Easy Money



Easy Money


Easy Money
Easy Money
Showing posts with label artikel haji. Show all posts
Showing posts with label artikel haji. Show all posts

20120521

Menelisik Sejarah Perjalanan Haji

Menelisik Sejarah Perjalanan Haji

Perjalanan haji sekarang ini bukanlah menjadi suatu hal yang istimewa lagi, tentu sudah banyak warga Indonesia yang melakukan perjalanan haji bahkan di sekeliling kita sudah banyak “ibu dan pak haji” bertebaran. Tentu kita penasaran apakah sejak dari dahulu kala perjalanan haji mudah dilakukan orang indonesia?. Menurut sumber-sumber di internet perjalanan haji di Indonesia sudah ada sejak abad ke-19.  Saat itu, masyarakat yang terdaftar sebagai jamaah haji harus bersabar menempuh perjalanan yang panjang hingga berbulan-bulan untuk sampai ke Mekkah. Perjalanan panjang itu ditempuh melalui laut dengan menggunakan kapal layar. Meskipun pada masa itu jamaah haji sudah ada yang berhasil diberangkatkan, ternyata mereka semua berangkat tidak dengan koordinasi pemerintah ketika itu. Waktu itu belum berdiri negara Indonesia, yang ada adalah pemerintahan Hindia Belanda, sehingga wajar kalau mereka berangkat secara sendirisendiri. Namun, tidak berapa lama kemudian Belanda mengeluarkan sejumlah peraturan haji yang salah satunya adalah Ordonasi di tahun 1825.
            Tetapi menurut sumber yang lain ternyata pada zaman kerajaan-kerajaan di indonesia para raja-raja telah mengutus utusannya ke Mekkah. Hubungan Muslim Nusantara dan Timur Tengah terkoneksi sejak Islam berkembang di Nusantara. Berdasarkan studi Azyumardi Azra (Jaringan Ulama,1998), hubungan itu bersifat politis dan keilmuan. Hubungan politis terjalin antara sejumlah kerajaan di Nusantara dengan Dinasti Utsmani. Aceh, Banten, Mataram, telah mengirimkan utusan ke Haramain (Mekkah-Madinah) sejak abad ke-17. Selain berhaji, mereka juga membawa gelar sultan dari Syarif Mekkah (penguasa Mekkah). Bisa jadi sebagai penguat wibawa atas kekuasaan mereka. Tetapi ada juga hubungan keilmuan. Sejak Dinasti Utsmani mengamankan jalur perjalanan haji, kian banyak pula yang menuntut ilmu pada abad ke-14 hingga ke-15. Hal itulah yang mendorong munculnya komunitas Jawi. Orang Arab menyebutnya ashab Al Jawiyin (saudara kita orang Jawi). Jawi beradal dari Jawa. Komunitas Jawi untuk menyebut orang-orang yang berasal dari Nusantara (bahkan Asia Tenggara). Nama-nama ulama seperti Syekh Yusuf Al- Makassary (Makassar) dan Syekh Abdul Rauf Al-Sinkili (Singkel, Aceh), merupakan ulama yang malang melintang menuntut ilmu di Haramain pada abad ke- 17. Syekh Abdul Shomad Al-Palimbani (Palembang), Syekh Nafis Al-Banjari (Banjar, Kalsel), Syekh Arsyad Al-Banjari (Banjar, Kalsel) merupakan ulama tasawuf Tarekat Samaniyah yang berpengaruh pada abad ke-18. Kita juga mengenal nama-nama seperti Syekh Nurudin Al-Raniri (Aceh), Syekh Abdul Rahman Al Masry Al Batawi (Jakarta), Syekh Khatib Sambas (Kalimantan), dan lain-lainnya. Pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20, ulama kita malah makin hebat-hebat di Mekkah. Karena tak sekadar menuntut ilmu, tapi justru menembus pusat ilmu di Mekkah, yaitu sebagai pengajar dan imam di Masjidil Haram. Peneliti sufisme dari Universitas Utrecht, Belanda, Martin van Bruinessen (Kitab Kuning, 1995) menyebutkan ada tiga ulama yang menjadi guru di Masjidil Haram. Pengaruhnya pun sangat besar terhadap jemaah haji di Nusantara.
Kemudian, pada tahun 1912, Perserikatan Muhammadiyah yang didirikan KH Ahmad Dahlan secara bersama mendirikan Bagian Penolong Haji dan diketuai KH M Sudjak. Pendirian lembaga ini ternyata mampu menjadi perintis berdirinya lembaga serupa saat itu. Dan pada 1922, pemerintah saat itu berinisiatif mendirikan Direktorat Urusan Haji. Pendirian itu kemudian mengilhami Volksraad untuk mengubah poin dalam ordinasi haji. Dalam ordonasi yang kemudian dikenal dengan Pilgrim Ordinasi 1922 disebutkan bahwa bangsa pribumi dapat mengusahakan pengangkutan calon haji. Dengan adanya perubahan itu, secara perlahan pengiriman jamaah haji mulai dilakukan secara bersamaan oleh pribadi dan negara. Bagi masyarakat saat itu, kondisi itu tentu saja cukup melegakan karena semakin memudahkan masyarakat yang ingin berhaji. Setelah berlangsung cukup baik, aktivitas pemberangkatan jamaah haji sempat vakum selama kurun waktu 1945-1949. Namun, pemberangkatan kembali jamaah haji ke Mekkah baru benar-benar dilaksanakan pada 1949/1950. Pada awal penyelenggaraan kembali, pengiriman dilakukan dengan melibatkan secara bersamaan antara Departemen Agama, Yayasan Perjalanan Ibadah Haji (YPIH) dan badan-badan lain yang terkait. Alasan dilibatkannya lembaga terkait, karena saat itu Indonesia dianggap baru merdeka dan karenanya diperlukan seluruh potensi yang ada sesusai fungsi dan kedudukan masing-masing.
Pada awal-awal penyelenggaraan kembali, negara belum bisa mendapat keuntungan karena saat itu masih dalam tahap peralihan dan negara sama sekali belum berpengalaman. Pada awal penyelenggaraan itu, negara juga dipengaruhi oleh badal-badal syekh dan broker atau tengkulak haji. Dari sana, kemudian muncul usaha-usaha perorangan dan panitia-panitia penyokong haji yang banyak melibatkan pihak swasta dan jasa haji. Penyelenggaraan haji oleh swasta saat itu, pada pelaksanaannya ternyata tidak ada rasa tanggungjawab dari mereka dan justru cenderung mencari keuntungan sebanyak mungkin. Setelah melewati rangkaian masa percobaan yang cukup panjang, akhirnya mulai tahun 1969  pemerintah secara penuh menangani pemberangkatan jamaah haji. Pengambilalihan penuh itu dilakukan karena sebelumnya banyak calon jamaah yang mengeluhkan banyaknya kendala saat diberangkatkan oleh swasta. Bahkan, dalam keluhan itu tidak sedikit ada yang mengaku akhirnya gagal diberangkatkan ke Tanah Suci. Maka dengan Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1969, pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan mengambil alih semua proses penyelenggaraan perjalanan haji oleh pemerintah. Dan karenanya, dua penyelanggara ibadah haji milik swasta dan perorangan, yakni Yayasan Penyelenggaraan Ibadah Haji (YPHI) dan PT Arafat, yang masing-masing sebelumnya. Mulai sejak itulah Indonesia rutin mengirimkan jemaah haji ke tanah suci dengan koordinasi pemerintah seperti sekarang ini. 

Cr: antaranews.com, internasional-kompas.com

20120415

Derita Sakit Ginjal Sembuh di Tanah Suci

Sakit, atau merasa sakit, merupakan salah satu alasan bagi seseorang untuk menunda keberangkatannya naik haji. Setidaknya ada dua bayangan atau pertanyaan yang terbayang.

1. Bagaimana saya bisa melaksanakan ibadah di tanah suci dengan baik jika menderita sakit?

2. Jika uang saya digunakan untuk membayar haji, bagaimana dengan ongkos berobat saya di kemudian hari?

Disadari atau tidak, mungkin ada dari kita yang memiliki anggapan tersebut.

Namun, percaya atau tidak, justru ada pengalaman seorang penderita batu ginjal yang sembuh dari penyakitnya yang bertahun-tahun ketika di tanah suci. Berikut ini merupakan kisah seorang jamaah haji di sebuah kabupaten di Jawa Timur bernama Pak Ahmad (bukan nama sebenarnya).

Pak Ahmad termasuk dalam rombongan haji Tahun 2006 atau 1427 H. Sebelum itu, beliau menderita penyakit kencing batu atau batu ginjal cukup kronis. Beragam upaya medis dan konsumsi obat dokter menjadi menu sehari-hari. Kondisi sakit ini berlangsung cukup lama. Jika kambuh, rasa sakit yang menderanya sangat luar biasa.

Namun, sakit itu bukan menjadi penghalang bagi Pak Ahmad untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Diputuskannya untuk berangkat haji pada tahun 2006 dengan berbekal obat resep dokter. Rasa takut sakitnya kambuh di tanah suci dikalahkan keinginannya yang menggebu untuk menjalankan Rukun Islam kelima di tanah suci.

Dengan diiringi rasa sakit, Pak Ahmad tetap menjalankan aktivitas harian di Masjidil Haram. Jika rasa sakit menyergap, ia pun mengonsumsi obat resep dokter yang dibawanya dari tanah air. Ia tak ingin, rasa sakit itu mengganggu kenikmatannya dalam beribadah.

Suatu saat, ia hendak kembali ke pemondokannya di sektor IV Jawar Taisir setelah beribadah di Masjidil Haram. Namun, rasa sakit karena gangguan ginjalnya kembali kambuh. Ironisnya, obat resep dokter yang telah disiapkan cukup selama di Tanah Suci ternyata sudah habis. Dengan tertatih-tatih ia mencari taksi untuk pulang kembali ke pemondokannya yang berjarak 1,5 km dari Masjidil Haram. Padahal, jika tidak terserang sakit, ia biasa menempuhnya dengan berjalan kaki.

Sesampainya di pemondokan, Pak Ahmad segera ditangani dokter kloter dan perawat medis. Namun, obat untuk kencing batu simpanan kloter tidak tersedia saat itu. Akhirnya, dokter membuatkan resep obat untuk dibeli di apotek rujukan di sekitar sektor Jarwal. Ketua regu dan beberapa teman Pak Ahmad pun berputar untuk mencari obat tersebut.

Sementara menunggu obat datang, Pak Ahmad merintih menahan rasa sakit. Kepanikan pun terjadi ketika beliau mengeluarkan air seni disertai darah yang begitu banyak. Belum berakhir sampai di situ, ketua regu dan teman-temannya yang telah kembali tidak berhasil mendapatkan obat tersebut.

Akhirnya, dengan segala kepasrahan dan keikhlasan atas ujian itu, Pak Ahmad meminum air Zam-Zam yang dibawa dari Masjidil Haram hingga lebih dari 3 liter. Dengan terus berdoa, diminumnya air tersebut hingga tidak mampu meminumnya lagi. Pak Ahmad pun beristirahat di pembaringan sambil terus berdoa dan menahan rasa sakit. Sementara air seni bercampur darah terus keluar.

Setelah 30 menit berlalu, Pah Ahmad minta diantar ke kamar mandi. Dengan tertatih menahan sakit, beliau dipapah oleh rekan-rekannya menuju ke kamar mandi yang terletak di ujung kamar. Selang beberapa saat setelah Pak Ahmad masuk ke dalam kamar mandi, tiba-tiba terdengar suara keras. BLETAAKK..! Seperti suara sesuatu menabrak dinding kamar mandi. Apa yang terjadi?

Subhanallah! Terdengar Pak Ahmad berteriak dari dalam kamar mandi. Teman-temannya yang berada di luar kamar mandi menjadi bingung. Apa yang terjadi?

Beberapa saat kemudian Pak Ahmad keluar sambil berlinangan air mata, tetapi tersenyum bahagia. Adapun tangannya menggenggam batu sebesar jempol kaki orang dewasa. Ya, itulah batu yang menimbulkan suara keras tadi.

“Subhanallah...Allahu Akbar... ,” begitulah ucap Pak Ahmad berkali-kali meneriakkan kalimat thoyyibah sambil menunjukkan batu seukuran jempol kaki itu. Itulah batu ginjal yang selama ini bersarang di ginjalnya selama bertahun-tahun. Di dalam kamar, Pak Ahmad pun bersujud syukur atas karunia dan keajaiban yang beliau rasakan.

Semua teman-temannya yang ada di kamar takjub, merinding, dan tidak bisa berkata apa-apa. Hanya kalimat thayyibah yang terus keluar dari mulut mereka melihat kejadian yang menakjubkan ini. Sejak saat itu, hilang pula rasa sakit yang selalu diderita Pak Ahmad selama ini.

Pak Ahmad pun bercerita bahwa saat mengeluarkan air seni, tiba-tiba terdengan suara yang begitu keras menabrak dinding kamar mandi. Setengah tidak percaya, dicarinya apa yang terlempar tadi. Subhanallah, ternyata batu ginjalnya. Hal menakjubkan selain itu adalah tidak munculnya rasa sakit ketika batu itu keluar.

Itulah keajaiban haji. Itu pula keajaiban air zam-zam yang ada di tanah suci. Semuanya sudah disabdakan lewat lisan Nabi Muhammad saw yang diberkahi.

Dari Abdullah Ibnu Umar r.a, Rasulullah saw bersabda:

“Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang haji dan orang yang umrah, adalah tamu Allah. Dia memanggil mereka, maka mereka pun menjawab (panggilan)-Nya. Dan mereka memohon kepada-Nya, Dia pun memberikan permohonan mereka.” (HR. Ath Thabrani dan Ibnu Hibban)

Disebutkan oleh As Suyuthi dari hadis Ibnu Abbas, dan HR. Al Hakim dan Ad Daruquthni bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Air zam-zam itu berkhasiat sesuai dengan apa yang diniatkan. Jika engkau meminumnya dengan niat meminta kesembuhan maka Allah akan menyembuhkanmu, dan jika engkau meminumnya dengan niat agar dahagamu hilang maka Allah akan menghilangkan dahagamu. Ia adalah galian Jibril dan siraman Allah kepada Ismail.”

Jadi, jangan takut lagi untuk naik haji. Jangan pula rela untuk menunggu berlama-lama. Wujudkan segera niat kita untuk naik haji. Semoga Allah memberkahi. (RA)

20120413

Kembali Naik Haji Berkat Mengaminkan Doa Orang Lain

Mitra haji dan umrah, ada sebuah kisah menarik seputar haji yang dituliskan oleh seorang kompasianer. Kisah ini sedikit berbeda dengan kisah yang banyak kita jumpai. Sangat menarik dan inspiratif, yaitu bagaimana seseorang bisa naik haji justru karena diam-diam mengaminkan doa orang lain yang sedang berdoa.

Kisah ini bermula pada tahun 1998, ketika Pak Dahlan (bukan nama sebenarnya) pergi menunaikan ibadah haji. Ketika itu, Pak Dahlan menunaikan haji atas biaya dinas alias ABIDIN. Wajar memang, apalagi ketika itu beliau sebagai anggota Bintal, yang bertugas menangani pembinaan rohani dan mental para pegawai di salah satu instansi pemerintah.

Nah, pada tahun 1998 itulah beliau mendapatkan pengalaman unik yang sangat berkesan. Ketika sedang beriktikaf di depan Ka’bah karena menunggu waktu shalat, tiba-tiba di depan beliau muncul seorang jamaah yang berdoa dengan suara keras. Jamaah yang masih berpakaian ihram itu berdoa dengan suara bergetar:

“Yaa Allah, Yaa Rabb, aku memohon kepada-Mu dengan sangat dan amat agar aku bisa datang lagi ke rumah-Mu beserta istriku pada tahun 2003. Ya Allah, kabulkanlah permohonanku ini, aamiin.”

Mendengar doa itu, Pak Dahlan yang awalnya terkaget-kaget, seketika ikut mengaminkan doa tersebut. Berharap agar doa jamaah tersebut dikabulkan Allah. Dan...ajaib! Tepat pada tahun 2003, Pak Dahlan kembali menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Jika dua kali naik hajinya yang lalu Cuma seorang diri, tahun 2003 beliau menunaikan ibadah haji berdua, bersama istrinya. Subhanallah...

***

Mitra haji dan umrah, begitu dahsyatnya kekuatan doa bagi seorang muslim. Bukan hanya karena doa itu dilantunkan oleh diri sendiri atau orang yang secara terbuka kita ikuti doanya, sebagaimana doa ketika khutbah Jumat. Bahkan, ketika kita mengaminkan doa itu secara diam-diam. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam hal ini, yaitu pada kisah Pak Dahlan di atas.

1.Kekuatan dan keutamaan doa

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku”. (QS. Al Baqarah: 186)

Diriwayatkan dari shahabat Nu’man bin Basyir ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Do’a adalah ibadah”, kemudian setelah itu beliau membaca ayat “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60) (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrad no.714.

Tentunya, doa akan dikabulkan jika syarat dan adab berdoa kepada Allah terpenuhi.

2.Kehebatan doa jamaah haji

Dari Abdullah Ibnu ‘Umar Radhiallaahu anhu, Rasulullah saw bersabda:

“Orang yang berperang dijalan Allah, orang yang naik haji dan orang yang umrah, adalah tamu Allah. Dia memanggil mereka, maka mereka pun menjawab (panggilan)-Nya dan mereka memohon kepada-Nya. Dia-pun memberikan permohonan mereka.” (HR. Ath Thabrani dan Ibnu Hibban)

3. Doa yang diucapkan kepada seorang muslim tanpa bersamanya atau tanpa diketahuinya

Dari Shafwan bin Abdullah bin Shafwan dari ad Darda, ia berkata: Aku datang ke Syam dan aku mendatangi Abu Darda di rumahnya. Tapi aku tidak menemukannya dan bertemu dengan Ummi Darda. Ia berkata, “Apakah engkau hendak berangkat haji pada tahun ini?” Aku berkata, “Ya.” Ia berkata, “Berdoalah kepada Allah minta kebaikan untuk kami, karena Nabi saw pernah bersabda:

‘Doanya seorang muslim kepada saudaranya yang tidak bersamanya pasti dikabulkan. Di dekat kepalanya ada malaikat yang menjaganya. Setiap kali ia berdoa minta kebaikan untuk saudaranya, malaikat itu berkata, “Amin.” Dan engkau akan mendapatkan yang serupa’.”

Shafwan berkata: Kemudian aku keluar menuju pasar dan bertemu dengan Abu Darda, ia pun berkata sama seperti istrinya. (HR. Muslim)

4.Keutamaan doa di Masjidil Haram dan Ka’bah

Berdoa di depan Ka’bah, insya Allah dikabulkan. Hal ini disebabkan adanya tempat-tempat mustajab untuk berdoa. Sebagaimana kita ketahui, Masjidil Haram merupakan tempat yang sangat utama. Shalat di dalamnya digajnar pahala 100.000 kali shalat di masjid-masjid lainnya.

Adapun Ka’bah sendiri adalah Baitullah (Rumah Allah) yang menjadi kiblat shalat. Terdapat bagian dinding Ka’bah yang disebut dengan Multazam, tempat yang mustajab untuk berdoa. Di samping itu, terdapat pula Hijir Ismail, yang merupakan bagian dari Ka’bah. Hijir Ismail ini juga merupakan salah satu tempat mustajab untuk berdoa.

Dari Ibnu Abbas r.a bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Multazam adalah tempat dikabulkannya doa. Tidak ada satu pun doa seorang hamba di Multazam kecuali akan dikabulkan.” (HR. Ahmad dalam Musnad Imam Ahmad Jilid V, hal. 347).

Diriwayatkan juga dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Tempat di antara sudut Ka’bah dan maqam Ibrahim adalah Multazam. Setiap orang sakit yang berdoa di sana pasti akan sembuh.” (HR. Ahmad dalam Musnad Imam Ahmad Jilid V, hal. 347).

Nah, begitu banyak keutamaan dan manfaat saat beribadah haji di tanah suci. Jika punya rezeki, jangan tunggu lama, segera daftarkan diri untuk berhaji dan bersiap pergi ke tanah suci. (RA)

20120329

Menjaga Niat Saat Berhaji

Sudah umum kita ketahui bahwa untuk pergi berhaji membutuhkan berbagai kemampuan, mulai dari niat, ilmu, mental, kesehatan, hingga dana. Itulah yang menyebabkan orang yang sudah pergi haji mendapat tempat tersendiri di tengah masyarakat. Sayangnya, undangan prestisius yang hanya diperuntukkan bagi Allah ini seringkali menimbulkan riya, yaitu keinginan dipuji orang lain oleh para pelakunya.

Berbicara tentang ibadah haji sama seperti membicarakan urusan ibadah lainnya. Manfaat yang dihasilkan tidak langsung terlihat (meski tidak selalu begitu). Ibarat hitungan Matematika, 1 + 1 = 2. Namun dalam urusan ibadah, 1 + 1 bisa jadi 1.400. Bagaimana bisa?

“Setiap amal anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman, ‘Kecuali puasa, itu untuk-Ku, dan Aku yang langsung membalasnya. Ia telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena Aku.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sebaliknya, 1 + 1 bisa jadi justru minus! Bagaimana bisa begitu ya? Nah, coba kita perhatikan hadits berikut.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia” (QS. Al-Baqarah:264).

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, yang berbuat karena riya” (QS. Al-Maa’uun:4-6).

Riya’ membuat amal sia-sia sebagaimana syirik. (HR. Ar-Rabii’). Sesungguhnya riya adalah syirik yang kecil. (HR. Ahmad dan Al Hakim).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, telah berkata seorang penduduk Syam yang bernama Natil kepadanya:”Wahai Syeikh, ceritakan kepada kami suatu hadits yang engkau dengar dari Rasulullah Saw”.

Abu Hurairah menjawab: “Baiklah. Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Sesungguhnya orang yang pertama kali didatangkan pada hari kiamat adalah seorang laki-laki yang mati syahid dan dia diberita-hukan berbagai kenikmatannya sehingga ia pun mengetahuinya. Lalu orang itu ditanya, ‘Apa yang telah engkau lakukan di dunia?’ Orang itu menjawab,’Aku telah berperang di jalan-Mu sehingga aku mati syahid.’ Dikatakan kepadanya, ‘Engkau berbohong, sesungguhnya engkau berperang agar engkau dikatakan seorang pemberani dan (gelar) itu pun sudah engkau dapatkan (di dunia).’

Allah SWT pun memerintahkan agar wajah orang itu diseret dan dilemparkan ke neraka. Lalu didatangkan lagi seorang pembaca Al-Qur’an dan dia diberitahukan berbagai kenikmatan maka dia pun mengetahuinya. Dikatakan kepadanya, ”Apa yang engkau laku-kan di dunia?’ Orang itu menjawab,’Aku telah mempelajari ilmu dan mengajarinya dan aku membaca Al Qur’an karena Engkau.’

Maka dikatakan kepadanya,’Engkau berbohong sesungguhnya engkau mempelajari ilmu agar engkau dikatakan seorang yang alim dan engkau membaca Al Qur’an agar engkau dikatakan seorang pembaca Al Qur’an dan engkau telah mendapatkan (gelar) itu. Lalu Allah memerintahkan agar wajahnya diseret dan dilemparkan ke neraka.

Lalu didatangkan lagi seorang yang Allah berikan kepadanya kelapangan (harta) dan dia menginfakkan seluruh hartanya itu dan dia diberitahukan berbagai kenikmatan maka dia pun mengetahuinya. Dikatakan kepada-nya,”Apa yang engkau lakukan di dunia?’

Orang itu menjawab,’Aku tidak meninggalkan satu jalan pun yang Engkau sukai untuk berinfak didalamnya kecuali aku telah menginfakkan didalamnya karena Engkau.’ Maka dikatakan kepadanya, ‘Engkau berbohong sesungguhnya engkau melakukan hal itu agar engkau disebut sebagai seorang dermawan dan engkau telah mendapatkan (gelar) itu. Kemudian orang itu diperintahkan agar wajahnya diseret dan dilemparkan ke neraka.” (HR. Muslim).

Mitra haji dan umrah. Ternyata begitu dahsyat akibat dari riya saat mengerjakan ibadah, termasuk di dalamnya ibadah haji. Efeknya, tidak hanya menghilangkan ibadah haji, bahkan menyebabkan pelakunya jatuh ke api neraka.

Lantas, apakah kita akhirnya tidak perlu berangkat berhaji karena tanpa terduga terbersit perasaan riya? Jangan salah, tidak beramal karena khawatir dikatakan riya juga termasuk perbuatan perbuatan yang menduakan Allah swt, yaitu tidak beramal karena khawatir pada pandangan manusia. Jadi bagaimana dong…?

Ya, beramal saja. Niatkan ibadah haji kita semata hanya karena Allah swt. Bukan karena ingin dipuji orang lain, tetapi semata ingin memenuhi seruan Allah swt. Ingat, mereka yang berhaji pada dasarnya telah dibanggakan Allah swt di hadapan para malaikat.

Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah saw bersabda: “Apabila mereka wukuf di Arafah, Allah membanggakannya di hadapan para malaikat…” (HR. Ibnu Hibban)

Jadi, jangan rusak kedudukan dan pahala amal yang telah disediakan Allah swt bagi kita karena berharap pujian dan status dari manusiadan meluruskan niat haji kita.

Oleh karena begitu beratnya menjaga amal dari riya, berikut doa yang diajarkan Rasulullah saw. agar kita terhindar dari riya saat beramal.

“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu, agar tidak menyekutukan-Mu, sedang aku mengetahuinya dan aku minta ampun terhadap apa yang tidak aku ketahui.”
(HR. Ahmad)

Semoga haji kita diterima dan haji mabrur dapat kita raih. Selamat menunaikan ibadah haji. (RA)

20120327

Ini Dia! Motivasi Meraih Keutamaan Haji








Labbaik Allahumma labbaik. Labbaika la syarikalaka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulka, la syarika lak

(Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, Aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya, segala pujian dan nikmat serta kerajaan adalah milik-Mu., tidak ada sekutu bagi-Mu).

Itulah kalimat Talbiyah yang diucapkan jutaan jamaah haji kala memasuki waktu haji di tanah haji. Sebuah kalimat yang menunjukkan ketundukan, pengagungan, dan rasa syukur kepada Allah swt. Bagaimana tidak, untuk sampai dan menjejakkan kaki pada waktu itu, jamaah calon haji harus menundukkan segala tantangan dan rintangan. Mulai dari kesungguhan niat, keluangan waktu, kekuatan fisik, kesiapan mental, hingga kemampuan harta.

Tanpa ikhtiar yang tinggi, tanpa tekad dan kesungguhan, barangkali mereka lebih memilih tinggal dengan tenang di rumah masing-masing. Tak perlu ada kerepotan saat mengurus berkas-berkas. Tak perlu mempersiapkan fisik dan menjaga pola makan. Tak perlu berlari-lari antara safa—marwa di bawah terik matahari. Tak perlu berdesakan dengan jamaah lain saat thawaf dan lempar jumroh. Tak perlu pula, memaksakan diri mengeluarkan dana yang besar itu.

Namun, itu tidak terjadi bagi sebagian orang lainnya. Untuk bisa “mendapatkan undangan” dari Allah swt, mereka rela untuk berusaha keras, meminta, dan “mengambil hati” Allah swt agar diperkenankan mendapatkan undangan prestisius itu. Mereka tidak khawatir dengan segala kerepotan saat mengurus berkas-berkas. Mereka tidak khawatir dengan kondisi kesehatannya. Mereka tidak khawatir saat beraktivitas di bawah terik matahari. Mereka tidak khawatir saat harus berdesakan dengan para jamaah. Untuk mendapatkan undangan itu, mereka rela bersusah payah agar bisa mendapatkannya.

Berjuta-juta orang ingin menunaikan ibadah haji, bahkan berebut kesempatan untuk menjadi yang lebih dulu. Namun, berjuta-juta pula orang yang masih enggan memenuhi undangan kunjungan ke Baitullah. Mengapa?

Bisa jadi, perbedaan sikap dan antusiasme itu disebabkan tingkat pemahaman seseorang terhadap ibadah haji. Padahal, jika mereka mengetahui, begitu besar keutamaan dari ibadah haji. Tidak hanya bagi kehidupan akhirat semata, tetapi juga efeknya terhadap kehidupan dunia.

Nah, mitra haji dan umrah. Inilah keutamaan ibadah haji, yang telah memotivasi dan sanggup menggerakkan berjuta-juta manusia di seantero penjuru bumi untuk pergi ke tanah suci.


1. Amal yang paling utama

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW ditanya, "Amal apakah yang paling utama?" Maka beliau menjawab, "Iman kepada Allah dan Rasul-Nya." Ditanyakan lagi, "Kemudian apa?" Beliau menjawab, "Jihad di jalan Allah." Ditanyakan lagi, "Kemudian apa?" Beliau menjawab, "haji yang mabrur." (HR. Bukhari)


2. Jihad yang paling utama bagi para wanita, orang tua, dan orang lemah

Dari Husein bin Ali kw, bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi Saw, katanya: Saya ini penakut dan saya ini lemah. Ujar Nabi: "Ayolah berjihad yang tidak ada kesulitannya, yaitu menunaikan haji" (HR. Thabrani).

Dalam hadits yang lain, Rasulullah Saw bersabda: " Jihad orang yang tua, lemah dan wanita ialah menunaikan haji" (HR. Nasa'i).

3. Penghapus dosa

Barangsiapa mengerjakan haji dan ia tidak bercampur pada waktu terlarang serta tidak berbuat maksiat, maka ia akan kembali seperti saat dilahirkan ibunya (HR. Bukhari dan Muslim).


4. Sebagai duta Allah

Orang yang mengerjakan haji dan umrah merupakan duta-duta Allah. Maka jika mereka memohon kepada-Nya, pastilah dikabulkan-Nya dan jika mereka meminta ampun, pastilah diampuni-Nya (HR. Nasa'i dan Ibnu Majah).


5. Menghapus kefakiran

Dari Abdullah Ibnu Mas’ud, Rasulullah saw bersabda: “Ikutilah antara ibadah haji dan umrah, karena keduanya akan menghilangkan kefakiran dan berbagai dosa, sebagaimana alat peniup api pandai besi menghilangkan kotoran pada besi, emas, dan perak. Dan tiada balasan pahala dari haji yang mabrur, kecuali surga. Tidaklah seorang mukmin yang dalam kesehariannya berada dalam keadaan ihram, melainkan matahari terbenam dengan membawa dosa-dosnya.”


6. Mendapat balasan surga

Rasul Saw bersabda: Umrah kepada umrah menghapuskan dosa yang terdapat diantara keduanya, sedang haji yang mabrur tidak ada ganjarannya selain surga. (HR. Bukhari dan Muslim)


7. Dibanggakan Allah di hadapan malaikatnya

Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah saw bersabda: “Apabila mereka wukuf di Arafah, Allah membanggakannya di hadapan para malaikat…” (HR. Ibnu Hibban)



8. Doa-doanya diterima

Dari Abdullah Ibnu 'Umar Radhiallaahu anhu , Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda: "Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang haji dan orang yang umrah, adalah tamu Allah. Dia memanggil mereka, maka mereka pun menjawab (panggilan)-Nya dan mereka memohon kepada-Nya. Dia-pun memberikan permohonan mereka."


9. Perlakuan istimewa saat meninggal ketika berhaji

Dari 'Abdullah Ibnu 'Abbas Radhiallaahu anhu, ia berkata: "Tatkala seseorang sedang wukuf bersama Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam dipadang 'Arafah, tiba-tiba ia dijatuhkan oleh binatang (unta) yang dikendarainya dan mematahkan lehernya, maka Rasu-lullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda: 'Mandikanlah dia dengan air dan daun bidara, kafanilah dia dengan dua helai (kain) ihramnya dan jangan kalian menutup kepalanya serta jangan pula kalian beri wangi-wangian padanya, karena sesungguh-nya dia akan dibangkitkan dihari Kiamat dalam keadaan mengucapkan talbiyah.'"


10. Setiap langkahnya adalah kebaikan

Dari 'Abdullah bin 'Umar Radhiallaahu anhu ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda: "Tidaklah unta (yang dikendarai) seseorang yang melaksanakan haji mengangkat kaki(nya) dan tidak pula meletakkan tangan(nya) melainkan Allah mencatat bagi orang itu satu kebaikan atau menghapus darinya satu kejelekan atau mengangkatnya satu derajat."

Itulah keutamaan haji yang membuat berjuta-juta manusia “kepincut” hatinya untuk melaksanakan ibadah ini. Mereka rela mengeluarkan biaya yang berjuta-juta itu, bahkan sampai menjual sawah dan ladangnya agar bisa pergi haji. Nah, sekarang, bagaimana dengan Anda? (RA)
Share on Facebook
Kata-kata Hikmah..! Jelang Pemilu, Jangan Golput ! Di Pemilu 2009