikut mengaminkan doa tersebut. Berharap agar doa jamaah tersebut dikabulkan Allah. Dan...ajaib! Tepat pada tahun 2003, Pak Dahlan kembali menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Jika dua kali naik hajinya yang lalu Cuma seorang diri, tahun 2003 beliau menunaikan ibadah haji berdua, bersama istrinya. Subhanallah...
***
Mitra haji dan umrah, begitu dahsyatnya kekuatan doa bagi seorang muslim. Bukan hanya karena doa itu dilantunkan oleh diri sendiri atau orang yang secara terbuka kita ikuti doanya, sebagaimana doa ketika khutbah Jumat. Bahkan, ketika kita mengaminkan doa itu secara diam-diam. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam hal ini, yaitu pada kisah Pak Dahlan di atas.
1.Kekuatan dan keutamaan doa
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku”. (QS. Al Baqarah: 186)
Diriwayatkan dari shahabat Nu’man bin Basyir ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Do’a adalah ibadah”, kemudian setelah itu beliau membaca ayat “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60) (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrad no.714.
Tentunya, doa akan dikabulkan jika syarat dan adab berdoa kepada Allah terpenuhi.
2.Kehebatan doa jamaah haji
Dari Abdullah Ibnu ‘Umar Radhiallaahu anhu, Rasulullah saw bersabda:
“Orang yang berperang dijalan Allah, orang yang naik haji dan orang yang umrah, adalah tamu Allah. Dia memanggil mereka, maka mereka pun menjawab (panggilan)-Nya dan mereka memohon kepada-Nya. Dia-pun memberikan permohonan mereka.” (HR. Ath Thabrani dan Ibnu Hibban)
3. Doa yang diucapkan kepada seorang muslim tanpa bersamanya atau tanpa diketahuinya
Dari Shafwan bin Abdullah bin Shafwan dari ad Darda, ia berkata: Aku datang ke Syam dan aku mendatangi Abu Darda di rumahnya. Tapi aku tidak menemukannya dan bertemu dengan Ummi Darda. Ia berkata, “Apakah engkau hendak berangkat haji pada tahun ini?” Aku berkata, “Ya.” Ia berkata, “Berdoalah kepada Allah minta kebaikan untuk kami, karena Nabi saw pernah bersabda:
‘Doanya seorang muslim kepada saudaranya yang tidak bersamanya pasti dikabulkan. Di dekat kepalanya ada malaikat yang menjaganya. Setiap kali ia berdoa minta kebaikan untuk saudaranya, malaikat itu berkata, “Amin.” Dan engkau akan mendapatkan yang serupa’.”
Shafwan berkata: Kemudian aku keluar menuju pasar dan bertemu dengan Abu Darda, ia pun berkata sama seperti istrinya. (HR. Muslim)
4.Keutamaan doa di Masjidil Haram dan Ka’bah
Berdoa di depan Ka’bah, insya Allah dikabulkan. Hal ini disebabkan adanya tempat-tempat mustajab untuk berdoa. Sebagaimana kita ketahui, Masjidil Haram merupakan tempat yang sangat utama. Shalat di dalamnya digajnar pahala 100.000 kali shalat di masjid-masjid lainnya.
Adapun Ka’bah sendiri adalah Baitullah (Rumah Allah) yang menjadi kiblat shalat. Terdapat bagian dinding Ka’bah yang disebut dengan Multazam, tempat yang mustajab untuk berdoa. Di samping itu, terdapat pula Hijir Ismail, yang merupakan bagian dari Ka’bah. Hijir Ismail ini juga merupakan salah satu tempat mustajab untuk berdoa.
Dari Ibnu Abbas r.a bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Multazam adalah tempat dikabulkannya doa. Tidak ada satu pun doa seorang hamba di Multazam kecuali akan dikabulkan.” (HR. Ahmad dalam Musnad Imam Ahmad Jilid V, hal. 347).
Diriwayatkan juga dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Tempat di antara sudut Ka’bah dan maqam Ibrahim adalah Multazam. Setiap orang sakit yang berdoa di sana pasti akan sembuh.” (HR. Ahmad dalam Musnad Imam Ahmad Jilid V, hal. 347).
Nah, begitu banyak keutamaan dan manfaat saat beribadah haji di tanah suci. Jika punya rezeki, jangan tunggu lama, segera daftarkan diri untuk berhaji dan bersiap pergi ke tanah suci. (RA)
Labels:
artikel haji,
cerita haji,
naik haji
20120411
Naik Haji karena Berdoa
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku [berdoa kepada-Ku] akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (QS. Al-Mu’min: 60)
“Ya, Allah...Kapan aku mengangkat koperku sendiri?”
Itulah permintaan Ujang, seorang kuli panggul di Bandara Soekarno-Hatta saat mengangkat koper-koper jamaah haji.
Kala itu Bulan Muharram 1424 H. Tepat pada saat para jamaah haji kembali pulang ke tanah air. Sebagai seorang porter (tukang angkut), mengangkat koper adalah pekerjaan sehari-harinya. Namun kali ini, koper yang diangkat bukan sembarang koper. Namun koper milik jamaah haji yang baru saja dibongkar dari pesawat Saudi Airlines.
Setiap kali mengangkat satu koper, Ujang membaca basmallah dan bershalawat kepada Nabi saw. Sudah berpuluh koper diangkatnya, hingga saat memegang gagang sebuah koper terbetik keinginan dan pengaduannya yang kuat di dalam hati, “Ya, Allah, kapan aku mengangkat koperku sendiri seperti ini?”
***
Hari pun berganti. Minggu berganti minggu, bulan berganti bulan. Tepat empat bulan kemudian, terdapat pengumuman pemberian bonus dari perusahaan tempatnya bekerja. Subhanallah...nama Ujang tercantum di antara 17 karyawan yang akan diberangkatkan perusahaan ke tanah suci atas biaya perusahaan. Ujang pun bersujud syukur menyambut berita gembira itu.
Namun, setelah berita gembira itu datang, Ujang tertegun. “Bagaimana dengan Iis, istriku, jika tahu aku hanya berangkat seorang diri tanpa bersamanya?” pikirnya. Memang, selama ini sepasang suami-istri itu selalu berdoa bersama agar diperkenankan berangkat naik haji bersama-sama.
Di sepanjang jalan, Ujang merancang kata-kata yang tepat untuk menyampaikan berita itu. Jangan sampai berita gembira itu justru akan membuat istrinya bersedih. “Semoga tidak ada salah kata yang bisa melukai hati istriku,” harapnya.
Sesampainya di rumah, Ujang segera menemui istrinya. Dengan harap-harap cemas, ia pun menyampaikan kabar kejutan yang diterimanya dari kantor.
“Is, sebelumnya...Akang mau minta maaf sama kamu,” ujar Ujang.
“Emangnya ada apa, Kang?” tanya Iis.
“Akang dapat berita gembira, tapi khawatir kamu malah jadi sedih. Janji ya? Jangan marah, apalagi sedih,” ungkap Ujang hati-hati.
Iis terdiam sambil memandang suaminya dengan wajah bertanya-tanya. Penasaran...
“Begini Is. Akang tadi dapat berita kejutan dari kantor. Katanya Akang akan diberangkatkan naik haji, dibayarin kantor,” lanjut Ujang.
“Alhamdulillah!” seru Iis kegirangan. Segera dipeluknya sang suami dengan erat, “Selamat ya Kang...Kirain berita sedih.”
“Iya Is, memang berita gembira. Tapi Akang takut kamu sedih. Akang nggak bisa ikut bayarin Iis naik haji. Tau sendiri, kan, Akang cuma pegawai kecil. Kalau saja duitnya ada, Akang ingin kita bisa naik haji sama-sama,” ujar Ujang.
Iis memahami kegundahan hati Ujang. Sambil tersenyum ia berujar, “Ya udah, nggak usah dipikirin, Kang. Iis ikhlas kok melepas Akang naik haji. Tapi jangan lupa, doain Iis biar cepat nyusul Akang naik haji.”
Alhamdulillah...Hati Ujang menjadi gembira dan damai rasanya. Apa yang ia khawatirkan rupanya tidak terjadi. “Terima kasih, Ya Allah...”
***
Saat keberangkatan Ujang ke Tanah Suci pun tiba. Banyak para tetangga yang ikut mengantarkan. Sebagaimana lazimnya kebiasaan di kampung, Ujang diantar dilepas dengan azan dan iqamat. Saat shalawat dustur dikumandangkan, banyak orang yang meneteskan air mata, tak terkecuali Ujang. Dipeluknya satu persatu kerabat, tetangga, dan orang yang dikenalnya sambil meminta restu.
Hingga tiba giliran Iis mencium punggung tangan Ujang. Air mata mata keduanya deras mengalir saat berpelukan sebagai tanda perpisahan sementara.
“Kang Ujang, jangan lupa doain Iis di Baitullah, ya. Panggil-panggil nama Iis, insya Allah Iis dan anak-anak ikhlas melepas Akang. Semoga kami semua bisa nyusul berangkat haji dengan doa Kang Ujang,” ujar Iis.
***
Empat puluh dua hari lamanya Ujang menuntaskan hajinya di Mekkah dan Madinah. Kini, ia sudah kembali ke tanah air dan bekerja kembali seperti semula. Meski masih berkutat dengan pekerjaan lamanya, ia kini sudah mendapat gelar Pak haji dari orang-orang yang dikenalnya.
Suatu hari, tanpa sengaja, Iis mengutarakan keinginannya untuk naik haji kepada Ujang. Dengan nada sedih, diungkapkannya kegundahan hatinya yang sudah begitu rindu ingi berkunjung ke Baitullah. Mendengar itu, Ujang pun turut merasakan kerinduan hati Iis. Dengan lembut dihiburnya hati sang istri.
“Is, kamu berhak naik haji seperti halnya orang lain. Tapi, Akang belum punya uang untuk memberangkatkan kamu, Is. Cuma Allah satu-satunya harapan kita. Yuk, sama-sama kita nanti shalat tahajud dan meminta kepada Allah. Jangankan naik haji, minta lebih dari itu pun Dia Maka Kuasa untuk mengabulkan,” ajak Ujang. Iis pun menurut.
Setiap hari mereka berdoa tanpa lelah, terutama Iis. Jika Ujang sedang kecapekan dan tidak bisa bangun malam untuk tahajud, Iis shalat sendiri. Hingga suatu malam, antara tidur dan terjaga, Ujang mendengar Iis berdoa dengan derai air mata. Memohon dengan sangat kasih sayan Allah swt. Dalam hati, Ujang ikut mengaminkan doa istrinya.
***
Hingga suatu pagi, sebuah telepon datang pada saat Ujang hendak berangkat kerja. Ternyata, telepon itu dari kak iparnya yang mencari Iis, istrinya. Diserahkannya gagang telepon pada Iis. Dari jauh, Ujang mengamati istrinya yang tampat terkejut dan tak banyak bicara. Selesai menutup telepon, Iis menangis.
Perasaan Ujang jadi tidak enak. “Jangan-jangan ada yang meninggal,” pikirnya. Didekatilah istrinya dan dirangkulnya.
“Ada apa, Is,” tanya Ujang.
Sambil sesengukan, Iis mengatakan bahwa baru saja kakaknya telepon untuk meminta Isis menemaninya naik haji. Karena suami kaknya tidak bisa menemani, Iis pun diajak naik haji atas biaya kakaknya.
“Alhamdulillah ya Allah..begitu pemurahnya Engkau...”
Mereka pun tersungkur..bersimpuh sujud, syukur atas nikmat yang dib erikan Allah swt kwpada mereka. (RA)
*Cerita ini diadaptasikan dari kisah yang ditulis oleh A. Y. Ibrahim dalam buku 11 Langkah Menuju Kemabruran
“Ya, Allah...Kapan aku mengangkat koperku sendiri?”
Itulah permintaan Ujang, seorang kuli panggul di Bandara Soekarno-Hatta saat mengangkat koper-koper jamaah haji.
Kala itu Bulan Muharram 1424 H. Tepat pada saat para jamaah haji kembali pulang ke tanah air. Sebagai seorang porter (tukang angkut), mengangkat koper adalah pekerjaan sehari-harinya. Namun kali ini, koper yang diangkat bukan sembarang koper. Namun koper milik jamaah haji yang baru saja dibongkar dari pesawat Saudi Airlines.
Setiap kali mengangkat satu koper, Ujang membaca basmallah dan bershalawat kepada Nabi saw. Sudah berpuluh koper diangkatnya, hingga saat memegang gagang sebuah koper terbetik keinginan dan pengaduannya yang kuat di dalam hati, “Ya, Allah, kapan aku mengangkat koperku sendiri seperti ini?”
***
Hari pun berganti. Minggu berganti minggu, bulan berganti bulan. Tepat empat bulan kemudian, terdapat pengumuman pemberian bonus dari perusahaan tempatnya bekerja. Subhanallah...nama Ujang tercantum di antara 17 karyawan yang akan diberangkatkan perusahaan ke tanah suci atas biaya perusahaan. Ujang pun bersujud syukur menyambut berita gembira itu.
Namun, setelah berita gembira itu datang, Ujang tertegun. “Bagaimana dengan Iis, istriku, jika tahu aku hanya berangkat seorang diri tanpa bersamanya?” pikirnya. Memang, selama ini sepasang suami-istri itu selalu berdoa bersama agar diperkenankan berangkat naik haji bersama-sama.
Di sepanjang jalan, Ujang merancang kata-kata yang tepat untuk menyampaikan berita itu. Jangan sampai berita gembira itu justru akan membuat istrinya bersedih. “Semoga tidak ada salah kata yang bisa melukai hati istriku,” harapnya.
Sesampainya di rumah, Ujang segera menemui istrinya. Dengan harap-harap cemas, ia pun menyampaikan kabar kejutan yang diterimanya dari kantor.
“Is, sebelumnya...Akang mau minta maaf sama kamu,” ujar Ujang.
“Emangnya ada apa, Kang?” tanya Iis.
“Akang dapat berita gembira, tapi khawatir kamu malah jadi sedih. Janji ya? Jangan marah, apalagi sedih,” ungkap Ujang hati-hati.
Iis terdiam sambil memandang suaminya dengan wajah bertanya-tanya. Penasaran...
“Begini Is. Akang tadi dapat berita kejutan dari kantor. Katanya Akang akan diberangkatkan naik haji, dibayarin kantor,” lanjut Ujang.
“Alhamdulillah!” seru Iis kegirangan. Segera dipeluknya sang suami dengan erat, “Selamat ya Kang...Kirain berita sedih.”
“Iya Is, memang berita gembira. Tapi Akang takut kamu sedih. Akang nggak bisa ikut bayarin Iis naik haji. Tau sendiri, kan, Akang cuma pegawai kecil. Kalau saja duitnya ada, Akang ingin kita bisa naik haji sama-sama,” ujar Ujang.
Iis memahami kegundahan hati Ujang. Sambil tersenyum ia berujar, “Ya udah, nggak usah dipikirin, Kang. Iis ikhlas kok melepas Akang naik haji. Tapi jangan lupa, doain Iis biar cepat nyusul Akang naik haji.”
Alhamdulillah...Hati Ujang menjadi gembira dan damai rasanya. Apa yang ia khawatirkan rupanya tidak terjadi. “Terima kasih, Ya Allah...”
***
Saat keberangkatan Ujang ke Tanah Suci pun tiba. Banyak para tetangga yang ikut mengantarkan. Sebagaimana lazimnya kebiasaan di kampung, Ujang diantar dilepas dengan azan dan iqamat. Saat shalawat dustur dikumandangkan, banyak orang yang meneteskan air mata, tak terkecuali Ujang. Dipeluknya satu persatu kerabat, tetangga, dan orang yang dikenalnya sambil meminta restu.
Hingga tiba giliran Iis mencium punggung tangan Ujang. Air mata mata keduanya deras mengalir saat berpelukan sebagai tanda perpisahan sementara.
“Kang Ujang, jangan lupa doain Iis di Baitullah, ya. Panggil-panggil nama Iis, insya Allah Iis dan anak-anak ikhlas melepas Akang. Semoga kami semua bisa nyusul berangkat haji dengan doa Kang Ujang,” ujar Iis.
***
Empat puluh dua hari lamanya Ujang menuntaskan hajinya di Mekkah dan Madinah. Kini, ia sudah kembali ke tanah air dan bekerja kembali seperti semula. Meski masih berkutat dengan pekerjaan lamanya, ia kini sudah mendapat gelar Pak haji dari orang-orang yang dikenalnya.
Suatu hari, tanpa sengaja, Iis mengutarakan keinginannya untuk naik haji kepada Ujang. Dengan nada sedih, diungkapkannya kegundahan hatinya yang sudah begitu rindu ingi berkunjung ke Baitullah. Mendengar itu, Ujang pun turut merasakan kerinduan hati Iis. Dengan lembut dihiburnya hati sang istri.
“Is, kamu berhak naik haji seperti halnya orang lain. Tapi, Akang belum punya uang untuk memberangkatkan kamu, Is. Cuma Allah satu-satunya harapan kita. Yuk, sama-sama kita nanti shalat tahajud dan meminta kepada Allah. Jangankan naik haji, minta lebih dari itu pun Dia Maka Kuasa untuk mengabulkan,” ajak Ujang. Iis pun menurut.
Setiap hari mereka berdoa tanpa lelah, terutama Iis. Jika Ujang sedang kecapekan dan tidak bisa bangun malam untuk tahajud, Iis shalat sendiri. Hingga suatu malam, antara tidur dan terjaga, Ujang mendengar Iis berdoa dengan derai air mata. Memohon dengan sangat kasih sayan Allah swt. Dalam hati, Ujang ikut mengaminkan doa istrinya.
***
Hingga suatu pagi, sebuah telepon datang pada saat Ujang hendak berangkat kerja. Ternyata, telepon itu dari kak iparnya yang mencari Iis, istrinya. Diserahkannya gagang telepon pada Iis. Dari jauh, Ujang mengamati istrinya yang tampat terkejut dan tak banyak bicara. Selesai menutup telepon, Iis menangis.
Perasaan Ujang jadi tidak enak. “Jangan-jangan ada yang meninggal,” pikirnya. Didekatilah istrinya dan dirangkulnya.
“Ada apa, Is,” tanya Ujang.
Sambil sesengukan, Iis mengatakan bahwa baru saja kakaknya telepon untuk meminta Isis menemaninya naik haji. Karena suami kaknya tidak bisa menemani, Iis pun diajak naik haji atas biaya kakaknya.
“Alhamdulillah ya Allah..begitu pemurahnya Engkau...”
Mereka pun tersungkur..bersimpuh sujud, syukur atas nikmat yang dib erikan Allah swt kwpada mereka. (RA)
*Cerita ini diadaptasikan dari kisah yang ditulis oleh A. Y. Ibrahim dalam buku 11 Langkah Menuju Kemabruran
Labels:
cerita haji,
kisah haji,
naik haji
20120410
Derita Sakit Ginjal Sembuh di Tanah Suci
Sakit, atau merasa sakit, merupakan salah satu alasan bagi seseorang untuk menunda keberangkatannya naik haji. Setidaknya ada dua bayangan atau pertanyaan yang terbayang.
1. Bagaimana saya bisa melaksanakan ibadah di tanah suci dengan baik jika menderita sakit?
2. Jika uang saya digunakan untuk membayar haji, bagaimana dengan ongkos berobat saya di kemudian hari?
Disadari atau tidak, mungkin ada dari kita yang memiliki anggapan tersebut.
Namun, percaya atau tidak, justru ada pengalaman seorang penderita batu ginjal yang sembuh dari penyakitnya yang bertahun-tahun ketika di tanah suci. Berikut ini merupakan kisah seorang jamaah haji di sebuah kabupaten di Jawa Timur bernama Pak Ahmad (bukan nama sebenarnya).
Pak Ahmad termasuk dalam rombongan haji Tahun 2006 atau 1427 H. Sebelum itu, beliau menderita penyakit kencing batu atau batu ginjal cukup kronis. Beragam upaya medis dan konsumsi obat dokter menjadi menu sehari-hari. Kondisi sakit ini berlangsung cukup lama. Jika kambuh, rasa sakit yang menderanya sangat luar biasa.
Namun, sakit itu bukan menjadi penghalang bagi Pak Ahmad untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Diputuskannya untuk berangkat haji pada tahun 2006 dengan berbekal obat resep dokter. Rasa takut sakitnya kambuh di tanah suci dikalahkan keinginannya yang menggebu untuk menjalankan Rukun Islam kelima di tanah suci.
Dengan diiringi rasa sakit, Pak Ahmad tetap menjalankan aktivitas harian di Masjidil Haram. Jika rasa sakit menyergap, ia pun mengonsumsi obat resep dokter yang dibawanya dari tanah air. Ia tak ingin, rasa sakit itu mengganggu kenikmatannya dalam beribadah.
Suatu saat, ia hendak kembali ke pemondokannya di sektor IV Jawar Taisir setelah beribadah di Masjidil Haram. Namun, rasa sakit karena gangguan ginjalnya kembali kambuh. Ironisnya, obat resep dokter yang telah disiapkan cukup selama di Tanah Suci ternyata sudah habis. Dengan tertatih-tatih ia mencari taksi untuk pulang kembali ke pemondokannya yang berjarak 1,5 km dari Masjidil Haram. Padahal, jika tidak terserang sakit, ia biasa menempuhnya dengan berjalan kaki.
Sesampainya di pemondokan, Pak Ahmad segera ditangani dokter kloter dan perawat medis. Namun, obat untuk kencing batu simpanan kloter tidak tersedia saat itu. Akhirnya, dokter membuatkan resep obat untuk dibeli di apotek rujukan di sekitar sektor Jarwal. Ketua regu dan beberapa teman Pak Ahmad pun berputar untuk mencari obat tersebut.
Sementara menunggu obat datang, Pak Ahmad merintih menahan rasa sakit. Kepanikan pun terjadi ketika beliau mengeluarkan air seni disertai darah yang begitu banyak. Belum berakhir sampai di situ, ketua regu dan teman-temannya yang telah kembali tidak berhasil mendapatkan obat tersebut.
Akhirnya, dengan segala kepasrahan dan keikhlasan atas ujian itu, Pak Ahmad meminum air Zam-Zam yang dibawa dari Masjidil Haram hingga lebih dari 3 liter. Dengan terus berdoa, diminumnya air tersebut hingga tidak mampu meminumnya lagi. Pak Ahmad pun beristirahat di pembaringan sambil terus berdoa dan menahan rasa sakit. Sementara air seni bercampur darah terus keluar.
Setelah 30 menit berlalu, Pah Ahmad minta diantar ke kamar mandi. Dengan tertatih menahan sakit, beliau dipapah oleh rekan-rekannya menuju ke kamar mandi yang terletak di ujung kamar. Selang beberapa saat setelah Pak Ahmad masuk ke dalam kamar mandi, tiba-tiba terdengar suara keras. BLETAAKK..! Seperti suara sesuatu menabrak dinding kamar mandi. Apa yang terjadi?
Subhanallah! Terdengar Pak Ahmad berteriak dari dalam kamar mandi. Teman-temannya yang berada di luar kamar mandi menjadi bingung. Apa yang terjadi?
Beberapa saat kemudian Pak Ahmad keluar sambil berlinangan air mata, tetapi tersenyum bahagia. Adapun tangannya menggenggam batu sebesar jempol kaki orang dewasa. Ya, itulah batu yang menimbulkan suara keras tadi.
“Subhanallah...Allahu Akbar... ,” begitulah ucap Pak Ahmad berkali-kali meneriakkan kalimat thoyyibah sambil menunjukkan batu seukuran jempol kaki itu. Itulah batu ginjal yang selama ini bersarang di ginjalnya selama bertahun-tahun. Di dalam kamar, Pak Ahmad pun bersujud syukur atas karunia dan keajaiban yang beliau rasakan.
Semua teman-temannya yang ada di kamar takjub, merinding, dan tidak bisa berkata apa-apa. Hanya kalimat thayyibah yang terus keluar dari mulut mereka melihat kejadian yang menakjubkan ini. Sejak saat itu, hilang pula rasa sakit yang selalu diderita Pak Ahmad selama ini.
Pak Ahmad pun bercerita bahwa saat mengeluarkan air seni, tiba-tiba terdengan suara yang begitu keras menabrak dinding kamar mandi. Setengah tidak percaya, dicarinya apa yang terlempar tadi. Subhanallah, ternyata batu ginjalnya. Hal menakjubkan selain itu adalah tidak munculnya rasa sakit ketika batu itu keluar.
Itulah keajaiban haji. Itu pula keajaiban air zam-zam yang ada di tanah suci. Semuanya sudah disabdakan lewat lisan Nabi Muhammad saw yang diberkahi.
Dari Abdullah Ibnu Umar r.a, Rasulullah saw bersabda:
“Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang haji dan orang yang umrah, adalah tamu Allah. Dia memanggil mereka, maka mereka pun menjawab (panggilan)-Nya. Dan mereka memohon kepada-Nya, Dia pun memberikan permohonan mereka.” (HR. Ath Thabrani dan Ibnu Hibban)
Disebutkan oleh As Suyuthi dari hadis Ibnu Abbas, dan HR. Al Hakim dan Ad Daruquthni bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Air zam-zam itu berkhasiat sesuai dengan apa yang diniatkan. Jika engkau meminumnya dengan niat meminta kesembuhan maka Allah akan menyembuhkanmu, dan jika engkau meminumnya dengan niat agar dahagamu hilang maka Allah akan menghilangkan dahagamu. Ia adalah galian Jibril dan siraman Allah kepada Ismail.”
Jadi, jangan takut lagi untuk naik haji. Jangan pula rela untuk menunggu berlama-lama. Wujudkan segera niat kita untuk naik haji. Semoga Allah memberkahi. (RA)
1. Bagaimana saya bisa melaksanakan ibadah di tanah suci dengan baik jika menderita sakit?
2. Jika uang saya digunakan untuk membayar haji, bagaimana dengan ongkos berobat saya di kemudian hari?
Disadari atau tidak, mungkin ada dari kita yang memiliki anggapan tersebut.
Namun, percaya atau tidak, justru ada pengalaman seorang penderita batu ginjal yang sembuh dari penyakitnya yang bertahun-tahun ketika di tanah suci. Berikut ini merupakan kisah seorang jamaah haji di sebuah kabupaten di Jawa Timur bernama Pak Ahmad (bukan nama sebenarnya).
Pak Ahmad termasuk dalam rombongan haji Tahun 2006 atau 1427 H. Sebelum itu, beliau menderita penyakit kencing batu atau batu ginjal cukup kronis. Beragam upaya medis dan konsumsi obat dokter menjadi menu sehari-hari. Kondisi sakit ini berlangsung cukup lama. Jika kambuh, rasa sakit yang menderanya sangat luar biasa.
Namun, sakit itu bukan menjadi penghalang bagi Pak Ahmad untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Diputuskannya untuk berangkat haji pada tahun 2006 dengan berbekal obat resep dokter. Rasa takut sakitnya kambuh di tanah suci dikalahkan keinginannya yang menggebu untuk menjalankan Rukun Islam kelima di tanah suci.
Dengan diiringi rasa sakit, Pak Ahmad tetap menjalankan aktivitas harian di Masjidil Haram. Jika rasa sakit menyergap, ia pun mengonsumsi obat resep dokter yang dibawanya dari tanah air. Ia tak ingin, rasa sakit itu mengganggu kenikmatannya dalam beribadah.
Suatu saat, ia hendak kembali ke pemondokannya di sektor IV Jawar Taisir setelah beribadah di Masjidil Haram. Namun, rasa sakit karena gangguan ginjalnya kembali kambuh. Ironisnya, obat resep dokter yang telah disiapkan cukup selama di Tanah Suci ternyata sudah habis. Dengan tertatih-tatih ia mencari taksi untuk pulang kembali ke pemondokannya yang berjarak 1,5 km dari Masjidil Haram. Padahal, jika tidak terserang sakit, ia biasa menempuhnya dengan berjalan kaki.
Sesampainya di pemondokan, Pak Ahmad segera ditangani dokter kloter dan perawat medis. Namun, obat untuk kencing batu simpanan kloter tidak tersedia saat itu. Akhirnya, dokter membuatkan resep obat untuk dibeli di apotek rujukan di sekitar sektor Jarwal. Ketua regu dan beberapa teman Pak Ahmad pun berputar untuk mencari obat tersebut.
Sementara menunggu obat datang, Pak Ahmad merintih menahan rasa sakit. Kepanikan pun terjadi ketika beliau mengeluarkan air seni disertai darah yang begitu banyak. Belum berakhir sampai di situ, ketua regu dan teman-temannya yang telah kembali tidak berhasil mendapatkan obat tersebut.
Akhirnya, dengan segala kepasrahan dan keikhlasan atas ujian itu, Pak Ahmad meminum air Zam-Zam yang dibawa dari Masjidil Haram hingga lebih dari 3 liter. Dengan terus berdoa, diminumnya air tersebut hingga tidak mampu meminumnya lagi. Pak Ahmad pun beristirahat di pembaringan sambil terus berdoa dan menahan rasa sakit. Sementara air seni bercampur darah terus keluar.
Setelah 30 menit berlalu, Pah Ahmad minta diantar ke kamar mandi. Dengan tertatih menahan sakit, beliau dipapah oleh rekan-rekannya menuju ke kamar mandi yang terletak di ujung kamar. Selang beberapa saat setelah Pak Ahmad masuk ke dalam kamar mandi, tiba-tiba terdengar suara keras. BLETAAKK..! Seperti suara sesuatu menabrak dinding kamar mandi. Apa yang terjadi?
Subhanallah! Terdengar Pak Ahmad berteriak dari dalam kamar mandi. Teman-temannya yang berada di luar kamar mandi menjadi bingung. Apa yang terjadi?
Beberapa saat kemudian Pak Ahmad keluar sambil berlinangan air mata, tetapi tersenyum bahagia. Adapun tangannya menggenggam batu sebesar jempol kaki orang dewasa. Ya, itulah batu yang menimbulkan suara keras tadi.
“Subhanallah...Allahu Akbar... ,” begitulah ucap Pak Ahmad berkali-kali meneriakkan kalimat thoyyibah sambil menunjukkan batu seukuran jempol kaki itu. Itulah batu ginjal yang selama ini bersarang di ginjalnya selama bertahun-tahun. Di dalam kamar, Pak Ahmad pun bersujud syukur atas karunia dan keajaiban yang beliau rasakan.
Semua teman-temannya yang ada di kamar takjub, merinding, dan tidak bisa berkata apa-apa. Hanya kalimat thayyibah yang terus keluar dari mulut mereka melihat kejadian yang menakjubkan ini. Sejak saat itu, hilang pula rasa sakit yang selalu diderita Pak Ahmad selama ini.
Pak Ahmad pun bercerita bahwa saat mengeluarkan air seni, tiba-tiba terdengan suara yang begitu keras menabrak dinding kamar mandi. Setengah tidak percaya, dicarinya apa yang terlempar tadi. Subhanallah, ternyata batu ginjalnya. Hal menakjubkan selain itu adalah tidak munculnya rasa sakit ketika batu itu keluar.
Itulah keajaiban haji. Itu pula keajaiban air zam-zam yang ada di tanah suci. Semuanya sudah disabdakan lewat lisan Nabi Muhammad saw yang diberkahi.
Dari Abdullah Ibnu Umar r.a, Rasulullah saw bersabda:
“Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang haji dan orang yang umrah, adalah tamu Allah. Dia memanggil mereka, maka mereka pun menjawab (panggilan)-Nya. Dan mereka memohon kepada-Nya, Dia pun memberikan permohonan mereka.” (HR. Ath Thabrani dan Ibnu Hibban)
Disebutkan oleh As Suyuthi dari hadis Ibnu Abbas, dan HR. Al Hakim dan Ad Daruquthni bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Air zam-zam itu berkhasiat sesuai dengan apa yang diniatkan. Jika engkau meminumnya dengan niat meminta kesembuhan maka Allah akan menyembuhkanmu, dan jika engkau meminumnya dengan niat agar dahagamu hilang maka Allah akan menghilangkan dahagamu. Ia adalah galian Jibril dan siraman Allah kepada Ismail.”
Jadi, jangan takut lagi untuk naik haji. Jangan pula rela untuk menunggu berlama-lama. Wujudkan segera niat kita untuk naik haji. Semoga Allah memberkahi. (RA)
Labels:
cerita haji,
kisah haji
Naik Haji Berkat Doa Mertua
Jangan pernah remehkan doa orang lain kepada kita. Apalagi doa mertua. Nah, artikel kali ini mengangkat sebuah kisah nyata yang diadaptasikan dari seorang kompasianer yang menuliskan pengalaman hajinya di Kompasiana.
Memang, bicara tentang rezeki dari Allah itu memang tidak terduga. Ada yang mendapatkannya dengan jalan yang sulit, adapula yang mendapatkannya dengan jalan yang sangat mudah. Ada yang mendapatkannya sesuai target dan rencana, ada pula yang mendapatkannya secara tidak terduga. Termasuk mendapakan rezeki untuk naik haji.
Berbicara tentang rezeki untuk naik haji bisa beragam cara mendapatkannya. Setiap jemaah haji pasti punya kisahnya masing-masing. Ada yang menjual tanah dan sawahnya. Ada yang mengumpulkan dana tabungan selama bertahun-tahun. Ada yang dinaikkan haji oleh kantornya. Ada pula yang ketiban rezeki, diajak naik haji bersama tanpa keluar modal. Nah, berikut kisah Saiful (bukan nama sebenarnya) bersama istrinya berangkat naik haji bersama ibu mertua pada tahun 2005.
Sebenarnya, Saiful bukan termasuk orang yang biasa saja. Buktinya, ia bisa melanjutkan S2-nya di sana. Walaupun biaya kuliahnya berasal dari beasiswa. Bahkan, ia bisa memboyong sang istri untuk menemaninya di sana.
Awal ceritanya memang cukup menarik. Dimulai saat Saiful mengikuti sebuah seminar tentang perencanaan karir pada tahun 1995 di tempat kuliahnya. Ketika itu, ia menuliskan dalam My Map of Life (Peta Hidup Saya), di antaranya akan berangkat haji ketika berumur 45 tahun. Mengapa 45 tahun? Karena pada bayangannya, orang yang naik haji itu tentu orang yang sudah mapan secara finansial, sudah punya rumah, punya mobil Innova, dan punya banyak waktu luang. Ya, setidaknya pada umur 45 tahun. Namun, kenyataannya?
Kenyataannya justru berbeda. Ia bisa naik haji 15 tahun lebih cepat! Ya, tepatnya pada saat umurnya baru 30 tahun. Yang dia rasakan, bukan setelah ia punya rumah, mobil, atau pun pekerjaan yang mapan. Anugrah haji itu justru didapatkan dari usahanya bersama istri dari usaha sampingan menjadi cleaning service dan tukang cabut rumput! Di sinilah ia merasakan bahwa doa sang mertua begitu berarti. Bahkan ia beranggapan bahwa karena doa mertuanyalah, Allah mengijinkannya pergi berhaji bersama Istri.
Saat itu tahun 2005, ketika ONH reguler untuk satu orang berkisar 20 juta rupiah. Datang kabar via telepon dari ibu mertua bahwa tidak bisa berhaji tahun depan (2004) bersama-sama kawan sekampungnya, wating list karena telat bayar. Padahal, ketika itu usia beliau sudah mencapai 70 tahun sehingga membutuhkan pendamping. Saiful pun tak mengerti, atas pertimbangan apa ibu mertuanya meminta mereka berdua menemaninya. Padahal, banyak saudara lain yang lebih mampu.
Tidak ingin mengecewakan ibu mertuanya, Saiful pun berembug dengan istrinya. “Dik, kita tidak punya dana, tapi coba kita kerja apa saja yang bisa dapatkan uang. Kalau nggak cukup untuk berdua, Adik saja yang temani ibu naik haji,” kata Saiful. Istrinya pun menyanggupi.
Sejak itu, mulailah mereka mencari pekerjaan apa saja yang bisa dilakukan, asal halal. Istri Saiful bekerja di sebuah restoran Indonesia. Sementara Saiful bekerja menjadi cleaning service di dua perusahaan yang berbeda. Pagi hari berangkat bekerja, sepulang kuliah dilanjutkan lagi. Bahkan terkadang hingga tengah malam. Jika liburan tiba, Saiful mencari pekerjaan tambahan seperti menjadi tukang cabut rumput di nursery (tempat pembibitan), memetik buah cherry, memanen dan menyortir kentang, hingga mengumpulkan dan menjual botol bekas. Hal baru yang membuat seru aktivitasnya selama di Australia.
Dari sekian banyak aktivitasnya, pekerjaan mencabut merupakan aktivitas yang sangat berkesan bagi Saiful. Nursery ini memiliki luas 1 km persegi dan terletak jauh dari kota. Di dalamnya terdapat berbagai macam tanaman, mulai dari bunga-bungaan sampai pohon-pohonan. Ada bunga “po siploh” hingga mawar berduri. Ada pula bibit anggur sampai pohon apel. Di sinilah Saiful menghaniskan liburannya dengan menjadi tukang cabut rumput.
Sehari-hari, Saiful berangkat jam delapan pagi dan pulang jam 6 sore. Untuk mencabuti rumput, ia harus merangkak di bawah sela-sela batang dan ranting bibit pepohonan. Saat paling berat adalah ketika membersihkan rumput di bawah pohon mawar yang berduri. Badan pun menjadi bulan-bulanan duri batang mawar. Berat...sampai pinggang terasa pegal dan jemari tangan serasa tiada berasa lagi.
Esoknya, jemari tangan serasa kaku. Pelan-pelan, jemari tangan diurut dengan minyak zaitun sampai rasa kaku hilang dan siap digunakan kembali. Demikian seterusnya sampai dalam waktu satu bulan tersebut kami sudah mengumpulkan setengah dari dana haji. Pada masa penyetoran dana haji, kami sudah mengumpulkan uang sebesar 6000 dolar atau setara dengan 40 juta rupiah! Dengan uang sebanyak itu, kami berdua bisa berangkat bersama menemani ibu mertua naik haji. Subhanallah, maha suci Allah. Mungkin, jika tidak diajak menemani ibu mertua naik haji, bisa jadi Saiful naik haji di umur 45. Berkat doa mertuanya pula mereka bisa pergi menuanaikan haji bersama sekeluarga. Alhamdulillah...(RA)
Memang, bicara tentang rezeki dari Allah itu memang tidak terduga. Ada yang mendapatkannya dengan jalan yang sulit, adapula yang mendapatkannya dengan jalan yang sangat mudah. Ada yang mendapatkannya sesuai target dan rencana, ada pula yang mendapatkannya secara tidak terduga. Termasuk mendapakan rezeki untuk naik haji.
Berbicara tentang rezeki untuk naik haji bisa beragam cara mendapatkannya. Setiap jemaah haji pasti punya kisahnya masing-masing. Ada yang menjual tanah dan sawahnya. Ada yang mengumpulkan dana tabungan selama bertahun-tahun. Ada yang dinaikkan haji oleh kantornya. Ada pula yang ketiban rezeki, diajak naik haji bersama tanpa keluar modal. Nah, berikut kisah Saiful (bukan nama sebenarnya) bersama istrinya berangkat naik haji bersama ibu mertua pada tahun 2005.
Sebenarnya, Saiful bukan termasuk orang yang biasa saja. Buktinya, ia bisa melanjutkan S2-nya di sana. Walaupun biaya kuliahnya berasal dari beasiswa. Bahkan, ia bisa memboyong sang istri untuk menemaninya di sana.
Awal ceritanya memang cukup menarik. Dimulai saat Saiful mengikuti sebuah seminar tentang perencanaan karir pada tahun 1995 di tempat kuliahnya. Ketika itu, ia menuliskan dalam My Map of Life (Peta Hidup Saya), di antaranya akan berangkat haji ketika berumur 45 tahun. Mengapa 45 tahun? Karena pada bayangannya, orang yang naik haji itu tentu orang yang sudah mapan secara finansial, sudah punya rumah, punya mobil Innova, dan punya banyak waktu luang. Ya, setidaknya pada umur 45 tahun. Namun, kenyataannya?
Kenyataannya justru berbeda. Ia bisa naik haji 15 tahun lebih cepat! Ya, tepatnya pada saat umurnya baru 30 tahun. Yang dia rasakan, bukan setelah ia punya rumah, mobil, atau pun pekerjaan yang mapan. Anugrah haji itu justru didapatkan dari usahanya bersama istri dari usaha sampingan menjadi cleaning service dan tukang cabut rumput! Di sinilah ia merasakan bahwa doa sang mertua begitu berarti. Bahkan ia beranggapan bahwa karena doa mertuanyalah, Allah mengijinkannya pergi berhaji bersama Istri.
Saat itu tahun 2005, ketika ONH reguler untuk satu orang berkisar 20 juta rupiah. Datang kabar via telepon dari ibu mertua bahwa tidak bisa berhaji tahun depan (2004) bersama-sama kawan sekampungnya, wating list karena telat bayar. Padahal, ketika itu usia beliau sudah mencapai 70 tahun sehingga membutuhkan pendamping. Saiful pun tak mengerti, atas pertimbangan apa ibu mertuanya meminta mereka berdua menemaninya. Padahal, banyak saudara lain yang lebih mampu.
Tidak ingin mengecewakan ibu mertuanya, Saiful pun berembug dengan istrinya. “Dik, kita tidak punya dana, tapi coba kita kerja apa saja yang bisa dapatkan uang. Kalau nggak cukup untuk berdua, Adik saja yang temani ibu naik haji,” kata Saiful. Istrinya pun menyanggupi.
Sejak itu, mulailah mereka mencari pekerjaan apa saja yang bisa dilakukan, asal halal. Istri Saiful bekerja di sebuah restoran Indonesia. Sementara Saiful bekerja menjadi cleaning service di dua perusahaan yang berbeda. Pagi hari berangkat bekerja, sepulang kuliah dilanjutkan lagi. Bahkan terkadang hingga tengah malam. Jika liburan tiba, Saiful mencari pekerjaan tambahan seperti menjadi tukang cabut rumput di nursery (tempat pembibitan), memetik buah cherry, memanen dan menyortir kentang, hingga mengumpulkan dan menjual botol bekas. Hal baru yang membuat seru aktivitasnya selama di Australia.
Dari sekian banyak aktivitasnya, pekerjaan mencabut merupakan aktivitas yang sangat berkesan bagi Saiful. Nursery ini memiliki luas 1 km persegi dan terletak jauh dari kota. Di dalamnya terdapat berbagai macam tanaman, mulai dari bunga-bungaan sampai pohon-pohonan. Ada bunga “po siploh” hingga mawar berduri. Ada pula bibit anggur sampai pohon apel. Di sinilah Saiful menghaniskan liburannya dengan menjadi tukang cabut rumput.
Sehari-hari, Saiful berangkat jam delapan pagi dan pulang jam 6 sore. Untuk mencabuti rumput, ia harus merangkak di bawah sela-sela batang dan ranting bibit pepohonan. Saat paling berat adalah ketika membersihkan rumput di bawah pohon mawar yang berduri. Badan pun menjadi bulan-bulanan duri batang mawar. Berat...sampai pinggang terasa pegal dan jemari tangan serasa tiada berasa lagi.
Esoknya, jemari tangan serasa kaku. Pelan-pelan, jemari tangan diurut dengan minyak zaitun sampai rasa kaku hilang dan siap digunakan kembali. Demikian seterusnya sampai dalam waktu satu bulan tersebut kami sudah mengumpulkan setengah dari dana haji. Pada masa penyetoran dana haji, kami sudah mengumpulkan uang sebesar 6000 dolar atau setara dengan 40 juta rupiah! Dengan uang sebanyak itu, kami berdua bisa berangkat bersama menemani ibu mertua naik haji. Subhanallah, maha suci Allah. Mungkin, jika tidak diajak menemani ibu mertua naik haji, bisa jadi Saiful naik haji di umur 45. Berkat doa mertuanya pula mereka bisa pergi menuanaikan haji bersama sekeluarga. Alhamdulillah...(RA)
Labels:
cerita haji,
kisah haji
20120330
Berkat Sedekah, Sekuriti Naik Haji-kan Ibunya
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki), dan kepadaNyalah kamu dikembalikan.” (Al-Baqarah[2]: 245).
Tak heran jika banyak orang menjadikan sedekah sebagai amalan untuk meraih hajat yang diinginkan. Memang, demikianlah keutamaan sedekah yang hasilnya pun telah dibuktikan secara nyata oleh banyak orang. Nah, salah satunya adalah seorang sekuriti pegawai POM bensin yang bisa menghajikan ibunya setelah bersedekah dan memperbaiki shalatnya. Sumber kisah ini disampaikan Ust. Yusuf Mansur dalam sebuah kuliah onlinenya.
Kisah ini berawal saat Ust. Yusuf Mansur sedang berada dalam sebuah perjalanan. Karena capek, ia pun tertidur. Namun tiba-tiba, beliau terbangun karena hendak buang air kecil. Tak lama kemudian ia dan sopirnya mampir ke sebuah POM bensin yang lumayan bagus. Ada minimart-nya, adapula tempat untuk ngopi-ngopi santai.
Saat keluar dari mobil, tiba-tiba ada seorang sekuriti POM Bensin yang memanggilnya.
“Pak Ustadz!” seru sang sekuriti sambil melambai dan mendekatinya. Ust. Yusuf Mansur pun berhenti dan menunggu.
“Alhamdulillah, nih. Bisa ketemu Pak Ustadz. Biasanya kan kita Cuma lihat di TV aja...”
Ustadz Yusuf Mansur pun tersenyum mendengar penuturan sekuriti tersebut. “Saya ke Toilet dulu, ya?” ujarnya.
“Nanti saya ingin ngobrol, boleh Tadz?” lanjut sekuriti.
“Saya lagi buru-buru, loh. Tentang apaan sih?” tanya sang Ustad.
“Saya bosen jadi satpam, Pak Ustadz,” ungkap sang sekuriti.
Sejurus kemudian Ust. Yusuf Mansur tersadar. Barangkali Allah memang punya skenario memberhentikan dirinya di tempat ini dan bertemu dengan sekuriti tersebut.
“Oke, nanti setelah dari toilet, ya?”
Beberapa saat setelah itu...
“Jadi bagaimana, bosen jadi satpam? Emangnya nggak gajian?” tanya Ust. Yusuf Mansur membuka percakapan di kedai kopi sekitar POM bensin itu.
“Gaji mah ada Ustadz. Tapi masa gini-gini aja?”
Selanjutnya obrolan terus berlangsung. Intinya, Ust. Yusuf Mansur menyarakan agar sang sekuriti memperhatikan betul-betul datangnya waktu shalat. Shalat hendaknya di awal waktu. Segera setelah adzan berkumandang atau bahkan sebelum panggilan Allah swt lewat adzan berkumandang. Jika ingin urusannya diperhatikan Allah maka kita pun jangan mengabaikan panggilan Allah. Pakaian pun perlu diperhatikan. Gunakan dan siapkan pakaian terbaik untuk bertemu Allah swt.
“Yang kedua,” lanjut Ust. Yusuf Mansur, “keluarin sedekahnya.”
Sang sekuriti tertawa. “Pak Ustadz, bagaimana mau sedekah. Hari gini aja nih, udah pada abis belanjaan. Hutang di warung terpaksa dibuka lagi. Alias ambil dulu, bayar belakangan.”
Selanjutnya, sang sekuriti bercerita bahwa gajinya sebesar 1,7 juta rupiah per bulan. Itu diperolehnya setelah kerja siang, sore, dan malam selama tujuh tahun. Gaji tersebut untuk bayar motor, kontrakan, susu anak, dan bayar segala macamnya.
“Secara dunianya, lepas aja itu tanggungan. Kayak motor. Ngapain juga ente kredit motor? Kan nggak perlu?” tanya Ust. Yusuf Mansur setelah tahu sang sekuriti tinggal di mess.
“Pengen kayak orang-orang, Pak ustadz,” ujar sekuriti.
“Yaa..., susah kalau begitu mah. Pengen kayak orang-orang, tapi motornya. Bukan ilmu dan ibadahnya. Bukan cara dan kebaikannya. Repot...”
Selanjutnya Ust. Yusuf Mansur menekankan kembali pentingnya tekad kuat sang sekuriti untuk memperbaiki shalatnya. Mulai dari tepat waktu saat shalat wajib, juga menambah amalan shalatnya dengan shalat sunnah seperti shalat taubat, shalat hajat, shalat dhuha, dan shalat tahajjudnya. Sang sekuriti pun berjanji akan melakukan semua amalan tersebut mengajak bersama istri dan anak-anaknya. Ia pun berjanji akan lebih rajin membaca Al Quran.
Mengenai sedekah, sang sekuriti masih sayang menjual motornya untuk sedekah. Uang tidak punya, apalagi emas. Tak kurang akal, Ust. Yusuf Mansur mengusulkan sang sekuriti agar menyedekahkan gajinya bulan depan alias kas bon di awal.
Di lain hari, karena benar-benar ingin merubah hidupnya, sang sekuriti yang aslinya punya gelar sarjana akuntansi ini pun memberanikan diri mengajukan kas bon ke bosnya. Alhamdulillah, dikabulkan. Hal ini disebabkan alasan sang sekuriti yang mengikuti saran Ust. Yusuf Mansur. Sang Bos dan teman-temannya ingin juga melihat bukti dari kehebatan sedekah dengan melihat perkembangan sang sekuriti selanjutnya. Jika sebelum akhir bulan hutang lagi, berarti saran dan perubahan pada sekuriti tersebut gagal.
Setelah ditunggu-tunggu, ternyata si sekuriti tidak juga datang untuk menghutang lagi. Namun, motornya tidak lagi dilihat kawan-kawannya. Apa yang terjadi?
Tadinya, si sekuriti sudah siap-siap mau kas bon lagi, karena sampai pertengahan bulan belum ada tanda-tanda keajaiban. Namun, tanpa disangka-sangka si sekuriti ketiban rejeki nomplok. Meski Cuma memediasi antara penjual dan pembeli, ia mendapat bagian dari transaksi penjualan tanah di kampungnya. Berapa yang didapatkan? 17,5 juta rupiah! 10 x lipat lebih dari yang ia sedekahkan.
Menyadari begitu dahsyatnya kehebatan sedekah, ia malu kepada Allah. Apa yang ia dapatkan sungguh di luar dugaannya. Oleh sebab itu, ia pun menjual motor kesayangannya seharga 13 juta rupiah. Ditambah dengan 12 juta dari hasil transaksi tanah, ia memberangkatkan ibunya naik haji. Sisanya yang lima juta pun menjadi bekal keperluannya sehari-hari. Dengan begitu, ia tidak perlu kas bon lagi.
Cerita sang sekuriti membuat sang Bos menjadi takjub. Dikumpulkannya para staf dan karyawan untuk mendengar penuturan langsung dari sang sekuriti.
Kisah ini bukan bercerita tentang keajaiban sedekah dan shalat semata, tetapi juga tentang keyakinan. Benar, keyakinan bahwa Allah swt yang Maha Kaya. Jika Allah swt sudah berjanji akan memberikan keberuntungan kepada hamba-Nya, ia tidak akan pernah mengingkari janji itu.
Nah, bagi Anda yang ingin naik haji tapi masih memiliki halangan, wujudkan dengan memperbaiki shalat, doa, dan sedekah kita. Dengan melaksanakan itu semua, insya Allah, niat kita naik haji akan menjadi kenyataan. (RA)
Labels:
cerita haji,
kisah haji,
tips haji
20120210
Memilih Jenis Ibadah Haji
Nabi Muhammad SAW memberikan kebebasan kepada pengikutnya untuk memilih jenis ibadah haji yang ingin dilaksanakan.
Terkisah, pada saat beliau sedang menjalankan Ibadah Haji dalam tahun hajjatul wada bersama istri beliau, Aisyah RA dan para sahabat beliau, di antara mereka ada yang berihram untuk haji dan umrah dan ada pula yang berihram untuk haji. Orang yang berihram untuk umrah ber-tahallul ketika telah berada di Baitullah. Sedangkan orang yang berihram untuk haji jika ia mengumpulkan haji dan umrah, maka ia tidak melakukan tahallul sampai dengan selesai dari nahar.
Foto: islamicthems.blogspot.com
Berikut ini adalah jenis-jenis dan pengertian haji yang dimaksud. Semoga bermanfaat.
•Haji ifrad, yang berarti seseorang yang melaksanaan ibadah haji ifrad menyendirikan haji maupun menyendirikan umrah. Dia akan mendahulukan ibadah haji. Jadi ketika mengenakan pakaian ihram di tempat ia bermiqat, orang tersebut berniat melaksanakan ibadah haji terlebih dahulu. Apabila ibadah haji sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan umrah.
Dalam pelaksanaannya waktu memakai ihram dari miqad dengan niat haji saja, kemudian tetap dalam keadaan ihram sampai selesai haji pada hari raya kurban. Setelah selesai melaksanakan ibadah haji baru dilanjutkan dengan melaksanakan ibadah umrah.
Seseorang yang melaksanakan haji ifrad tidak diharuskan membayar dam. Dam adalah pengganti ibadah dalam bentuk binatang ternak yang disembelih atau digantikan dengan makanan ataupun puasa. Dam diwajibkan jika jemaah haji melakukan pelanggaran, semisal: melanggar pantangan dan larangan dalam Ihram, meninggalkan perkara-perkara yang wajib dalam ibadat haji atau umrah, mengerjakan Haji Tamattu' atau Haji Qiran menurut syarat-sayaratnya, berlaku Ihsar bagi orang yang berniat Ihram, melanggar Nazar semasa mengerjakan haji, tidak melakukan Wuquf di Arafah, dan meninggalkan Tawaf Wada'.
•Haji tamattu', jemaah yang memilih jenis ibadah haji ini berarti memutuskan untuk bersenang-senang atau bersantai-santai dengan melakukan umrah terlebih dahulu di bulan-bulah haji, lalu selesai umrah bertahallul. Kemudian ia akan mengenakan pakaian ihram lagi untuk melaksanakan ibadah haji, di tahun yang sama.
Tamattu' dapat juga berarti melaksanakan ibadah di dalam bulan-bulan serta di dalam tahun yang sama, tanpa harus pulang ke negeri asal terlebih dahulu. Dalam pelaksanaannya ia memakai ihram dari miqat dengan niat umrah pada musim haji, setelah tahallul, memakai ihram lagi dengan niat haji pada hari Tarawiah (8 Zulhijah). Bagi yang melaksanakan haji Tamattuk diwajibkan membayar dam.
•Haji qiran, mengandung arti bahwa seorang jemaah memilih untuk menggabungkan, menyatukan atau menyekaliguskan berihram untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Haji qiran dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak miqat makani atau miqat berdasarkan tempat lalu melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai selesai.
Hanya saja haji jenis ini akan memakan waktu lama, sebab melaksanakan haji qiran, berarti melakukan dua thawaf dan dua sa'i. Dengan cara ini segala amalan umrah sudah tercakup dalam amalan haji. Pelaksanaannya yaitu berihram dari miqad dengan niat untuk haji dan umrah sekaligus dan melakukan seluruh amalan haji. Bagi yang melaksanakan haji qiran diwajibkan membayar dam.
•Haji arbain, adalah ibadah haji yang disertai dengan salat fardhu sebanyak 40 kali di Masjid An-Nabawi Madinah tanpa terputus. Ibadah ini seringkali dikerjakan oleh jamaah haji asal Indonesia. Dalam pelaksanaannya, mereka setidak-tidaknya tinggal di Madinah saat haji selama 8 atau 9 hari. Dalam sehari akan menjalankan salat wajib sebanyak 5 kali, sehingga dalam waktu 8 atau 9 hari akan tercukupi lah jumlah 40 kali salat wajib tanpa terputus itu.
Kenapa jemaah haji asal Indonesia memilih mengerjakan haji arbain? Karena sudah datang jauh-jauh dengan perjalanan panjang 10 jam di dalam pesawat, sayang jika hari-hari di Tanah Suci hanya diisi dengan belanja dan jalan-jalan. Apalagi Nabi Muhammad SAW pernah bersabda,” Orang yang shalat di masjidku (Masjid Nabawi) sebanyak 40 kali shalat tidak terlewat satu kali pun, maka telah ditetapkan baginya kebebasan dari neraka, keselamatan dari adzab dan kemunafikan.”
Nah, info ini membuat Anda bertambah wawasan? Bila niat Anda berhaji dan berumroh semakin mantap, silakan untuk tidak sungkan-sungkan mengontak Prima Saidah Travel. Kami menyediakan aneka paket umroh dan haji yang bisa disesuaikan dengan budjet dan waktu Anda. Kontak Farida Ningsih, 021-73888872,021-7372864, dan 0812-98-570855.
[rg@2012]
===== ONH Plus, Umrah
20120208
Mendampingi Orangtua Saat Menjalankan Ibadah Haji
Menjalankan ibadah haji adalah wajib hukumnya. Anda tentu sudah mengamini hal ini. Seringkali seseorang menjalankan ibadah haji satu rombongan dengan orangtua. Dalam kondisi seperti ini, Anda yang lebih muda (dan lebih kuat secara fisik) wajib menjadi pelindung dan penolong mereka. Insya Alloh ketulusan Anda akan berbuah amal.
Nah, untuk Anda yang terpanggil untuk mendampingi orangtua selama menjalankan ibadah haji, cobalah mengingatkan mereka untuk selalu waspada, dan juga berhati-hati dengan menerapkan beberapa saran berikut ini.
1.Meninggalkan pemondokan dengan aman. Ingatkan agar barang-barang berharga milik jamaah haji yang ditinggal di pemondokan sebaiknya disimpan dalan koper yang terkunci dan pintu pun tak lupa dikunci. Sebelum meninggalkan pemondokan pastikan kran air, AC, kompor dimatikan dan colokan listrik juga dicabut.
2.Tidak mudah percaya pada pengemis. Sebaiknya tidak mudah percaya pada pengemis yang mengaku kehilangan semua harta benda mereka dan perlu kembali ke Jeddah, Makkah, Madinah atau daerah lainnya. Lebih baik berikan sadaqah Anda melalui badan resmi seperti amil zakat karena mereka lebih mengetahui siapa yang membutuhkan.
3.Pergi ke mana-mana dengan makhram. Jangan biarkan jamaah haji perempuan perempuan (lebih lebih yang sudah lanjut usia) berbelanja atau berjalan sendiri tanpa pendamping pria yang merupakan makhramnya. Sebaiknya berbelanja dan berjalan bersama-sama.
4.Menghindari berjejal-jejal dan berdesak-desakan. Misalnya saat Thawaf di lantai bawah, pasti kondisinya akan berdesak-desakan, namun jemaah bisa melakukannya di lantai atas walau harus berjalan kaki dalam waktu sekitar 2 jam. Juga tidak memaksakan diri untuk mencium Hajar Aswad dengan cara berdesak-desakan pria dan wanita, apalagi harus membayar kepada seseorang.
5.Berhati-hati jika naik taksi. Jika hendak bertransportasi dengan menggunakan taksi atau transportasi lainnya baik di Mekah, Madinah, atau tempat lainnya, sebaiknya untuk pasangan suami istri agar waspada. Dahulukan suami untuk naik taksi terlebih dahulu. Jika hendak turun dari taksi, istri yang turun lebih dulu. Hal ini dilakukan untuk menghindari penculikan dan pemerkosaan yang dilakukan kepada wanita. Karena modus melarikan wanita dengan taksi kadang terjadi.
6.Jika jamaah haji hendak naik taksi, sewa unta atau jasa lainnya, harus sudah sepakat dengan harganya. Prosesnya, jamaah haji harus menawar lebih dulu, tidak langsung menerima dan langsung naik.
7.Berani Bilang “No picture!” Sebaiknya tidak menawar jasa pemotretatan dari atas unta secara sembarangan, karena si pelayan akan langsung mengambil gambar dan memaksa untuk membeli fotonya. Jadi jamaah haji harus berani bilang, “No Picture!” Daripada terlibat masalah dengan tukang potret dengan kendala bahasa.
8.Tidak memotret dalam Masjidil Haram. Sebab akan mengakibatkan jemaah harus merelakan tasnya untuk digeledah oleh petugas keamanan masjid. Tentu akan sangat merepotkan. Sebaiknya telepon seluler yang dibawa ke masjid tidak berkamera, termasuk Masjid Nabawi Medinah, sebab pemeriksaan tas cukup ketat. Jika telepon seluler berkamera biasanya di larang masuk. Sedang di Masjidil Haram-Mekah pemeriksaan sebenarnya tidak terlalu ketat karena terlalu banyaknya jemaah, tapi tetap dilarang memotret.
9.Bagi wanita yang sedang haid atau sakit sebaiknya tinggal di pemondokan ditemani mahram atau teman sesama wanita dan mengunci kamar demi keamanan.
10.Tidak membawa barang-barang berharga dalam perjalanan. Misalnya agar jamaah haji berhati-hati dengan uang dan barang-barang berharga yang dibawa selama berada di Masjidil Haram. Sebaiknya barang yang dibawa yang perlu saja, yang lain bisa ditinggal di pemondokan dengan kondisi pintu dikunci.
11.Menyimpan nomor telepon yang siap dikontak. Berikan nmor telepon Anda kepada orangtua yang Anda dampingi. Nomor-nomor telepon yang perlu untuk disimpan dalam daftar nama kontak telepon seluler atau dicatat pada kertas yang dimasukkan di dalam tas pinggang yang selalu dibawa kemana-mana antara lain sesama anggota keluarga yang turut naik haji, teman sekelompok, pemimpin kloter, dan dokter dalam kelompok.
12.Mempelajari cara menggunakan lift. Setiap menggunakan lift hendaknya berhati-hati dan perhatikan petunjuknya. Berhati-hati juga diperlukan saat naik atau turun dengan tangga berjalan (eskalator), sehingga pakaian tidak tersangkut dan membahayakan keselamatan.
13.Berbagi ilmu dan pengalaman. Bagi jemaah yang baru pertama kali melaksanakan Ibadah haji hendaknya tidk sungkan untuk bertanya pada peserta haji lain yang sudah pernah naik haji. Dan bagi yang sudah pernah menjalankan Ibadah Haji, hendaknya dengan ikhlas dan senang hati mensharingkan pengalamannya dan membimbing peserta haji yang baru pertama kali ke Tanah Suci.
14.Tak henti berdoa. Insya Allah, para jemaah akan selalu dilindungi, diberikan keselamatan dan kelancaran dalam melaksanakan Ibadah Haji, hingga tiba kembali ke tanah air dalam kondisi sehat wal’afiat. Selamat menunaikan Ibadah Haji!
Nah, semoga Anda dan orangtua yang Anda dampingi dapat menunaikan ibadah haji dengan tenang.
[rg.foto: antaranews.com]
===== ONH Plus, Umrah
Nah, untuk Anda yang terpanggil untuk mendampingi orangtua selama menjalankan ibadah haji, cobalah mengingatkan mereka untuk selalu waspada, dan juga berhati-hati dengan menerapkan beberapa saran berikut ini.
1.Meninggalkan pemondokan dengan aman. Ingatkan agar barang-barang berharga milik jamaah haji yang ditinggal di pemondokan sebaiknya disimpan dalan koper yang terkunci dan pintu pun tak lupa dikunci. Sebelum meninggalkan pemondokan pastikan kran air, AC, kompor dimatikan dan colokan listrik juga dicabut.
2.Tidak mudah percaya pada pengemis. Sebaiknya tidak mudah percaya pada pengemis yang mengaku kehilangan semua harta benda mereka dan perlu kembali ke Jeddah, Makkah, Madinah atau daerah lainnya. Lebih baik berikan sadaqah Anda melalui badan resmi seperti amil zakat karena mereka lebih mengetahui siapa yang membutuhkan.
3.Pergi ke mana-mana dengan makhram. Jangan biarkan jamaah haji perempuan perempuan (lebih lebih yang sudah lanjut usia) berbelanja atau berjalan sendiri tanpa pendamping pria yang merupakan makhramnya. Sebaiknya berbelanja dan berjalan bersama-sama.
4.Menghindari berjejal-jejal dan berdesak-desakan. Misalnya saat Thawaf di lantai bawah, pasti kondisinya akan berdesak-desakan, namun jemaah bisa melakukannya di lantai atas walau harus berjalan kaki dalam waktu sekitar 2 jam. Juga tidak memaksakan diri untuk mencium Hajar Aswad dengan cara berdesak-desakan pria dan wanita, apalagi harus membayar kepada seseorang.
5.Berhati-hati jika naik taksi. Jika hendak bertransportasi dengan menggunakan taksi atau transportasi lainnya baik di Mekah, Madinah, atau tempat lainnya, sebaiknya untuk pasangan suami istri agar waspada. Dahulukan suami untuk naik taksi terlebih dahulu. Jika hendak turun dari taksi, istri yang turun lebih dulu. Hal ini dilakukan untuk menghindari penculikan dan pemerkosaan yang dilakukan kepada wanita. Karena modus melarikan wanita dengan taksi kadang terjadi.
6.Jika jamaah haji hendak naik taksi, sewa unta atau jasa lainnya, harus sudah sepakat dengan harganya. Prosesnya, jamaah haji harus menawar lebih dulu, tidak langsung menerima dan langsung naik.
7.Berani Bilang “No picture!” Sebaiknya tidak menawar jasa pemotretatan dari atas unta secara sembarangan, karena si pelayan akan langsung mengambil gambar dan memaksa untuk membeli fotonya. Jadi jamaah haji harus berani bilang, “No Picture!” Daripada terlibat masalah dengan tukang potret dengan kendala bahasa.
8.Tidak memotret dalam Masjidil Haram. Sebab akan mengakibatkan jemaah harus merelakan tasnya untuk digeledah oleh petugas keamanan masjid. Tentu akan sangat merepotkan. Sebaiknya telepon seluler yang dibawa ke masjid tidak berkamera, termasuk Masjid Nabawi Medinah, sebab pemeriksaan tas cukup ketat. Jika telepon seluler berkamera biasanya di larang masuk. Sedang di Masjidil Haram-Mekah pemeriksaan sebenarnya tidak terlalu ketat karena terlalu banyaknya jemaah, tapi tetap dilarang memotret.
9.Bagi wanita yang sedang haid atau sakit sebaiknya tinggal di pemondokan ditemani mahram atau teman sesama wanita dan mengunci kamar demi keamanan.
10.Tidak membawa barang-barang berharga dalam perjalanan. Misalnya agar jamaah haji berhati-hati dengan uang dan barang-barang berharga yang dibawa selama berada di Masjidil Haram. Sebaiknya barang yang dibawa yang perlu saja, yang lain bisa ditinggal di pemondokan dengan kondisi pintu dikunci.
11.Menyimpan nomor telepon yang siap dikontak. Berikan nmor telepon Anda kepada orangtua yang Anda dampingi. Nomor-nomor telepon yang perlu untuk disimpan dalam daftar nama kontak telepon seluler atau dicatat pada kertas yang dimasukkan di dalam tas pinggang yang selalu dibawa kemana-mana antara lain sesama anggota keluarga yang turut naik haji, teman sekelompok, pemimpin kloter, dan dokter dalam kelompok.
12.Mempelajari cara menggunakan lift. Setiap menggunakan lift hendaknya berhati-hati dan perhatikan petunjuknya. Berhati-hati juga diperlukan saat naik atau turun dengan tangga berjalan (eskalator), sehingga pakaian tidak tersangkut dan membahayakan keselamatan.
13.Berbagi ilmu dan pengalaman. Bagi jemaah yang baru pertama kali melaksanakan Ibadah haji hendaknya tidk sungkan untuk bertanya pada peserta haji lain yang sudah pernah naik haji. Dan bagi yang sudah pernah menjalankan Ibadah Haji, hendaknya dengan ikhlas dan senang hati mensharingkan pengalamannya dan membimbing peserta haji yang baru pertama kali ke Tanah Suci.
14.Tak henti berdoa. Insya Allah, para jemaah akan selalu dilindungi, diberikan keselamatan dan kelancaran dalam melaksanakan Ibadah Haji, hingga tiba kembali ke tanah air dalam kondisi sehat wal’afiat. Selamat menunaikan Ibadah Haji!
Nah, semoga Anda dan orangtua yang Anda dampingi dapat menunaikan ibadah haji dengan tenang.
[rg.foto: antaranews.com]
===== ONH Plus, Umrah
20120207
10 Tips Sehat Selama Menjalankan Ibadah Haji
Foto: plakatdruck-hamburg.info
Kali ini kami dari Travel Prima Saidah selaku penyelenggara perjalanan haji, umrah dan wisata muslim kembali berbagi tips agar Anda tetap sehat selama menjalani ibadah haji dan umroh.
Ibadah Haji merupakan ibadah dengan perjalanan panjang dan banyak kegiatan yang sangat melelahkan fisik. Selain itu juga berisiko pada kesehatan tubuh. Apalagi kondisi medan, iklim, dan cauaca ekstrim di Tanah Suci sangat jauh berbeda dengan keadaan alam di tanah air.
Pertemuan besar para jama’ah dari berbagai bangsa di dunia yang membuat kondisi Tanah Suci menjadi luar biasa padat, juga bisa menjadi faktor mudahnya penularan langsung atau tidak langsung berbagai penyakit menular. Apalagi jamaah haji juga harus membiasakan diri dengan makanan lokal yang belum tentu cocok di perut, sebab urusan konsumsi, sudah diatur oleh penyelenggara perjalanan haji. Untuk itu perlu adanya tindakan pencegahan yang direkomendasikan dan harus dilakukan para jamaah guna memperkecil resiko-resiko yang mungkin akan menghinggapi selama perjalanan ibadah di Sudi Arabia.
1.Hal yang utama untuk diperhatikan jamaah haji adalah kebersihan minuman dan makanan yang kita konsumsi. Tidak direkomendasikan jamaah haji untuk meminum air kran, sebab air kran berbahaya untuk dikonsumsi, karena berupa air mentah yang masih banyak mengandung mikroorganisme. Perjalanan panjang selama 10 jam antara Madinah dan Mekah dalam cuaca panas terik pastilah akan membuat para jamaah haji lelah dan kehausan. Padahal di sepanjang perjalanan tidak bisa dipastikan akan menemukan makanan, air minum bersih atau toilet.
2.Ada baiknya para jamaah haji membekali diri dengan air mineral botol atau jika ingin yang natural bisa dipilih air Zam zam. Air Zam zam aman diminum walau mentah karena mengandung flouride tinggi yang mampu membunuh kuman. Sehingga resiko dehidrasi selama dalam perjalanan tidak akan terjadi.
3.Para jamaah haji pun harus memeriksa dengan teliti kebersihan tempat makan yang akan dipilih. Misalnya di distrik Haram, sebaiknya jamaah haji menghindari untuk makan di restauran yang kelihatan kurang bersih. Mengintip kebersihan restoran sebelum memesan makanan dan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan adalah hal yang mutlak dilakukan.
4.Disarankan jamaah haji untuk selalu membawa sabun pribadi di dalam tas yang selalu dibawa kemana-mana. Lebih baik sedikit repot dan bijak daripada terserang sakit perut dan ibadah menjadi terhambat, bukan? Dengan memerhatikan kebersihan dan kesehatan makanan dan minuman yang dikonsumsi, Insya Allah kondisi fisik para jamaah haji selalu prima untuk mengikuti rangkaian Ibadah Haji di tanah suci.
foto: onislam.com
5.Tidak menyimpan jatah makanan. Jika jamaah haji mendapat jatah makanan yang masih hangat dan segar, hendaknya segera dikonsumsi, tak perlu disimpan, sebab dikhawatirkan akan menjadi basi dan akan menyebabkan sakit perut jika dikonsumsi kemudian. Saat menerima jatah makanan, hendaknya juga diperiksa apakah masih hangat atau sudah basi. Sebab pengolahan makanan dalam jumlah besar sehingga kadang diolah jauh sebelum jam makan tiba. Jika sudah dalam kondisi tidak baik, sebaiknya tidak dikonsumsi.
6.Memerhatikan penyakit yang telah diidap sedari di tanah air. Naik haji merupakan kegiatan yang berat, kendala fisik kadang-kadang berbahaya, teruta ma bagi orang tua. Seyogyanya sebelum keberangkatan, memeriksakan diri dan berkonsultasi pada dokter keluarga, sehingga dokter bisa memberikan saran bagaimana menjaga diri supaya kemungkinan komplikasi bisa dihindari.
7.Kepala kelompok juga harus diberitahu mengenai kondisi kesehatan anggotanya, sehingga selalu tanggap dan waspada. Sebagian besar kaum lanjut usia mengalami resiko pembengkakan pembuluh darah yang mengakibatkan gagal vena atau masalah jantung. Bagi yang memiliki tekanan darah tinggi juga harus berhati-hati. Terutama pada beberapa obat yang bisa meningkatkan tekanan jantung, seperti obat flu dan pelega tenggorokan.
8.Sebaiknya selalu berkonsultasi dengan dokter dalam kelompok. Bagi yang mengidap diabetes, tidak berarti harus berhenti makan karena takut gula darah naik. Sebaiknya tetap makan makanan diet seperti salad buah dan makanan kecil rendah gula, serta tidak tidur di siang hari dan lebih memperhatikan penanganan luka-luka kecil akibat terinjak atau terdorong.
9.Memperhatikan kecukupan beristirahat. jamaah haji Butuh stamina yang baik untuk bisa mengikuti rangkaian Ibadah Haji. Untuk itu, cukup istirahat mutlak diperlukan. Jangan sampai gara-gara terlalu banyak jalan-jalan dan belanja, kondisi fisik menjadi drop dan menjadi tak cukup fit untuk mengikuti ibadah. Stamina jamaah haji harus benar-benar dijaga, agar bisa menjalankan ibadah di Padang Arafah saat puncak Ibadah Haji berlangsung.
10.Menyediakan krim. Bagi jamaah haji yang berkulit sensitif, ada baiknya menggunakan krim anti jamur. Krim anti nyamuk juga dianjurkan untuk melindungi diri dari gigitan serangga. Krim untuk menjaga kelembaban kulit dan melindungi kulit dari sengatan matahari juga dianjurkan.
Nah, Anda semakin mantap untuk berhaji/umroh tahun ini? Jangan sungkan menghubungi kami untuk berkonsultasi seputar perjalanan haji, umrah, dan wisata muslim.
[rg@2012]
===== ONH Plus, Umrah
Kali ini kami dari Travel Prima Saidah selaku penyelenggara perjalanan haji, umrah dan wisata muslim kembali berbagi tips agar Anda tetap sehat selama menjalani ibadah haji dan umroh.
Ibadah Haji merupakan ibadah dengan perjalanan panjang dan banyak kegiatan yang sangat melelahkan fisik. Selain itu juga berisiko pada kesehatan tubuh. Apalagi kondisi medan, iklim, dan cauaca ekstrim di Tanah Suci sangat jauh berbeda dengan keadaan alam di tanah air.
Pertemuan besar para jama’ah dari berbagai bangsa di dunia yang membuat kondisi Tanah Suci menjadi luar biasa padat, juga bisa menjadi faktor mudahnya penularan langsung atau tidak langsung berbagai penyakit menular. Apalagi jamaah haji juga harus membiasakan diri dengan makanan lokal yang belum tentu cocok di perut, sebab urusan konsumsi, sudah diatur oleh penyelenggara perjalanan haji. Untuk itu perlu adanya tindakan pencegahan yang direkomendasikan dan harus dilakukan para jamaah guna memperkecil resiko-resiko yang mungkin akan menghinggapi selama perjalanan ibadah di Sudi Arabia.
1.Hal yang utama untuk diperhatikan jamaah haji adalah kebersihan minuman dan makanan yang kita konsumsi. Tidak direkomendasikan jamaah haji untuk meminum air kran, sebab air kran berbahaya untuk dikonsumsi, karena berupa air mentah yang masih banyak mengandung mikroorganisme. Perjalanan panjang selama 10 jam antara Madinah dan Mekah dalam cuaca panas terik pastilah akan membuat para jamaah haji lelah dan kehausan. Padahal di sepanjang perjalanan tidak bisa dipastikan akan menemukan makanan, air minum bersih atau toilet.
2.Ada baiknya para jamaah haji membekali diri dengan air mineral botol atau jika ingin yang natural bisa dipilih air Zam zam. Air Zam zam aman diminum walau mentah karena mengandung flouride tinggi yang mampu membunuh kuman. Sehingga resiko dehidrasi selama dalam perjalanan tidak akan terjadi.
3.Para jamaah haji pun harus memeriksa dengan teliti kebersihan tempat makan yang akan dipilih. Misalnya di distrik Haram, sebaiknya jamaah haji menghindari untuk makan di restauran yang kelihatan kurang bersih. Mengintip kebersihan restoran sebelum memesan makanan dan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan adalah hal yang mutlak dilakukan.
4.Disarankan jamaah haji untuk selalu membawa sabun pribadi di dalam tas yang selalu dibawa kemana-mana. Lebih baik sedikit repot dan bijak daripada terserang sakit perut dan ibadah menjadi terhambat, bukan? Dengan memerhatikan kebersihan dan kesehatan makanan dan minuman yang dikonsumsi, Insya Allah kondisi fisik para jamaah haji selalu prima untuk mengikuti rangkaian Ibadah Haji di tanah suci.
foto: onislam.com
5.Tidak menyimpan jatah makanan. Jika jamaah haji mendapat jatah makanan yang masih hangat dan segar, hendaknya segera dikonsumsi, tak perlu disimpan, sebab dikhawatirkan akan menjadi basi dan akan menyebabkan sakit perut jika dikonsumsi kemudian. Saat menerima jatah makanan, hendaknya juga diperiksa apakah masih hangat atau sudah basi. Sebab pengolahan makanan dalam jumlah besar sehingga kadang diolah jauh sebelum jam makan tiba. Jika sudah dalam kondisi tidak baik, sebaiknya tidak dikonsumsi.
6.Memerhatikan penyakit yang telah diidap sedari di tanah air. Naik haji merupakan kegiatan yang berat, kendala fisik kadang-kadang berbahaya, teruta ma bagi orang tua. Seyogyanya sebelum keberangkatan, memeriksakan diri dan berkonsultasi pada dokter keluarga, sehingga dokter bisa memberikan saran bagaimana menjaga diri supaya kemungkinan komplikasi bisa dihindari.
7.Kepala kelompok juga harus diberitahu mengenai kondisi kesehatan anggotanya, sehingga selalu tanggap dan waspada. Sebagian besar kaum lanjut usia mengalami resiko pembengkakan pembuluh darah yang mengakibatkan gagal vena atau masalah jantung. Bagi yang memiliki tekanan darah tinggi juga harus berhati-hati. Terutama pada beberapa obat yang bisa meningkatkan tekanan jantung, seperti obat flu dan pelega tenggorokan.
8.Sebaiknya selalu berkonsultasi dengan dokter dalam kelompok. Bagi yang mengidap diabetes, tidak berarti harus berhenti makan karena takut gula darah naik. Sebaiknya tetap makan makanan diet seperti salad buah dan makanan kecil rendah gula, serta tidak tidur di siang hari dan lebih memperhatikan penanganan luka-luka kecil akibat terinjak atau terdorong.
9.Memperhatikan kecukupan beristirahat. jamaah haji Butuh stamina yang baik untuk bisa mengikuti rangkaian Ibadah Haji. Untuk itu, cukup istirahat mutlak diperlukan. Jangan sampai gara-gara terlalu banyak jalan-jalan dan belanja, kondisi fisik menjadi drop dan menjadi tak cukup fit untuk mengikuti ibadah. Stamina jamaah haji harus benar-benar dijaga, agar bisa menjalankan ibadah di Padang Arafah saat puncak Ibadah Haji berlangsung.
10.Menyediakan krim. Bagi jamaah haji yang berkulit sensitif, ada baiknya menggunakan krim anti jamur. Krim anti nyamuk juga dianjurkan untuk melindungi diri dari gigitan serangga. Krim untuk menjaga kelembaban kulit dan melindungi kulit dari sengatan matahari juga dianjurkan.
Nah, Anda semakin mantap untuk berhaji/umroh tahun ini? Jangan sungkan menghubungi kami untuk berkonsultasi seputar perjalanan haji, umrah, dan wisata muslim.
[rg@2012]
===== ONH Plus, Umrah
20120129
Pertanyaan Seputar Badal Haji
Ibu saya bernadzar ingin menunaikan ibadah haji. Sampai beliau wafat, keinginan itu tidak terpenuhi. Haruskah kami anak-anaknya mewujudkan keinginan ibu?
Seseorang yang saat hidup mampu berhaji namun karena terlanjur meninggal, maka wajib hukumnya bagi ahli warisnya untuk menghajikannya.
Bolehkah kita menghajikan orang yang belum meninggal?
Seseorang yang sedang berpenyakit sehingga secara fisik tidak bisa menunaikan ibadah haji bisa dihajikan.
Bagaimana bila si orangtua itu miskin dan tidak sanggup berhaji? Haruskah ahli warisnya menghajikan.
Ya, dalam kasus ini tetap disyari’atkan bagi keluarganya seperti anak laki-laki atau anak perempuannya untuk menghajikan orang tuanya.
Adakah syarat bagi orang yang ingin membadalkan orang tuanya?
Syarat pertama, orang yang ingin membadalkan adalah orang yang sudah menunaikan ibadah haji sebelumnya.
Syarat kedua?
Orang yang dibadalkan memang sudah meninggal, atau sudah renta dan tidak sanggup secara fisik menjalankan ibadah haji.
Ada syarat lain?
Ya, orang yang dibadalkan hajinya hanyalah mereka yang mati di dalam keadaan muslim. Bagi mereka yang tidak pernah menunaikan salat seumur hidupnya ia bukanlah muslim. Orang semacam ini tidak sah dibadalkan. Dia sudah kafir.
Bolehkah membadalkan lebih dari satu orang?
Saat ini ada kecenderungan membadalkan lebih dari satu orang bahkan terkadang lima orang sekaligus. Hal ini bukan sesuatu yang benar. Satu orang hanya bisa membadalkan satu orang pada setiap tahunnya.
Apakah dibenarkan badal haji dengan mengutip uang?
Kita semua tahu, ibadah haji adalah ibadah yang amat mulia. Jadi, amat tidak pantas bila badal haji menjadi sebuah profesi, menjadi ajang bisnis, dan bahkan dipakai sebagai sarana menumpuk harta.
Dalam kasus yang akan membadalkan bukanlah orang yang berlebihan hartanya, sedangkah yang akan dibadalkan adalah orang yang mampu secara finansial, bolehkan memberikan sejumlah uang?
Bila uang itu digunakan untuk biaya perjalanan haji, maka hal itu diperkenankan. Bila uang itu adalah sebagai upah apalagi hasil tawar-menawar antara yang akan menghajikan dengan keluarga yang akan dihajikan maka hal itu dilarang.
[ayb@2012]
===== ONH Plus, Umrah
Labels:
badal haji,
cerita haji,
Haji 2012,
haji khusus
20120127
“Emak Ingin Naik Haji” Film Laris dan Dipuji
Perjalanan ibadah haji selalu menarik untuk diceritakan. Jika ada 100 orang berangkat haji, patilah ada 100 cerita unik dan inspiratif. Film “Emak Ingin Naik Haji” yang dirilis beberapa waktu lalu pun menyimpan pesan yang unik.
Film kisah berhaji yang diangkat dari novel laris tulisan Asma Nadia ini diperankan oleh Aty Kanser, Didi Petet, Niniek L Karim, Henidar Amroe, Cut Memey, Reza Rahadian, Ayu Pratiwi, Gagan Ramdhani, Alexia, Aswin Fabanyo, Helsi Herlinda, Genta Windi, Dedi Maulana, dan Ustad Jeffry Al Bukhori.
Kisah diawali dengan kehidupan Zein (Reza Rahadian) dan Emak (Aty Kanser) di pesisir pantai. Zein yang sibuk akhirnya harus menerima kenyataan pernikahannya gagal dan harus menjadi duda. Hidup berdua, setelah sang ayah dan kakaknya meninggal, membuat Zein sangat menyayangi emaknya. Untuk hidup sehari-harinya, Zein bekerja sebagai penjaja lukisan keliling. Emak sendiri bekerja sebagai pembantu di keluarga Bang Haji (Didi Petet).
Suatu hari, Zein menyadari ada satu mimpi emaknya yang belum terwujud, yakni menunaikan ibadah haji. Sadar bahwa bukan orang berada, Emak rela menabung bertahun-tahun untuk mewujudkan mimpinya. Zein yang melihat semangat sang emak untuk bekerja dan menabung meski usia emaknya sudah tidak muda lagi, membuat hatinya tergerak.
Secara tak sengaja, ia melihat program undian berhadiah yang hadiahnya naik haji jika berbelanja suatu produk dengan kelipatan tertentu. Ia pun mengumpulkan kupon undian yang dibuang pengunjung. Selang beberapa hari kemudian, di sebuah koran ia melihat pengumuman undian tersebut. Antara percaya dan tidak, nomor undian milik Zein-lah yang memenangkan hadiah utama untuk naik haji.
Zein pun buru-buru pulang untuk mengabarkannya kepada Emak. Sesampainya di rumah, ia tidak mendapati emaknya tidak di rumah. Akhirnya, ia meninggalkan pesan. Sedang ia berusaha mencari Emak di sekitar rumah. Karena kegirangan ia tak menyadari dari arah lain ada mobil melaju ke arahnya dengan kecepatan tinggi. Kelanjutannya, silakan menonton di bioskop ya.
[ayb@2012]
===== ONH Plus, Umrah
Labels:
cerita haji,
Film,
haji,
haji 2013,
video haji
20120118
Malaikat Cinta: Kisah Unik Perjalanan Haji
===== ONH Plus, Umrah
Cerita yang diawali dengan keajaiban si penulis yang awalnya tidak berniat menunaikan ibadah haji berlanjut dengan cerita-cerita seru, unik, inspiratif dibumbui opini cerdas si penulis tentang penyelenggaraan ibadah haji khususnya di Indonesia.
Buku cerita perjalanan ibadah haji yang dibuat dengan kaver yang beda, tanpa gambar masjid, tanpa gambar orang sujud tetapi malah menampilkan deretan bunga nan mencolok mata ini mengalami cetak ulang sebelum satu bulan masuk toko buku. Oleh penulisnya disebut, buku Malaikat Cinta cenderung sebagai buku kemanusiaan ketimbang sebagai buku agama.
Kata Pengantar bercerita tentang dua orang Kristen yang berziarah ke Yerusalem; sedangkan di testimonial, dua sahabat Katolik penulis turut memberikan rekomendasi akan perlunya membaca buku ini.
[ayb2012]
Judul | Malaikat Cinta |
ISBN / EAN | 9789792271164 / 9789792271164 |
Author | Jonih Rahmat |
Publisher | Gramedia Pustaka Utama (GPU) |
Publish | 16 Juni 2011 |
Siapa orang Islam yang tak punya cita-cita pergi haji? Orang-orang di kampung halaman orang tua kami, di pedalaman Sukabumi sana, karena obsesinya untuk pergi haji- kendatipun secara finansial belum tergolong mampu untuk melaksanakan rukun Islam yang kelima ini- rela menggadaikan sawah dan kebunnya, demi cita-cita mulia, pergi haji ke tanah suci. Pelbagai perasaan, seketika berkecamuk dalam hati. Ada suka, tentu saja; tetapi juga haru.
Rupanya, beberapa orang kawan urunan, mengumpulkan uang untuk biaya haji saya. Sebesar itu perhatian kawan-kawan pada saya! Tak mampu saya menahan tetes-tetes air mata. ―Terima kasih atas kebaikan kawan semua, tetapi sementara ini, saya ingin mengonsentrasikan dalam kegiatan-kegiatan sosial dulu, saya menolak dengan halus. Tetapi, ucapan yang tulus dan wajah-wajah yang ikhlas meminta saya untuk menerima tawaran itu.
Cerita yang diawali dengan keajaiban si penulis yang awalnya tidak berniat menunaikan ibadah haji berlanjut dengan cerita-cerita seru, unik, inspiratif dibumbui opini cerdas si penulis tentang penyelenggaraan ibadah haji khususnya di Indonesia.
Buku cerita perjalanan ibadah haji yang dibuat dengan kaver yang beda, tanpa gambar masjid, tanpa gambar orang sujud tetapi malah menampilkan deretan bunga nan mencolok mata ini mengalami cetak ulang sebelum satu bulan masuk toko buku. Oleh penulisnya disebut, buku Malaikat Cinta cenderung sebagai buku kemanusiaan ketimbang sebagai buku agama.
Kata Pengantar bercerita tentang dua orang Kristen yang berziarah ke Yerusalem; sedangkan di testimonial, dua sahabat Katolik penulis turut memberikan rekomendasi akan perlunya membaca buku ini.
[ayb2012]
20110401
Sapi Bawa Aceng Ke Mekkah
BANDUNG, KOMPAS.com — Ketekunan membawa Aceng (60), peternak sapi perah di Kampung Pajaten, Kelurahan Taruma Jaya, Kecamatan Kertasari, Bandung Selatan, naik haji ke Mekkah. Sedikit demi sedikit uang hasil perahan susu dikumpulkan hingga cukup membawa ia dan istrinya, Dedeh (59), ke Tanah Suci.
Pada 30 tahun silam, Aceng masih memiliki dua ekor anakan sapi. Satu sapi dia dapat dari hasil mengurus sapi milik orang lain. Ia dibayar dengan anakan ketika sapi yang dia urus melahirkan. Saat itu, Aceng mengurus sapi sambil bekerja di PT Perkebunan Nusantara VIII.
"Terus saya keluar dari perkebunan. Waktu itu beli anakan lagi pake uang hasil tabungan selama kerja di perkebunan," ucap Aceng ketika berbincang-bincang dengan Kompas.com di rumahnya.
Dua anakan itu lalu dia urus hingga dapat diperah dan beranak pinak. Berbeda dengan mayoritas peternak lain yang langsung menjual anakan, Aceng memilih memelihara anakan hingga dewasa. Kini, ayah empat anak itu memiliki tujuh ekor sapi, lima di antaranya sudah dapat diperah.
Untuk diketahui, mayoritas peternak mengeluhkan sulitnya bertahan hidup hanya dengan memerah sapi. Rata-rata, setiap peternak hanya memiliki dua hingga tiga ekor sapi perah. "Mereka enggak telaten. Ada anakan langsung dijual. Padahal, kalau sudah punya lima sapi cukup buat hidup, bahkan bisa naik haji," terang dia.
Dengan lima ekor sapinya, Aceng mendapat keuntungan bersih sekitar Rp 3,5 juta per bulan. "Dulu saya ingin sekali naik haji. Terus sedikit-sedikit saya kumpul uangnya sampai Rp 76 juta buat naik haji sama istri. Terus saya berangkat tahun 2008,"
Pada 30 tahun silam, Aceng masih memiliki dua ekor anakan sapi. Satu sapi dia dapat dari hasil mengurus sapi milik orang lain. Ia dibayar dengan anakan ketika sapi yang dia urus melahirkan. Saat itu, Aceng mengurus sapi sambil bekerja di PT Perkebunan Nusantara VIII.
"Terus saya keluar dari perkebunan. Waktu itu beli anakan lagi pake uang hasil tabungan selama kerja di perkebunan," ucap Aceng ketika berbincang-bincang dengan Kompas.com di rumahnya.
Dua anakan itu lalu dia urus hingga dapat diperah dan beranak pinak. Berbeda dengan mayoritas peternak lain yang langsung menjual anakan, Aceng memilih memelihara anakan hingga dewasa. Kini, ayah empat anak itu memiliki tujuh ekor sapi, lima di antaranya sudah dapat diperah.
Untuk diketahui, mayoritas peternak mengeluhkan sulitnya bertahan hidup hanya dengan memerah sapi. Rata-rata, setiap peternak hanya memiliki dua hingga tiga ekor sapi perah. "Mereka enggak telaten. Ada anakan langsung dijual. Padahal, kalau sudah punya lima sapi cukup buat hidup, bahkan bisa naik haji," terang dia.
Dengan lima ekor sapinya, Aceng mendapat keuntungan bersih sekitar Rp 3,5 juta per bulan. "Dulu saya ingin sekali naik haji. Terus sedikit-sedikit saya kumpul uangnya sampai Rp 76 juta buat naik haji sama istri. Terus saya berangkat tahun 2008,"
Labels:
cerita haji,
naik haji
Subscribe to:
Posts (Atom)
Kata-kata Hikmah..!
Jelang Pemilu, Jangan Golput !
Di Pemilu 2009