Panduan Cara Mengenakan Kain Ihram
Salah satu hikmah mengapa setiap jamaah haji mengenakan pakaian ihram, agar mereka melepaskan semua atribut keduniaan mereka. Mereka berpakaian sama, tanpa dijahit dan tanpa gaya. Hanya kain panjang yang mereka jadikan sebagai pembungkus tubuh.
Hal itu mengisyaratkan bahwa mereka semuanya sama. Tidak ada tuan atau pelayan. Polisi, petani, pejabat, semuanya berpakaian sama. Jadi, orang yang masih merasa lebih dari orang lain perlu dipertanyakan keihramannya.
Kain Ihram adalah Salah satu barang yang wajib disiapkan kaum Muslimin calon haji sebelum berangkat umrah dan haji. Pakaian ihram dalam Haji Umrah wajib dikenakan. Tanpa mengenakan pakaian ihram, maka ihramnya menjadi Batal. Oleh karena itu, seorang calon Jamaah haji wajib membayar fidyah. Yaitu, berpuasa selama tiga hari, memberi makan enam orang miskin, atau memotong kambing. Namun, menyembelih atau memberikan makan enam orang miskin tersebut harus di Makkah. Sedangkan, berpuasa dapat dilakukan di mana saja.
Dalam melaksanakan ibadah Haji,Agar terhindar dari fidyah tersebut, seorang calon haji sebaiknya menyiapkan pakaian ihram sebelum berangkat ke Tanah Suci. Pakaian ihram ini adalah dua lembar kain yang tidak boleh ada jahitannya. Dan, memang hanya dua lembar kain ini yang boleh dikenakan untuk menutupi tubuh. Dari kedua lembar kain ini, yang satu digunakan sebagai selendang untuk menutupi tubuh bagian bawah dan yang satunya lagi untuk menutupi tubuh bagian atas.
Nabi Muhammad SAW saat ditanya tentang pakaian orang berihram menyebutkan, Artinya: Ia tidak boleh memakai qamis, sorban, celana, tudung kepala, dan khuf, kecuali orang yang tidak mendapatkan sandal, maka dia boleh memakai khuf (sepatu bot). Dan, hendaklah dia memotong khuf sampai bawah mata kaki.” [Muttafaqun 'alaih dari hadis Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhu]
Yang menjadi pertanyaan kemudian, berapa lembar kain ihram yang perlu dibawa ke Tanah Suci. Bila seorang calon haji tersebut berniat melaksanakan haji tamatu (umumnya dilakukan jamaah haji Indonesia), tiga lembar kain ihram sudah cukup.
Karena bila membawa kain ihram terlalu banyak, hal ini akan memenuhi koper bagasi yang seharusnya bisa diisi dengan barang kebutuhan lain. Apalagi, kain ihram yang biasa digunakan jamaah haji asal Indonesia adalah kain tebal yang menyerupai kain handuk, yang akan cukup banyak menyita tempat di koper.
Sedangkan, bila hanya membawa dua lembar kain ihram, kita tidak bisa berganti kain ihram, padahal pakaian ihram yang dikenakan sudah kotor karena sudah digunakan selama beberapa hari.
Pertimbangan membawa kain ihram sebanyak tiga lembar mengingat kebutuhan penggunaannya selama di Tanah Suci. Saat pertama kali datang ke Kota Makkah, calon haji tamatu akan melaksanakan ibadah umrah. Untuk itu, sejak dari miqat atau batas demarkasi yang menjadi batas wilayah Tanah Suci, seorang calon haji harus sudah mengenakan pakaian ihram.
Dari miqat ini, kemudian menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan tawaf qudum dan sai. Setelah melakukan umrah, calon jamaah haji tersebut sudah boleh mengenakan pakaian biasa lagi. Dengan demikian, pemakaian kain ihram tersebut tidak terlalu lama.
Penggantian pakaian ihram tak perlu seluruhnya. Dengan tiga lembar kain ihram yang dibawa, penggantian kain ihram bisa hanya kain bagian bawahnya. Hal ini karena antara kain ihram bagian atas dan kain ihram bagian bawah biasanya akan lebih cepat kotor yang bagian bawah.
Berikut Video Cara Mengenakan Kain Ihram
Easy Money

Easy Money
Easy Money
Easy Money
Showing posts with label Tips Persiapan Pergi Haji. Show all posts
Showing posts with label Tips Persiapan Pergi Haji. Show all posts
20120522
20120223
Kegiatan Jamaah Haji Setiba di Tanah Suci
Tiba di Airport King Abdul Aziz, Jeddah. Jamaah harus berkumpul di ruang tunggu sambil mendengarkan penjelasan dari petugas, menyiapkan PPH atau paspor, masuk ke ruang imigrasi untuk pemeriksaan PPH dan pemeriksaan barang dengan X-ray.Koper besar berisi maksimal 35 kg langsung diangkut ke Mekah dengan armada tersendiri oleh petugas Maktab dan akan diambil jamaah di pemondokan. Sedangkan tas tentengan berisi maksimal 10 kg dibawa sendiri oleh jamaah. Jamaah haji menuju ruang pemeriksaan paspor terakhir untuk mendapatkan stempel dan pengambil salah satu lembar copy paspor, lantas menuju ruang istirahat.
Fasilitas yang tersedia di ruang istirahat antara kamar Wudhu', Musholla, dan Poliklinik. Setelah menerima makanan dari katering, jamaah haji gelombang I berangkat ke Madinah dengan bus dengan jarak 450 kilometer dan waktu tempuh 6 jam. Jamaah haji gelombang II bisa melaksanakan Miqat (batas-batas yang telah ditetapkan untuk memulai Ibadah Haji berdasarkan waktu/miqat zamani maupun tempat/miqat makani dengan mengenakan kain Ihram yaitu dua potong kain tanpa jahitan) dari Bandara King Abdul Aziz atau di dalam pesawat dan langsung berangkat ke Mekah dengan menggunakan bus. Jarak Jeddah ke Mekah sekitar 75 km. Ketika hendak memasuki bus, semua paspor diminta oleh petugas Maktab. Paspor akan diberikan lagi kepada jamaah saat akan pemulangan ke tanah air di bandara.
Di Madinah Al-Munawarah. Jamaah haji gelombang I bisa beristirahat di rumah pemondokan dan sholat di Masjid Nabawi. Setelah itu, memotong kuku, mandi, wudhu, memakai wangi-wangian, merapikan rambut, mengenakan pakaian Ihram, dan berangkat menuju Bir Ali (Dzul Hulaifah) dengan jalan kaki selama 15 menit.
Sebelum bus menurunkan jamaah di maktab/pemondokan, masing-masing mendapatkan kartu yang menunjukkan lokasi maktab dengan tulisan berbahasa Arab yang berisi identitas lokasi pemondokan dan kartu tersebut harus dibawa kemanapun jamaah pergi untuk memudahkan pencarian lokasi pemondokan jika tersesat atau minta petunjuk petugas. Ruangan yang ditempati di pemondokan sesuai dengan nomor regu. Kamar antara jamaah laki-laki dan perempuan meskipun suami-istri sekalipun hendaknya disepakati untuk dipisah karena jamaah dalam keadaan berihram.
Di Masjid Bir Ali (Dzul Hulaifah). Jamaah haji berwudhu', sholat sunnah, niat ber-Umrah, berangkat menuju Mekah dengan bus selama 4-6 jam sambil membaca Talbiyah selama dalam perjalanan.
Di Makkah Al-Mukarramah. Di sini jamaah haji bisa beristirahat di pondokan dan melanjutkan perjalanan menuju Masjidil Haram melalui pintu Babus Salam. Di sana melaksanakan Thawaf Qudum atau Tawaf Dukhul, yaitu thawaf pembukaan atau thawaf selamat datang yang dilakukuan pada waktu jamaah baru tiba di Mekah. Selain itu juga berdoa di Multazam, sholat sunnah di Maqom Ibrahim, sholat sunnah di Hijir ismail, sa’i atau berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah 7 kali yang diadaptasi dari peristiwa berlari-larinya Siti Hajar saat mencari air bagi putranya Nabi Ismail yang kehausan, melaksanakan Tahallul dan tanggal 8 Dzulhijjah ber-Ihram dengan niat Haji. Selanjutnya berangkat ke padang Arafah dengan bus atau jalan kaki karena menghindari kemacetan. Jarak Mekah ke Arafah sekitar 22,4 kilometer. Pada kesempatan sebelum wukuf, beberapa calon jamaah haji biasanya mengunjungi beberapa tempat penting, Bukit Tsur, Gua Hira, Jabal Nur, Jabal Rahmah, Lokasi wukuf, Lokasi Mabit dan Jamarot dalam satu hari rangkaian perjalanan.
Wukuf di padang Arafah. Malam tanggal 9 Dzulhijjah jamaah haji menginap di Arafah. Tanggal 9 Dzulhijjah (setelah tergelincir matahari) jamaah haji mulai Wukuf atau berdiam diri sambil berdoa seharian sampai dengan Fajar Siddiq. Sesudah Maghrib atau Isya, jamaah haji berangkat menuju Muzdalifah yang berjarak 9 kilometer dari Arafah.
Di Muzdalifah. Di tempat ini jamaah haji Mabit atau bermalam sampai lewat tengah malam. Jamaah haji harus mengumpulkan kerikil 49 atau 70 butir sebesar buku jari dan dimasukkan dalam kantong yang telah disiapkan. Setelah lewat tengah malam jamaah haji berangkat menuju Mina yang jaraknya hanya 2 kilometer.
Di Mina. Tanggal 10 Dzulhijjah jamaah haji melontar Jumrah Aqabah yang disebut Tahlul Awal. Bila memungkinkan jamaah pergi ke Makkah untuk Thawaf Ifadloh lalu kembali ke Mina sebelum terbenam matahari. Selanjutnya jamaah menginap di Mina. Tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah jamaah haji melontar Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah, lalu meninggalkan Mina. Ini disebut Nafar Awwal. Jika jamaah haji masih bermalam di Mina, tanggal 13 Dzulhijjah kembali melontar Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah dan selanjutnya meninggalkan Mina menuju Makkah yang disebut Nafar Tsani. Usai melempar jumrah kembali ke Makkah. Jarak yang harus ditempuh 8 kilometer dengan bus.
Di Makkah. Melaksanakan Thawaf Ifadlah, Umrah Sunnah, Miqat dari Masjid Jiranah, Tana’im I’tiqaf, Thawaf Sunnah, ziarah ke tempat bersejarah, dan melaksanakan Thawaf Wada. Menuju Jeddah dengan bus selama 2 jam.
Di Madinatul Hujaj, Jeddah. Jamaah haji gelombang I menginap di Madinatul Hujaj. Di sana barang bawaan jamaah haji diperiksa dan ditimbang. Selain itu juga mengurus PPH. Di tempat ini jamaah haji masih mendapatkan jatah makan dari katering. Setelah semua beres, jamaah haji berangkat menuju Bandar Udara King Abdul Aziz. Sedangkan jamaah haji gelombang II akan langsung di bawa bus ke Madinah dengan waktu tempuh 4 jam dan menginap di hotel yang disediakan di kota itu yang berjarak hanya 5 menit dari Masjid Nabawi. Merekapun akan kembali ke tanah air melalui bandara di Madinah. Selama di Madinah, jamaah haji gelombang II ini bisa berziarah ke Jabal Uhud, Masjid Qiblatain, Masjid Quba, Pasar Kurma, dan beberapa tempat menarik dan bersejarah lainnya. Ketika jamaah turun dari bus yang membawa mereka dari Mekah, hendaknya semua tas tentengan diperiksa dengan teliti, agar tidak tertinggal di dalam bus. Koper besar datangnya belakangan, sekitar 1-2 jam berikutnya dan akan langsung diantar ke penginapan.
Di Bandara King Abdul Aziz. Barang bawaan jamaah haji akan diperiksa, PPH juga diperiksa, dan setelah selesai bisa naik kedalam pesawat untuk menempuh perjalanan kembali menuju Tanah Air.
18. Tiba di Tanah Air. Pesawat mendarat di bandara kota tujuan dan dengan bus jamaah haji diantar ke asrama haji. Di Asrama barang bawaan jamaah haji akan diperiksa oleh petugas beacukai. Jamaah haji juga menerima uang transport untuk kembali ke kota masing-masing dan mengikuti acara pelepasan untuk kembali ke daerah asal masing-masing. Sebelum masuk rumah hendaklah melaksanakan Shalat atau Sujud Syukur di Masjid atau Mushala terdekat. Selamat berjumpa kembali dengan keluarga dan semoga menjadi Haji Mabrur.
Secara keseluruhan, waktu yang dibutuhkan oleh Haji Reguler untuk menunaikan Ibadah Haji sekitar 40 hari, dengan rincian: di Mekkah sekitar 20 hari, di Arafah dan Mina 4 hari dan di Madinah sekitar 6 hari. Haji khusus atau Haji Plus yang Non Arbain membutuhkan waktu sekitar 19 hari sedangkan yang plus Arbain di Madina membutuhkan waktu sekitar 26 sampai 30 hari.
[rg@2012]
===== ONH Plus, Umrah
Foto: Republika.co.id
Fasilitas yang tersedia di ruang istirahat antara kamar Wudhu', Musholla, dan Poliklinik. Setelah menerima makanan dari katering, jamaah haji gelombang I berangkat ke Madinah dengan bus dengan jarak 450 kilometer dan waktu tempuh 6 jam. Jamaah haji gelombang II bisa melaksanakan Miqat (batas-batas yang telah ditetapkan untuk memulai Ibadah Haji berdasarkan waktu/miqat zamani maupun tempat/miqat makani dengan mengenakan kain Ihram yaitu dua potong kain tanpa jahitan) dari Bandara King Abdul Aziz atau di dalam pesawat dan langsung berangkat ke Mekah dengan menggunakan bus. Jarak Jeddah ke Mekah sekitar 75 km. Ketika hendak memasuki bus, semua paspor diminta oleh petugas Maktab. Paspor akan diberikan lagi kepada jamaah saat akan pemulangan ke tanah air di bandara.
Di Madinah Al-Munawarah. Jamaah haji gelombang I bisa beristirahat di rumah pemondokan dan sholat di Masjid Nabawi. Setelah itu, memotong kuku, mandi, wudhu, memakai wangi-wangian, merapikan rambut, mengenakan pakaian Ihram, dan berangkat menuju Bir Ali (Dzul Hulaifah) dengan jalan kaki selama 15 menit.
Sebelum bus menurunkan jamaah di maktab/pemondokan, masing-masing mendapatkan kartu yang menunjukkan lokasi maktab dengan tulisan berbahasa Arab yang berisi identitas lokasi pemondokan dan kartu tersebut harus dibawa kemanapun jamaah pergi untuk memudahkan pencarian lokasi pemondokan jika tersesat atau minta petunjuk petugas. Ruangan yang ditempati di pemondokan sesuai dengan nomor regu. Kamar antara jamaah laki-laki dan perempuan meskipun suami-istri sekalipun hendaknya disepakati untuk dipisah karena jamaah dalam keadaan berihram.
Di Masjid Bir Ali (Dzul Hulaifah). Jamaah haji berwudhu', sholat sunnah, niat ber-Umrah, berangkat menuju Mekah dengan bus selama 4-6 jam sambil membaca Talbiyah selama dalam perjalanan.
Di Makkah Al-Mukarramah. Di sini jamaah haji bisa beristirahat di pondokan dan melanjutkan perjalanan menuju Masjidil Haram melalui pintu Babus Salam. Di sana melaksanakan Thawaf Qudum atau Tawaf Dukhul, yaitu thawaf pembukaan atau thawaf selamat datang yang dilakukuan pada waktu jamaah baru tiba di Mekah. Selain itu juga berdoa di Multazam, sholat sunnah di Maqom Ibrahim, sholat sunnah di Hijir ismail, sa’i atau berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah 7 kali yang diadaptasi dari peristiwa berlari-larinya Siti Hajar saat mencari air bagi putranya Nabi Ismail yang kehausan, melaksanakan Tahallul dan tanggal 8 Dzulhijjah ber-Ihram dengan niat Haji. Selanjutnya berangkat ke padang Arafah dengan bus atau jalan kaki karena menghindari kemacetan. Jarak Mekah ke Arafah sekitar 22,4 kilometer. Pada kesempatan sebelum wukuf, beberapa calon jamaah haji biasanya mengunjungi beberapa tempat penting, Bukit Tsur, Gua Hira, Jabal Nur, Jabal Rahmah, Lokasi wukuf, Lokasi Mabit dan Jamarot dalam satu hari rangkaian perjalanan.
Wukuf di padang Arafah. Malam tanggal 9 Dzulhijjah jamaah haji menginap di Arafah. Tanggal 9 Dzulhijjah (setelah tergelincir matahari) jamaah haji mulai Wukuf atau berdiam diri sambil berdoa seharian sampai dengan Fajar Siddiq. Sesudah Maghrib atau Isya, jamaah haji berangkat menuju Muzdalifah yang berjarak 9 kilometer dari Arafah.
Di Muzdalifah. Di tempat ini jamaah haji Mabit atau bermalam sampai lewat tengah malam. Jamaah haji harus mengumpulkan kerikil 49 atau 70 butir sebesar buku jari dan dimasukkan dalam kantong yang telah disiapkan. Setelah lewat tengah malam jamaah haji berangkat menuju Mina yang jaraknya hanya 2 kilometer.
Di Mina. Tanggal 10 Dzulhijjah jamaah haji melontar Jumrah Aqabah yang disebut Tahlul Awal. Bila memungkinkan jamaah pergi ke Makkah untuk Thawaf Ifadloh lalu kembali ke Mina sebelum terbenam matahari. Selanjutnya jamaah menginap di Mina. Tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah jamaah haji melontar Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah, lalu meninggalkan Mina. Ini disebut Nafar Awwal. Jika jamaah haji masih bermalam di Mina, tanggal 13 Dzulhijjah kembali melontar Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah dan selanjutnya meninggalkan Mina menuju Makkah yang disebut Nafar Tsani. Usai melempar jumrah kembali ke Makkah. Jarak yang harus ditempuh 8 kilometer dengan bus.
Di Makkah. Melaksanakan Thawaf Ifadlah, Umrah Sunnah, Miqat dari Masjid Jiranah, Tana’im I’tiqaf, Thawaf Sunnah, ziarah ke tempat bersejarah, dan melaksanakan Thawaf Wada. Menuju Jeddah dengan bus selama 2 jam.
Di Madinatul Hujaj, Jeddah. Jamaah haji gelombang I menginap di Madinatul Hujaj. Di sana barang bawaan jamaah haji diperiksa dan ditimbang. Selain itu juga mengurus PPH. Di tempat ini jamaah haji masih mendapatkan jatah makan dari katering. Setelah semua beres, jamaah haji berangkat menuju Bandar Udara King Abdul Aziz. Sedangkan jamaah haji gelombang II akan langsung di bawa bus ke Madinah dengan waktu tempuh 4 jam dan menginap di hotel yang disediakan di kota itu yang berjarak hanya 5 menit dari Masjid Nabawi. Merekapun akan kembali ke tanah air melalui bandara di Madinah. Selama di Madinah, jamaah haji gelombang II ini bisa berziarah ke Jabal Uhud, Masjid Qiblatain, Masjid Quba, Pasar Kurma, dan beberapa tempat menarik dan bersejarah lainnya. Ketika jamaah turun dari bus yang membawa mereka dari Mekah, hendaknya semua tas tentengan diperiksa dengan teliti, agar tidak tertinggal di dalam bus. Koper besar datangnya belakangan, sekitar 1-2 jam berikutnya dan akan langsung diantar ke penginapan.
Di Bandara King Abdul Aziz. Barang bawaan jamaah haji akan diperiksa, PPH juga diperiksa, dan setelah selesai bisa naik kedalam pesawat untuk menempuh perjalanan kembali menuju Tanah Air.
18. Tiba di Tanah Air. Pesawat mendarat di bandara kota tujuan dan dengan bus jamaah haji diantar ke asrama haji. Di Asrama barang bawaan jamaah haji akan diperiksa oleh petugas beacukai. Jamaah haji juga menerima uang transport untuk kembali ke kota masing-masing dan mengikuti acara pelepasan untuk kembali ke daerah asal masing-masing. Sebelum masuk rumah hendaklah melaksanakan Shalat atau Sujud Syukur di Masjid atau Mushala terdekat. Selamat berjumpa kembali dengan keluarga dan semoga menjadi Haji Mabrur.
Secara keseluruhan, waktu yang dibutuhkan oleh Haji Reguler untuk menunaikan Ibadah Haji sekitar 40 hari, dengan rincian: di Mekkah sekitar 20 hari, di Arafah dan Mina 4 hari dan di Madinah sekitar 6 hari. Haji khusus atau Haji Plus yang Non Arbain membutuhkan waktu sekitar 19 hari sedangkan yang plus Arbain di Madina membutuhkan waktu sekitar 26 sampai 30 hari.
[rg@2012]
===== ONH Plus, Umrah
20120215
Ini Dia Isi Koper Jamaah Haji
Ibadah Haji membutuhkan perjalanan waktu yang cukup lama. Mulai dari masuk ke asrama embarkasi, keberangkatan, tiba di tanah suci, serangkaian ibadah utama, ibadah sunah, ziarah, hingga kembali lagi ke tanah air. Ada pun ibadah utama saat menunaikan Ibadah Haji meliputi:
1.Sebelum 8 Zulhijah, umat Islam dari seluruh dunia mulai berdatangan untuk melaksanakan Tawaf Haji di Masjid Al Haram, Makkah.
2.Pada 8 Zulhijah, jamaah haji bermalam di Mina. Pada pagi 8 Zulhijah, semua umat Islam memakai pakaian Ihram (dua lembar kain tanpa jahitan sebagai pakaian haji), kemudian berniat haji, dan membaca bacaan Talbiyah. Jamaah kemudian berangkat menuju Mina, sehingga malam harinya semua jamaah haji harus bermalam di Mina.
3.9 Zulhijah, pagi harinya semua jamaah haji pergi ke Arafah. Kemudian jamaah melaksanakan ibadah Wukuf, yaitu berdiam diri dan berdoa di padang luas ini hingga Maghrib datang. Ketika malam datang, jamaah segera menuju dan bermalam Muzdalifah.
4.10 Zulhijah, setelah pagi di Muzdalifah, jamaah segera menuju Mina untuk melaksanakan ibadah Jumrah Aqabah, yaitu melempar batu sebanyak tujuh kali ke tugu pertama sebagai simbolisasi mengusir setan. Setelah mencukur rambut atau sebagian rambut, jamaah bisa Tawaf Haji (menyelesaikan Haji), atau bermalam di Mina dan melaksanakan jumrah sambungan (Ula dan Wustha).
5.11 Zulhijah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu ketiga.
6.Sebelum pulang ke negara masing-masing, jamaah melaksanakan Thawaf Wada' (thawaf perpisahan).
Inti dari Ibadah Haji hanya dimulai pada 8 zulhijjah hingga 13 zulhijjah, yaitu 6 hari. Ditambah umrah 1 hari, sehingga secara total dibutuhkan 7 hari. Bagi jamaah haji warga Indonesia yang menggunakan paket reguler biasanya membutuhkan total 1 bulan lebih hingga 40 hari. Sedangkan bagi yang menggunakan paket ONH plus kurang lebih hanya 15 hari. Untuk itu jamaah haji harus melengkapi diri dengan peralatan-peralatan pribadi yang mencukupi dari tahan air untuk bertahan selama 15 sampai 40 hari tergantung paket haji yang dipilih. Adapun peralatan dan kebutuhan pribadi yang harus dibawa meliputi:
1.Surat-surat dan dokumen. Dokumen yang harus dibawa antara lain Surat Panggilan Masuk Asrama (SPMA), bukti setor warna biru dan buku kesehatan. Membawa 1 (satu) buah tas koper dan tas tentengan dari Departemen Agama RI dan tas paspor yang diberikan pihak penerbangan.
2.Koper dari Departemen Agama berikut kunci gembok dan sabuk koper, tas tentengan dari Departemen Agama berikut kunci gembok tas, kantong paspor, ransel, dan tas pinggang.
3.Pakaian. Bagi peserta haji laki-laki, yang dibutuhkan antara lain: kain Ihram 2 setel, baju koko, t-shirt berkantong, celana panjang kain putih, kaos panjang seragam DT, kaos kurung, celana kain panjang, celana dalam, kaos kaki, sabuk, sapu tangan, jaket pribadi, syal seragam DT dan jaket seragam kota. Bagi peserta wanita, yang dibutuhkan antara lain: kain Ihram, baju gamis, celana panjang, pakaian dalam dan kaos kaki. Jumlahnya disesuaikan kebutuhan karena toh di sana bisa mencuci dan membeli dengan harga terjangkau.
4.Peralatan mandi. Antara lain body wash atau sabun cair, sikat gigi, pasta gigi, shampo, sabun pencuci muka, cairan kumur, bedak, deodorant, gel atau minyak rambut, krim anti serangga, krim tabir surya, lotion, sprayer untuk menghalau udara panas di wajah, pencukur jenggot, gunting, alat pemotong kuku, handuk mandi, dan handuk kecil. Sebisa mungkin dipilih peralatan mandi dan perawatan tubuh yang tanpa parfum/wewangian/aroma dan tanpa alkohol. Karena dalam kondisi ihram dilarang menggunakan wewangian. Untuk pasta gigi bisa dipilih yang tanpa rasa mint atau bisa juga membersihkan gigi dengan siwak yang bentuknya seperti ranting kayu dengan rasa agak pedas dan bisa dibeli di Mekah atau Madinah.
5.Alas kaki. Berupa sepatu sandal dan sandal jepit.
6.Perlengkapan pelindung. Seperti pengait kaca mata, kaca mata hitam, masker, dan payung lipat.
7.Alat tulis. Meliputi spidol, lakban, buku tulis, pulpen, buku manasik, buku doa, tafsir kecil, dan buku harian jika perlu.
8.Perlengkapan ibadah. Meliputi Al Qur’an, Sajadah standar, sabuk Ihram, dan tasbih.
9.Kantong. Kantong untuksandal, kantong untuk batu, kantong untuk pakian kotor, dan kantong kresek untuk jaga-jaga.
10.Peralatan makan. Berupa piring plastik, gelas plastik, kotak makan plastik, sendok, dan garpu.
11.Peralatan cuci. Sabun pencuci pakaian, tali jemuran, penjepit jemauran, karet gelang, alat cuci kecil.
12.Alat tidur. Sarung bantal, sprei dan selimut.
13.Makanan kering. Seperti abon, dendeng, pop mie, kue kering, kecap, bumbu masak/kaldu instant, dan bumbu pecel.
14.Alat P3K. Obat-obatan sesuai kebutuhan seperti obat flu, sakit kepala, batuk, dan diare. Selain itu juga obat sesuai dengan penyakit yang telah diderita berikut daftar obat, minyak angin, obat gosok, pembalut luka, obat luka, koyo, dan vitamin.
15.Keperluan wanita. Tas wanita, kaos kaki tambahan, pembalut wanita, pelembab bibir, panty liner, tisyu saku, tisyu basah, mukena ¾, celana panjang, tutup tangan, sisir dan cermin.
16.Alat komunikasi. Misalnya telepon seluler atau ipad berikut charger, handsfree, belt case, dan case. Jika mungkin dan perlu.
17.Kamera berikut charger dan case. Jika mungkin dan perlu.
18.Pemutar kaset atau CD mini. Dilengkapi charger, baterai, case dan kabel A/V. Jika mungkin dan perlu.
Semoga daftar perlengkapan pribadi ini bisa berguna bagi para calon jamaah haji. Sehingga jamaah tak perlu kebingungan atas apa yang harus dibawa. Namun bagaimanapun juga jumlahnya harus sesuai dengan kebutuhan dan batas berat maksimal saat naik pesawat terbang. Selamat menunaikan Ibadah Haji!
[rg@2012]
===== ONH Plus, Umrah
1.Sebelum 8 Zulhijah, umat Islam dari seluruh dunia mulai berdatangan untuk melaksanakan Tawaf Haji di Masjid Al Haram, Makkah.
2.Pada 8 Zulhijah, jamaah haji bermalam di Mina. Pada pagi 8 Zulhijah, semua umat Islam memakai pakaian Ihram (dua lembar kain tanpa jahitan sebagai pakaian haji), kemudian berniat haji, dan membaca bacaan Talbiyah. Jamaah kemudian berangkat menuju Mina, sehingga malam harinya semua jamaah haji harus bermalam di Mina.
3.9 Zulhijah, pagi harinya semua jamaah haji pergi ke Arafah. Kemudian jamaah melaksanakan ibadah Wukuf, yaitu berdiam diri dan berdoa di padang luas ini hingga Maghrib datang. Ketika malam datang, jamaah segera menuju dan bermalam Muzdalifah.
4.10 Zulhijah, setelah pagi di Muzdalifah, jamaah segera menuju Mina untuk melaksanakan ibadah Jumrah Aqabah, yaitu melempar batu sebanyak tujuh kali ke tugu pertama sebagai simbolisasi mengusir setan. Setelah mencukur rambut atau sebagian rambut, jamaah bisa Tawaf Haji (menyelesaikan Haji), atau bermalam di Mina dan melaksanakan jumrah sambungan (Ula dan Wustha).
5.11 Zulhijah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu ketiga.
6.Sebelum pulang ke negara masing-masing, jamaah melaksanakan Thawaf Wada' (thawaf perpisahan).
Inti dari Ibadah Haji hanya dimulai pada 8 zulhijjah hingga 13 zulhijjah, yaitu 6 hari. Ditambah umrah 1 hari, sehingga secara total dibutuhkan 7 hari. Bagi jamaah haji warga Indonesia yang menggunakan paket reguler biasanya membutuhkan total 1 bulan lebih hingga 40 hari. Sedangkan bagi yang menggunakan paket ONH plus kurang lebih hanya 15 hari. Untuk itu jamaah haji harus melengkapi diri dengan peralatan-peralatan pribadi yang mencukupi dari tahan air untuk bertahan selama 15 sampai 40 hari tergantung paket haji yang dipilih. Adapun peralatan dan kebutuhan pribadi yang harus dibawa meliputi:
1.Surat-surat dan dokumen. Dokumen yang harus dibawa antara lain Surat Panggilan Masuk Asrama (SPMA), bukti setor warna biru dan buku kesehatan. Membawa 1 (satu) buah tas koper dan tas tentengan dari Departemen Agama RI dan tas paspor yang diberikan pihak penerbangan.
2.Koper dari Departemen Agama berikut kunci gembok dan sabuk koper, tas tentengan dari Departemen Agama berikut kunci gembok tas, kantong paspor, ransel, dan tas pinggang.
3.Pakaian. Bagi peserta haji laki-laki, yang dibutuhkan antara lain: kain Ihram 2 setel, baju koko, t-shirt berkantong, celana panjang kain putih, kaos panjang seragam DT, kaos kurung, celana kain panjang, celana dalam, kaos kaki, sabuk, sapu tangan, jaket pribadi, syal seragam DT dan jaket seragam kota. Bagi peserta wanita, yang dibutuhkan antara lain: kain Ihram, baju gamis, celana panjang, pakaian dalam dan kaos kaki. Jumlahnya disesuaikan kebutuhan karena toh di sana bisa mencuci dan membeli dengan harga terjangkau.
4.Peralatan mandi. Antara lain body wash atau sabun cair, sikat gigi, pasta gigi, shampo, sabun pencuci muka, cairan kumur, bedak, deodorant, gel atau minyak rambut, krim anti serangga, krim tabir surya, lotion, sprayer untuk menghalau udara panas di wajah, pencukur jenggot, gunting, alat pemotong kuku, handuk mandi, dan handuk kecil. Sebisa mungkin dipilih peralatan mandi dan perawatan tubuh yang tanpa parfum/wewangian/aroma dan tanpa alkohol. Karena dalam kondisi ihram dilarang menggunakan wewangian. Untuk pasta gigi bisa dipilih yang tanpa rasa mint atau bisa juga membersihkan gigi dengan siwak yang bentuknya seperti ranting kayu dengan rasa agak pedas dan bisa dibeli di Mekah atau Madinah.
5.Alas kaki. Berupa sepatu sandal dan sandal jepit.
6.Perlengkapan pelindung. Seperti pengait kaca mata, kaca mata hitam, masker, dan payung lipat.
7.Alat tulis. Meliputi spidol, lakban, buku tulis, pulpen, buku manasik, buku doa, tafsir kecil, dan buku harian jika perlu.
8.Perlengkapan ibadah. Meliputi Al Qur’an, Sajadah standar, sabuk Ihram, dan tasbih.
9.Kantong. Kantong untuksandal, kantong untuk batu, kantong untuk pakian kotor, dan kantong kresek untuk jaga-jaga.
10.Peralatan makan. Berupa piring plastik, gelas plastik, kotak makan plastik, sendok, dan garpu.
11.Peralatan cuci. Sabun pencuci pakaian, tali jemuran, penjepit jemauran, karet gelang, alat cuci kecil.
12.Alat tidur. Sarung bantal, sprei dan selimut.
13.Makanan kering. Seperti abon, dendeng, pop mie, kue kering, kecap, bumbu masak/kaldu instant, dan bumbu pecel.
14.Alat P3K. Obat-obatan sesuai kebutuhan seperti obat flu, sakit kepala, batuk, dan diare. Selain itu juga obat sesuai dengan penyakit yang telah diderita berikut daftar obat, minyak angin, obat gosok, pembalut luka, obat luka, koyo, dan vitamin.
15.Keperluan wanita. Tas wanita, kaos kaki tambahan, pembalut wanita, pelembab bibir, panty liner, tisyu saku, tisyu basah, mukena ¾, celana panjang, tutup tangan, sisir dan cermin.
16.Alat komunikasi. Misalnya telepon seluler atau ipad berikut charger, handsfree, belt case, dan case. Jika mungkin dan perlu.
17.Kamera berikut charger dan case. Jika mungkin dan perlu.
18.Pemutar kaset atau CD mini. Dilengkapi charger, baterai, case dan kabel A/V. Jika mungkin dan perlu.
Semoga daftar perlengkapan pribadi ini bisa berguna bagi para calon jamaah haji. Sehingga jamaah tak perlu kebingungan atas apa yang harus dibawa. Namun bagaimanapun juga jumlahnya harus sesuai dengan kebutuhan dan batas berat maksimal saat naik pesawat terbang. Selamat menunaikan Ibadah Haji!
[rg@2012]
===== ONH Plus, Umrah
Ini Dia 8 Kegiatan Wajib Agar Tenang Berhaji
Ibarat mau keluar kota berminggu-minggu, maka ada kegiatan wajib yang harus dilakukan calon jamaah haji agar hati tenang selama beribadah menjadi tamu Alloh. Ini dia penjelasannya:
1.Manasik Haji. Persiapan spiritual sudah dimulai sejak latihan manasik haji. Selain itu juga perlu membaca buku-buku seputar perjalanan haji yang akan mempertebal kerinduan para jamaah untuk segera sampai ke Tanah Suci. Membaca buku-buku kumpulan doa dan dzikir juga bisa menjadi bekal rohani yang sangat berguna.
2.Menyiapkan keperluan bagi keluarga yang ditinggal. Jamaah haji akan tinggal di Tanah Suci hingga kurang lebih 40 hari lamanya. Tentu anggota keluarga yang ditinggalkan di rumah harus dipenuhi keperluannya dan dicukupi kebutuhannya selama ditinggalkan.
Apalagi jika yang berangkat naik haji adalah kepala keluarga beserta istri yang harus meninggalkan anak-anak di rumah sekian lama. Harus dipastikan apakah anak-anak akan mendapatkan pendampingan dan perawatan dari orang yang bisa dipercaya.
Selain itu juga harus dipastikan, pengasuh anak ini memahami dan mengetahui seluk-beluk pengasuhan seperti yang biasanya didapatkan dari orangtua. Dengan demikian, jamaah haji yang berangkat ke Tanah Suci tenang hatinya, keluarga yang ditinggalkan di rumahpun tercukupi kebutuhan materiil dan spirituilnya.
3.Membagi tugas-tugas dalam keluarga selama ditinggal. Jika yang berangkat naik haji itu suami bersama istri, maka untuk sementara tugas-tugas yang biasanya dilakukan ayah dan ibu untuk sementara harus ada yang menggantikan. Maka supaya keluarga tetap bisa menjalani rutinitas dan kegiatan sehari-hari seperti sebelumnya, maka pembagian tugas di antara keluarga yang ditinggal di rumah mutlak diperlukan.
Hal ini bisa dilakukan dengan diskusi santai di rumah. Misalnya, biasanya yang memasak Ibu, maka selama Ibu menunaikan ibadah haji, tugas ini diserahkan pada anak perempuan yang sudah cukup dewasa atau pada pembantu. Jika biasanya adik bungsu diantar sekolah oleh ayah, selama ayah pergi naik haji, digantikan oleh kakak laki-lakinya yang sudah tangguh mengendarai kendaraan atau kepada tukang ojek langganan.
Anak-anak yang masih remaja bisa membantu cuci piring atau membersihkan rumah. Dengan begitu, ayah dan ibu pun bisa menunaikan ibadahnya dengan tenang.
4.Menyelesaikan semua urusan termasuk masalah hutang-piutang. Jika calon jamaah haji bekerja atau mempunyai usaha sendiri, hendaknya tugas-tugasnya dibereskan terlebih dahulu sebelum keberangkatan. Atau melimpahkan tanggungjawabnya itu kepada orang yang bisa dipercaya. Jika masih ada urusan hutang piutangpun sebaiknya segera diselesaikan, agar tak ada ganjalan hati ketika menjalankan ibadah di Tanah Suci.
5.Mempersiapkan keperluan pribadi yang akan dibawa. Biasanya dari Departemen Agama RI, calon jamaah haji akan mendapatkan satu koper besar dan satu tas tenteng. Sedangkan dari pemerintah Arab Saudi mendpatkan kantong berisi paspor. Peralatan pribadi yang perlu dibawa antara lain pakaian secukupnya, baju Ihram, jaket, peralatan shalat, peralatan mandi dan perlengkapan perawatan tubuh (sebisa mungkin dibawa yang kemasan botolnya agak besar sehingga cukup untuk 40 hari), peralatan mencuci dan menjemur pakaian, alas kaki dan alat perlindungan badan(seperti payung, lotion, lipglos dan kacamata), perlengkapan tidur (seperti selimut, sarung bantal, kaus kaki, dan sarung tangan), makanan kering (abon, dendeng, bumbu pecel, mie, kecap), alat komunikasi, alat tulis, buku doa, kamera, dan peralatan makan.
Secara umum, penyakit yang sering di alami di sana adalah batuk, pilek, saluran pernafasan, pusing dan diare. Jadi, sebaiknya tidak lupa membekali diri dengan antibiotik, obat batuk, obat influensa, obat sakit perut/diare, obat sakit kepala/pusing, obat gosok, salep dan obat untuk luka, serta masker.
6.Menyiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan. Dokumen yang harus dibawa antara lain Surat Panggilan Masuk Asrama (SPMA), bukti setor warna biru dan buku kesehatan. Membawa 1 (satu) buah tas koper dan tas tentengan dari Departemen Agama RI dan tas paspor yang diberikan pihak penerbangan.
7.Memperhatikan jadwal kegiatan dan keberangkatan. Baik jadwal keberangkatan menuju Asrama Haji Embarkasi maupun kegiatan di asrama yang berupa penyerahan SPMA kepada petugas, pemeriksaan barang bawaan, pemeriksakan kesehatan, mengikuti bimbingan dari PPIH Embarkasi, menerima uang living cost, paspor, gelang identitas, dan sosialisasi peraturan yang ditetapkan oleh PPIH Embarkasi. Juga jadwal keberangkatan dengan bus menuju Bandara Embarkasi dan jadwal keberangkatan pesawat.
8.Mengenal proses kegiatan selama di Tanah Suci. Ada baiknya menimba ilmu mengenai hal ini kepada kaum Muslim yang sudah pernah menunaikan Ibadah Haji. Informasi serupa juga banyak dijumpai dalam buku-buku panduan Ibadah Haji dan sharing pribadi di internet. Sebab banyak kaum Muslim yang mensharingkan pengalamannya selama menunaikan Ibadah Haji di blog pribadi mereka dengan maksud supaya berguna bagi sesama kaum Muslim yang akan berangkat menunaikan Ibadah Haji. Selamat menunaikan Ibadah Haji!
[rg@2012]
===== ONH Plus, Umrah
1.Manasik Haji. Persiapan spiritual sudah dimulai sejak latihan manasik haji. Selain itu juga perlu membaca buku-buku seputar perjalanan haji yang akan mempertebal kerinduan para jamaah untuk segera sampai ke Tanah Suci. Membaca buku-buku kumpulan doa dan dzikir juga bisa menjadi bekal rohani yang sangat berguna.
2.Menyiapkan keperluan bagi keluarga yang ditinggal. Jamaah haji akan tinggal di Tanah Suci hingga kurang lebih 40 hari lamanya. Tentu anggota keluarga yang ditinggalkan di rumah harus dipenuhi keperluannya dan dicukupi kebutuhannya selama ditinggalkan.
Apalagi jika yang berangkat naik haji adalah kepala keluarga beserta istri yang harus meninggalkan anak-anak di rumah sekian lama. Harus dipastikan apakah anak-anak akan mendapatkan pendampingan dan perawatan dari orang yang bisa dipercaya.
Selain itu juga harus dipastikan, pengasuh anak ini memahami dan mengetahui seluk-beluk pengasuhan seperti yang biasanya didapatkan dari orangtua. Dengan demikian, jamaah haji yang berangkat ke Tanah Suci tenang hatinya, keluarga yang ditinggalkan di rumahpun tercukupi kebutuhan materiil dan spirituilnya.
3.Membagi tugas-tugas dalam keluarga selama ditinggal. Jika yang berangkat naik haji itu suami bersama istri, maka untuk sementara tugas-tugas yang biasanya dilakukan ayah dan ibu untuk sementara harus ada yang menggantikan. Maka supaya keluarga tetap bisa menjalani rutinitas dan kegiatan sehari-hari seperti sebelumnya, maka pembagian tugas di antara keluarga yang ditinggal di rumah mutlak diperlukan.
Hal ini bisa dilakukan dengan diskusi santai di rumah. Misalnya, biasanya yang memasak Ibu, maka selama Ibu menunaikan ibadah haji, tugas ini diserahkan pada anak perempuan yang sudah cukup dewasa atau pada pembantu. Jika biasanya adik bungsu diantar sekolah oleh ayah, selama ayah pergi naik haji, digantikan oleh kakak laki-lakinya yang sudah tangguh mengendarai kendaraan atau kepada tukang ojek langganan.
Anak-anak yang masih remaja bisa membantu cuci piring atau membersihkan rumah. Dengan begitu, ayah dan ibu pun bisa menunaikan ibadahnya dengan tenang.
4.Menyelesaikan semua urusan termasuk masalah hutang-piutang. Jika calon jamaah haji bekerja atau mempunyai usaha sendiri, hendaknya tugas-tugasnya dibereskan terlebih dahulu sebelum keberangkatan. Atau melimpahkan tanggungjawabnya itu kepada orang yang bisa dipercaya. Jika masih ada urusan hutang piutangpun sebaiknya segera diselesaikan, agar tak ada ganjalan hati ketika menjalankan ibadah di Tanah Suci.
5.Mempersiapkan keperluan pribadi yang akan dibawa. Biasanya dari Departemen Agama RI, calon jamaah haji akan mendapatkan satu koper besar dan satu tas tenteng. Sedangkan dari pemerintah Arab Saudi mendpatkan kantong berisi paspor. Peralatan pribadi yang perlu dibawa antara lain pakaian secukupnya, baju Ihram, jaket, peralatan shalat, peralatan mandi dan perlengkapan perawatan tubuh (sebisa mungkin dibawa yang kemasan botolnya agak besar sehingga cukup untuk 40 hari), peralatan mencuci dan menjemur pakaian, alas kaki dan alat perlindungan badan(seperti payung, lotion, lipglos dan kacamata), perlengkapan tidur (seperti selimut, sarung bantal, kaus kaki, dan sarung tangan), makanan kering (abon, dendeng, bumbu pecel, mie, kecap), alat komunikasi, alat tulis, buku doa, kamera, dan peralatan makan.
Secara umum, penyakit yang sering di alami di sana adalah batuk, pilek, saluran pernafasan, pusing dan diare. Jadi, sebaiknya tidak lupa membekali diri dengan antibiotik, obat batuk, obat influensa, obat sakit perut/diare, obat sakit kepala/pusing, obat gosok, salep dan obat untuk luka, serta masker.
6.Menyiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan. Dokumen yang harus dibawa antara lain Surat Panggilan Masuk Asrama (SPMA), bukti setor warna biru dan buku kesehatan. Membawa 1 (satu) buah tas koper dan tas tentengan dari Departemen Agama RI dan tas paspor yang diberikan pihak penerbangan.
7.Memperhatikan jadwal kegiatan dan keberangkatan. Baik jadwal keberangkatan menuju Asrama Haji Embarkasi maupun kegiatan di asrama yang berupa penyerahan SPMA kepada petugas, pemeriksaan barang bawaan, pemeriksakan kesehatan, mengikuti bimbingan dari PPIH Embarkasi, menerima uang living cost, paspor, gelang identitas, dan sosialisasi peraturan yang ditetapkan oleh PPIH Embarkasi. Juga jadwal keberangkatan dengan bus menuju Bandara Embarkasi dan jadwal keberangkatan pesawat.
8.Mengenal proses kegiatan selama di Tanah Suci. Ada baiknya menimba ilmu mengenai hal ini kepada kaum Muslim yang sudah pernah menunaikan Ibadah Haji. Informasi serupa juga banyak dijumpai dalam buku-buku panduan Ibadah Haji dan sharing pribadi di internet. Sebab banyak kaum Muslim yang mensharingkan pengalamannya selama menunaikan Ibadah Haji di blog pribadi mereka dengan maksud supaya berguna bagi sesama kaum Muslim yang akan berangkat menunaikan Ibadah Haji. Selamat menunaikan Ibadah Haji!
[rg@2012]
===== ONH Plus, Umrah
20120207
10 Tips Sehat Selama Menjalankan Ibadah Haji
Foto: plakatdruck-hamburg.info
Kali ini kami dari Travel Prima Saidah selaku penyelenggara perjalanan haji, umrah dan wisata muslim kembali berbagi tips agar Anda tetap sehat selama menjalani ibadah haji dan umroh.
Ibadah Haji merupakan ibadah dengan perjalanan panjang dan banyak kegiatan yang sangat melelahkan fisik. Selain itu juga berisiko pada kesehatan tubuh. Apalagi kondisi medan, iklim, dan cauaca ekstrim di Tanah Suci sangat jauh berbeda dengan keadaan alam di tanah air.
Pertemuan besar para jama’ah dari berbagai bangsa di dunia yang membuat kondisi Tanah Suci menjadi luar biasa padat, juga bisa menjadi faktor mudahnya penularan langsung atau tidak langsung berbagai penyakit menular. Apalagi jamaah haji juga harus membiasakan diri dengan makanan lokal yang belum tentu cocok di perut, sebab urusan konsumsi, sudah diatur oleh penyelenggara perjalanan haji. Untuk itu perlu adanya tindakan pencegahan yang direkomendasikan dan harus dilakukan para jamaah guna memperkecil resiko-resiko yang mungkin akan menghinggapi selama perjalanan ibadah di Sudi Arabia.
1.Hal yang utama untuk diperhatikan jamaah haji adalah kebersihan minuman dan makanan yang kita konsumsi. Tidak direkomendasikan jamaah haji untuk meminum air kran, sebab air kran berbahaya untuk dikonsumsi, karena berupa air mentah yang masih banyak mengandung mikroorganisme. Perjalanan panjang selama 10 jam antara Madinah dan Mekah dalam cuaca panas terik pastilah akan membuat para jamaah haji lelah dan kehausan. Padahal di sepanjang perjalanan tidak bisa dipastikan akan menemukan makanan, air minum bersih atau toilet.
2.Ada baiknya para jamaah haji membekali diri dengan air mineral botol atau jika ingin yang natural bisa dipilih air Zam zam. Air Zam zam aman diminum walau mentah karena mengandung flouride tinggi yang mampu membunuh kuman. Sehingga resiko dehidrasi selama dalam perjalanan tidak akan terjadi.
3.Para jamaah haji pun harus memeriksa dengan teliti kebersihan tempat makan yang akan dipilih. Misalnya di distrik Haram, sebaiknya jamaah haji menghindari untuk makan di restauran yang kelihatan kurang bersih. Mengintip kebersihan restoran sebelum memesan makanan dan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan adalah hal yang mutlak dilakukan.
4.Disarankan jamaah haji untuk selalu membawa sabun pribadi di dalam tas yang selalu dibawa kemana-mana. Lebih baik sedikit repot dan bijak daripada terserang sakit perut dan ibadah menjadi terhambat, bukan? Dengan memerhatikan kebersihan dan kesehatan makanan dan minuman yang dikonsumsi, Insya Allah kondisi fisik para jamaah haji selalu prima untuk mengikuti rangkaian Ibadah Haji di tanah suci.
foto: onislam.com
5.Tidak menyimpan jatah makanan. Jika jamaah haji mendapat jatah makanan yang masih hangat dan segar, hendaknya segera dikonsumsi, tak perlu disimpan, sebab dikhawatirkan akan menjadi basi dan akan menyebabkan sakit perut jika dikonsumsi kemudian. Saat menerima jatah makanan, hendaknya juga diperiksa apakah masih hangat atau sudah basi. Sebab pengolahan makanan dalam jumlah besar sehingga kadang diolah jauh sebelum jam makan tiba. Jika sudah dalam kondisi tidak baik, sebaiknya tidak dikonsumsi.
6.Memerhatikan penyakit yang telah diidap sedari di tanah air. Naik haji merupakan kegiatan yang berat, kendala fisik kadang-kadang berbahaya, teruta ma bagi orang tua. Seyogyanya sebelum keberangkatan, memeriksakan diri dan berkonsultasi pada dokter keluarga, sehingga dokter bisa memberikan saran bagaimana menjaga diri supaya kemungkinan komplikasi bisa dihindari.
7.Kepala kelompok juga harus diberitahu mengenai kondisi kesehatan anggotanya, sehingga selalu tanggap dan waspada. Sebagian besar kaum lanjut usia mengalami resiko pembengkakan pembuluh darah yang mengakibatkan gagal vena atau masalah jantung. Bagi yang memiliki tekanan darah tinggi juga harus berhati-hati. Terutama pada beberapa obat yang bisa meningkatkan tekanan jantung, seperti obat flu dan pelega tenggorokan.
8.Sebaiknya selalu berkonsultasi dengan dokter dalam kelompok. Bagi yang mengidap diabetes, tidak berarti harus berhenti makan karena takut gula darah naik. Sebaiknya tetap makan makanan diet seperti salad buah dan makanan kecil rendah gula, serta tidak tidur di siang hari dan lebih memperhatikan penanganan luka-luka kecil akibat terinjak atau terdorong.
9.Memperhatikan kecukupan beristirahat. jamaah haji Butuh stamina yang baik untuk bisa mengikuti rangkaian Ibadah Haji. Untuk itu, cukup istirahat mutlak diperlukan. Jangan sampai gara-gara terlalu banyak jalan-jalan dan belanja, kondisi fisik menjadi drop dan menjadi tak cukup fit untuk mengikuti ibadah. Stamina jamaah haji harus benar-benar dijaga, agar bisa menjalankan ibadah di Padang Arafah saat puncak Ibadah Haji berlangsung.
10.Menyediakan krim. Bagi jamaah haji yang berkulit sensitif, ada baiknya menggunakan krim anti jamur. Krim anti nyamuk juga dianjurkan untuk melindungi diri dari gigitan serangga. Krim untuk menjaga kelembaban kulit dan melindungi kulit dari sengatan matahari juga dianjurkan.
Nah, Anda semakin mantap untuk berhaji/umroh tahun ini? Jangan sungkan menghubungi kami untuk berkonsultasi seputar perjalanan haji, umrah, dan wisata muslim.
[rg@2012]
===== ONH Plus, Umrah
Kali ini kami dari Travel Prima Saidah selaku penyelenggara perjalanan haji, umrah dan wisata muslim kembali berbagi tips agar Anda tetap sehat selama menjalani ibadah haji dan umroh.
Ibadah Haji merupakan ibadah dengan perjalanan panjang dan banyak kegiatan yang sangat melelahkan fisik. Selain itu juga berisiko pada kesehatan tubuh. Apalagi kondisi medan, iklim, dan cauaca ekstrim di Tanah Suci sangat jauh berbeda dengan keadaan alam di tanah air.
Pertemuan besar para jama’ah dari berbagai bangsa di dunia yang membuat kondisi Tanah Suci menjadi luar biasa padat, juga bisa menjadi faktor mudahnya penularan langsung atau tidak langsung berbagai penyakit menular. Apalagi jamaah haji juga harus membiasakan diri dengan makanan lokal yang belum tentu cocok di perut, sebab urusan konsumsi, sudah diatur oleh penyelenggara perjalanan haji. Untuk itu perlu adanya tindakan pencegahan yang direkomendasikan dan harus dilakukan para jamaah guna memperkecil resiko-resiko yang mungkin akan menghinggapi selama perjalanan ibadah di Sudi Arabia.
1.Hal yang utama untuk diperhatikan jamaah haji adalah kebersihan minuman dan makanan yang kita konsumsi. Tidak direkomendasikan jamaah haji untuk meminum air kran, sebab air kran berbahaya untuk dikonsumsi, karena berupa air mentah yang masih banyak mengandung mikroorganisme. Perjalanan panjang selama 10 jam antara Madinah dan Mekah dalam cuaca panas terik pastilah akan membuat para jamaah haji lelah dan kehausan. Padahal di sepanjang perjalanan tidak bisa dipastikan akan menemukan makanan, air minum bersih atau toilet.
2.Ada baiknya para jamaah haji membekali diri dengan air mineral botol atau jika ingin yang natural bisa dipilih air Zam zam. Air Zam zam aman diminum walau mentah karena mengandung flouride tinggi yang mampu membunuh kuman. Sehingga resiko dehidrasi selama dalam perjalanan tidak akan terjadi.
3.Para jamaah haji pun harus memeriksa dengan teliti kebersihan tempat makan yang akan dipilih. Misalnya di distrik Haram, sebaiknya jamaah haji menghindari untuk makan di restauran yang kelihatan kurang bersih. Mengintip kebersihan restoran sebelum memesan makanan dan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan adalah hal yang mutlak dilakukan.
4.Disarankan jamaah haji untuk selalu membawa sabun pribadi di dalam tas yang selalu dibawa kemana-mana. Lebih baik sedikit repot dan bijak daripada terserang sakit perut dan ibadah menjadi terhambat, bukan? Dengan memerhatikan kebersihan dan kesehatan makanan dan minuman yang dikonsumsi, Insya Allah kondisi fisik para jamaah haji selalu prima untuk mengikuti rangkaian Ibadah Haji di tanah suci.
foto: onislam.com
5.Tidak menyimpan jatah makanan. Jika jamaah haji mendapat jatah makanan yang masih hangat dan segar, hendaknya segera dikonsumsi, tak perlu disimpan, sebab dikhawatirkan akan menjadi basi dan akan menyebabkan sakit perut jika dikonsumsi kemudian. Saat menerima jatah makanan, hendaknya juga diperiksa apakah masih hangat atau sudah basi. Sebab pengolahan makanan dalam jumlah besar sehingga kadang diolah jauh sebelum jam makan tiba. Jika sudah dalam kondisi tidak baik, sebaiknya tidak dikonsumsi.
6.Memerhatikan penyakit yang telah diidap sedari di tanah air. Naik haji merupakan kegiatan yang berat, kendala fisik kadang-kadang berbahaya, teruta ma bagi orang tua. Seyogyanya sebelum keberangkatan, memeriksakan diri dan berkonsultasi pada dokter keluarga, sehingga dokter bisa memberikan saran bagaimana menjaga diri supaya kemungkinan komplikasi bisa dihindari.
7.Kepala kelompok juga harus diberitahu mengenai kondisi kesehatan anggotanya, sehingga selalu tanggap dan waspada. Sebagian besar kaum lanjut usia mengalami resiko pembengkakan pembuluh darah yang mengakibatkan gagal vena atau masalah jantung. Bagi yang memiliki tekanan darah tinggi juga harus berhati-hati. Terutama pada beberapa obat yang bisa meningkatkan tekanan jantung, seperti obat flu dan pelega tenggorokan.
8.Sebaiknya selalu berkonsultasi dengan dokter dalam kelompok. Bagi yang mengidap diabetes, tidak berarti harus berhenti makan karena takut gula darah naik. Sebaiknya tetap makan makanan diet seperti salad buah dan makanan kecil rendah gula, serta tidak tidur di siang hari dan lebih memperhatikan penanganan luka-luka kecil akibat terinjak atau terdorong.
9.Memperhatikan kecukupan beristirahat. jamaah haji Butuh stamina yang baik untuk bisa mengikuti rangkaian Ibadah Haji. Untuk itu, cukup istirahat mutlak diperlukan. Jangan sampai gara-gara terlalu banyak jalan-jalan dan belanja, kondisi fisik menjadi drop dan menjadi tak cukup fit untuk mengikuti ibadah. Stamina jamaah haji harus benar-benar dijaga, agar bisa menjalankan ibadah di Padang Arafah saat puncak Ibadah Haji berlangsung.
10.Menyediakan krim. Bagi jamaah haji yang berkulit sensitif, ada baiknya menggunakan krim anti jamur. Krim anti nyamuk juga dianjurkan untuk melindungi diri dari gigitan serangga. Krim untuk menjaga kelembaban kulit dan melindungi kulit dari sengatan matahari juga dianjurkan.
Nah, Anda semakin mantap untuk berhaji/umroh tahun ini? Jangan sungkan menghubungi kami untuk berkonsultasi seputar perjalanan haji, umrah, dan wisata muslim.
[rg@2012]
===== ONH Plus, Umrah
20120206
Mewaspadai Keselamatan Diri Saat Beribadah Haji
Pergi beribadah haji ke Tanah Suci, bukanlah suatu perjalanan biasa. Selain harus menempuh perjalanan yang lama dan panjang, para jemaah haji juga dihadapkan pada kondisi alam, suhu udara, kondisi budaya, dan orang-orang asing yang memiliki kebiasaan berbeda dengan yang biasa dijumpai di negara asal.
Tentu saja perjalanan panjang ini tidak hanya melelahkan namun juga penuh risiko. Apalagi di tempat tujuan, para jemaah haji akan bertemu dengan jutaan orang dari seluruh penjuru dunia dengan bahasa ibu, postur tubuh, kebiasaan, dan adat-istiadat yang tak sama. Tumpah ruah jadi satu di Tanah Suci untuk tujuan yang sama.
Kadang kondisi penuh orang bagai lautan manusia ini membuat para jemaah haji harus berdesakan, tak sengaja saling dorong, terjatuh, bahkan terinjak, yang mengancam keselamatan diri. Berikut ini ada beberapa tips yang perlu diperhatikan untuk menjaga keselamatan diri saat menunaikan Ibadah Haji. Semoga berguna.
1. Menghindari obat-obatan yang menyebabkan kantuk. Sebab saat jemaah haji melaksanakan rangkaian Ibadah Haji, jemaah membutuhkan pergerakan fisik berupa jalan kaki, sehingga jika mengantuk kemungkinan bisa terjatuh. Sebaiknya berkonsultasi dengan dokter keluarga maupun dokter pendamping kelompok selama di tanah Suci mengenai obat yang aman dan sesuai.
2. Menghindari makanan yang tak biasa. Jika tak terbiasa dengan hidangan khas Arab yang disediakan, biasanya terdiri dari berbagai jenis nasi (seperti, nasi Birjani, chapatis, nasi Turki, kentang goreng, mie, nasi Buhari, nasi kari dan roti. Lauk pauk seperti ayam goreng, nugget, empal daging, sate ayam, kari dan gulai kambing, shih kebab, ayam semur, ayam panggang / ayam brost, donner kebab, ikan goreng, dan cumi goreng), sebaiknya menghindari untuk memakannya.
Daripada perut menjadi sebah, begah, atau tidak enak. Sebaiknya makan saja menu yang biasa dimakan sehari-hari, seperti daging dan ikan yang benar-benar matang dan disajikan dalam keadaan hangat, sayuran yang dimasak, dan buah-buahan kupas. Jika mendapat jatah susu, sebaiknya direbus terlebih dahulu. Biasanya ada fasilitas kompor di pemondokan haji.
Di Mekah juga banyak dijumpai restoran masakan Indonesia. Katering panitia Haji bagi jemaah saat berada di Amira, Arafah, dan Madinah pun menyediakan menu masakan Indonesia. Bahkan pemerintah Indonesia mengekspor pindang ikan ke Saudi Arabia untuk konsumsi jemaah haji.
3. Memperhatikan waktu terbaik untuk suatu kegiatan. Di Madinah, sebaiknya dihindari mengunjungi Rawdha selama siang hari. Waktu terbaik untuk pergi adalah di malam hari dari 09:00 sampai tengah malam. Di Mekah, jika hendak meninggalkan pemondokan menuju ke masjid, sebaiknya beberapa jam sebelum waktu shalat sehingga menemukan tempat yang nyaman dan tidak perlu berdesak-desakan.
4.Fasilitas khusus bagi difable. Untuk memungkinkan orang-orang yang menderita cacat mendapat pengalaman spiritual yang luar biasa dalam Ibadah haji, ada cara untuk memfasilitasinya. Ada pengaturan bagi penyandang cacat di bandara Jeddah, bekerjasama dengan perusahaan taksi pribadi, mobilitas mereka bisa dikurangi, bisa berjalan dengan kursi roda, dan beberapa hotel mewah juga mempunyai fasilitas untuk menerima mereka.
Eskalator dan jalan setapak di Masjid Agung Mekah dipasang sedemikian rupa untuk memungkinkan orang-orang dengan roda bisa dengan mudah berpindah dari satu lantai ke lantai yang lain. Ada juga layanan pendukung lainnya yaitu bisa meminta kursi roda dan bantuan. Para difable yang berniat untuk mencapai haji hendaknya berkonsultasi mengenai perjalanannya dengan agen dan penyedia pelayanan di lokasi asal sebelum melakukan reservasi. Selain itu juga harus meminta agen perjalanan haji menuliskan secara rinci semua persiapan tertentu yang dipersiapkan baginya.
5.Fasilitas kesehatan. Jemaah perlu mengenali letak pos pelayanan kesehatan haji Indonesia dan juga mencatat nomor telepon yang bisa dihubungi. Sewaktu-waktu merasa membutuhkan pertolongan kesehatan, bisa langsung menuju lokasi yang tepat. Jika sakit, dianjurkan untuk berobat ke dokter kloter yang memiliki cukup perbekalan obat untuk jemaah.
6.Tidak mudah menerima barang yang dititipkan orang lain yang tidak dikenal dengan baik. Sebab tidak tahu apa isinya dan jangan sampai terbelit masalah karena barang titipan itu.
7. Memperhatikan barang bawaan. Jangan sampai tertukar atau tertinggal di bus atau di tempat pemondokan.
8.Menitipkan barang pada orang yang benar-benar dikenal. Apabila akan ke kamar mandi di bandara saat baru tiba, sebaiknya tidak membawa tas tentengan, tas koper, uang dan barang berharga. Sebaiknya dititipkan kepada teman yang dikenal dan dipercaya.
9.Mengenali lokasi pemondokan. Hendaknya memerhatikan lokasi pemondokan tempat tinggal, nomor Maktab, dan nomor rumah dengan cara mengingat tanda-tanda yang mudah dikenal sebelum berangkat ke masjid atau tempat-tempat lainnya.
Selamat menunaikan ibadah haji. Selamat hingga kembali di tanah air adalah doa seluruh keluarga yang menanti di rumah!
[@rg foto:http://ngm.nationalgeographic.com]
===== ONH Plus, Umrah
Labels:
jamaah haji,
Tips Persiapan Pergi Haji,
tips umrah
20120125
Tips Berhaji Tetap Fit dan Bugar
Menjalankan ibadah haji bukanlah sebuah perjalanan wisata yang santai dan longgar tata waktunya. Tidak. Biar pun Anda menjalaninya penuh dengan kepasrahan, tetapi kondisi fisik tetaplah bakal terkuras energinya. Lebih-lebih, peserta ibadah haji rata-rata tak muda lagi. Banyak di antaranya sudah melampaui usia di atas 40 tahun.
Lantas adakah kiat menjaga kebugaran selama menjalankan ibadah haji? Tentu ada. Berikut ini beberapa tips yang Anda perlukan:
Pertama, jujurlah saat pemeriksaan kesehatan. Tidak ada gunanya menyembunyikan penyakit hanya dengan alasan Anda menyimpan kekhawatiran tidak lolos berangkat haji.
Kedua, persiapkan segala sesuatu sejak di tanah air. Siapkan sendiri obat-obatan pribadi biar pun ada kemungkinan obat tersebut disediakan di posko kesehatan haji
Ketiga, siapkan juga masker dan gunakan selalu selama menjalankan ibadah haji dan umroh.
Keempat, pelembab kulit dan bibir ideal dipakai untuk menghindari kulit dan bibir pecah-pecah.
Kelima, konsumsilah vitamin bila perlu. Ingat, aktivitas Anda jauh lebih terforsir dibandingkan kegiatan sehari-hari di tanah air.
Keenam, minum air putih setiap kali Anda merasa haus. Jangan ditunda. Banyak jamaah haji sengaja mengurangi minum dengan alasan takut kesulitan mencari toilet. Pemahaman semacam ini dapat membuat Anda dehidrasi.
Ketujuh, konsentrasilah pada ibadah. Tak jarang godaan untuk jalan-jalan dan belanja membuat aktivitas fisik terkuras untuk kegiatan semacam itu. Sehingga, ketika saatnya tiba untuk menjalankan ibadah, justru kondisi fisik sudah menurun.
Kedelapan, pastikan Anda mengetahui siapa pemimpin rombongan, berapa nomor teleponnya, dan Anda yakin sudah tahu lokasi posko kesehataan jamaah haji.
Tips-tips di atas memang bukan saran yang luar biasa, namun dari hal-hal sederhana itu Anda bakal memperoleh kesehatan yang memadai selama menjalankan ibadah haji dan umroh.
[ayb@2012]
===== ONH Plus, Umrah
Lantas adakah kiat menjaga kebugaran selama menjalankan ibadah haji? Tentu ada. Berikut ini beberapa tips yang Anda perlukan:
Pertama, jujurlah saat pemeriksaan kesehatan. Tidak ada gunanya menyembunyikan penyakit hanya dengan alasan Anda menyimpan kekhawatiran tidak lolos berangkat haji.
Kedua, persiapkan segala sesuatu sejak di tanah air. Siapkan sendiri obat-obatan pribadi biar pun ada kemungkinan obat tersebut disediakan di posko kesehatan haji
Ketiga, siapkan juga masker dan gunakan selalu selama menjalankan ibadah haji dan umroh.
Keempat, pelembab kulit dan bibir ideal dipakai untuk menghindari kulit dan bibir pecah-pecah.
Kelima, konsumsilah vitamin bila perlu. Ingat, aktivitas Anda jauh lebih terforsir dibandingkan kegiatan sehari-hari di tanah air.
Keenam, minum air putih setiap kali Anda merasa haus. Jangan ditunda. Banyak jamaah haji sengaja mengurangi minum dengan alasan takut kesulitan mencari toilet. Pemahaman semacam ini dapat membuat Anda dehidrasi.
Ketujuh, konsentrasilah pada ibadah. Tak jarang godaan untuk jalan-jalan dan belanja membuat aktivitas fisik terkuras untuk kegiatan semacam itu. Sehingga, ketika saatnya tiba untuk menjalankan ibadah, justru kondisi fisik sudah menurun.
Kedelapan, pastikan Anda mengetahui siapa pemimpin rombongan, berapa nomor teleponnya, dan Anda yakin sudah tahu lokasi posko kesehataan jamaah haji.
Tips-tips di atas memang bukan saran yang luar biasa, namun dari hal-hal sederhana itu Anda bakal memperoleh kesehatan yang memadai selama menjalankan ibadah haji dan umroh.
[ayb@2012]
===== ONH Plus, Umrah
20120116
Apa Sih Serangan Panas Yang Sering Diderita Jamaah Calon Haji?
===== Haji, Umrah
Kita memang seharusnya tetap menjaga kesehatan selama di tanah suci. Memang perubahan cuaca atau perbedaan cuaca lebih tepatnya, seringkali membuat penyakit berkunjung. Salah satunya penyakit serangan panas atau dikenal dengan heat stroke. Penyakit ini terjadi akibat penumpukan panas yang berlebihan dalam badan. Hal ini disebabkan oleh cuaca panas.
Kenapa bisa terjadi? Dalam keadaan suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh dan kelembapan udara rendah, mengakibatkan keringat menguap dalam prosentase lebih besar. Suhu tubuh pun meningkat . Lalu apa hubungannya dengan calon haji atau yang menjalankan umroh? Alasannya karena jamaah terlalu capek dan lelah, juga terkena sinar matahari.
Gejala-gejala serangan panas itu, antara lain:
Lalu bagaimana cara menghindari serangan panas?
Caranya adalah sebagai berikut:
Itu tadi pengertian serangan panas dan cara untuk menghindarinya. Apabila Anda mengalami beberapa gejala diatas, segera saja konsultasikan dan periksa ke tim kesehatan yang siap sedia untuk seluruh jamah haji dan umroh. Semoga dengan begitu, Anda bisa tetap fit dalam menjalani ibadah anda di tanah suci.
Anda memerlukan informasi seputar ibadah haji, umroh, dan wisata muslim? Hubungi Cheria Travel di 021-73888872 021-7372864, 0812-98-570855
[mith@2012]
Kita memang seharusnya tetap menjaga kesehatan selama di tanah suci. Memang perubahan cuaca atau perbedaan cuaca lebih tepatnya, seringkali membuat penyakit berkunjung. Salah satunya penyakit serangan panas atau dikenal dengan heat stroke. Penyakit ini terjadi akibat penumpukan panas yang berlebihan dalam badan. Hal ini disebabkan oleh cuaca panas.
Kenapa bisa terjadi? Dalam keadaan suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh dan kelembapan udara rendah, mengakibatkan keringat menguap dalam prosentase lebih besar. Suhu tubuh pun meningkat . Lalu apa hubungannya dengan calon haji atau yang menjalankan umroh? Alasannya karena jamaah terlalu capek dan lelah, juga terkena sinar matahari.
Gejala-gejala serangan panas itu, antara lain:
- Kepala nyeri, pusing dan suka bingung
- Bicara suka meracau, terjadi gangguan orientasi, langkah menjadi goyah
- Suhu tubuh naik sekitar 40 derajat celcius
- Kulit terasa kering dan panas
- Tidak berkeringat
Lalu bagaimana cara menghindari serangan panas?
Caranya adalah sebagai berikut:
- Jamaah haji jangan berada di bawah terik matahari langsung, antara pukul 10.00 – 16.00
- Kalau jamaah mau pergi keluar usahakan di bawah pukul 10.00.
- Usahakan membawa payung atau tutup kepala bagi yang tidak sedang menggunakan ihrom
- Bawalah bekal minuman. Minumlah minimal 5-6 liter atau 1 gelas setiap jam. Minumlah meski tidak dalam keadaan haus
- Jangan menahan buang hajat kecil dan besar.Karena kelebihan cairan buangan dalam tubuh bisa mematikan. Banyak sekali contohnya
- Istirahat dan tidur 6-8 jam sehari.Usahakan secara cukup ya
- Jangan lupa untuk makan buah-buahan segar seperti apel, jeruk, dll
- Silahkan menggunakan pakaian longgar, tidak transparan, dan sebaiknya warna putih
Itu tadi pengertian serangan panas dan cara untuk menghindarinya. Apabila Anda mengalami beberapa gejala diatas, segera saja konsultasikan dan periksa ke tim kesehatan yang siap sedia untuk seluruh jamah haji dan umroh. Semoga dengan begitu, Anda bisa tetap fit dalam menjalani ibadah anda di tanah suci.
Anda memerlukan informasi seputar ibadah haji, umroh, dan wisata muslim? Hubungi Cheria Travel di 021-73888872 021-7372864, 0812-98-570855
[mith@2012]
Labels:
tips haji,
Tips Persiapan Pergi Haji,
tips umrah
20120115
Tips Umroh dan Berhaji: Larangan Bagi Pria Wanita Saat Mengenakan Ihram
===== Haji, Umrah
Tak hanya itu saja, artikel selanjutnya akan ada artikel larangan saat menggunakan ihram bagi pria saja. Mau tahu? Ikuti saja terus tips umrah dan berhaji dari Cheria-Travel. Semoga bermanfaat.
[mith@2012] haji plus
Ihram memiliki pengertian yaitu niat haji atau umrah, sehingga pemakai dilarang melanggar larangan saat menggunakannya. Ihram juga bisa dikatakan sebagai langkah pertama dalam melaksanakan ibadah haji dan umrah. Setiap calon ibadah haji dan umrah wajib menggunakan ihram. Ihram adalah kain putih yang menutupi tubuh saat menjalankan ibadah haji atau umrah. Ihram tak sekadar dipakai saja, tapi memiliki aturan main berupa larangan. Hal ini berlaku pada pria dan wanita, tanpa kecuali. Apa saja? Berikut ini adalah larangan yang berlaku bagi pria dan wanita, antara lain:
1. Pemakai ihram wajib melakukan komitmen agar tetap bisa melakukan perintah agama, seperti shalat tepat waktu dan waktunya berjamaah
2. Lalu ada lagi, kita juga wajib menjauhi perbuatan yang dilarang Allah. Apakah itu? Rafats yang berarti mengucapkan kata tak senonoh, dan perbuatan yang tidak terpuji
3. Jangan lupa agar menjaga lisannya. Tujuannya agar tidak menyakiti hati sesama muslim. Sulit bagi siapaun yang terbiasa mengucapkan kata pedas nan menyakitkan
4. Kita harus menjauhi larangan ihram seperti; membuang rambut atau kuku dengan mencabut atau memotongnya. Berbeda kalau misal terlepas atau rontok dengan sendirinya maka tidak dikenakan denda apa pun
5. Saat memakai ihram dilarang menggunakan wewangian di badan, pakaian. Kalau misal wewangian tersebut berasal sebelum memakai ihram, tentu tidak masalah, dan tidak dikenai denda
6. Selama menggunakan ihram, jangan sampai melakukan pembunuhan terhadap binatang, meskipun kita dimintai bantuan sekedar menyembelih misalnya. Juga tidak diperbolehkan menebang pepohonan tanah haram dan tumbuhan yang tumbuh tanpa dipelihara manusia
7. Tidak diperkenankan melakukan akad nikah baik diri maupun orang lain. Juga tidak melakukan sentuhan terhadap istri
8. Saat memakai ihram, tidak diperbolehkan menggunakan tutup kepala, kecuali kalau dia lupa. Saat ingat segera lepas.
Labels:
ihram,
tips haji,
Tips Persiapan Pergi Haji,
tips umrah
20111005
Yang Dilarang Dalam Ibadah Haji
Jakarta,
Siapa yang tak senang mendapatkan kesempatan beribadah haji? Mimpi dan khayalan segera terbukti, Janji-janji kebaikan telah menanti, kepuasan batin akan menghampiri.
Namun, betatapun mulianya ibadah haji, jika kita kurang hati-hati, ada perkara-perkara yang dapat mengurangi atau bahkan merusak nilai ibadah itu sendiri. Bolehlah kita katakan hal tersebut sebagai 'Virus Dalam Ibadah Haji';
1. Syirik
Di antara tujuan utama ibadah haji adalah memurnikan tauhid dan meninggalkan syirik. Kalimat talbiah memberikan makna yang jelas tentang hal tsb dan banyak lagi petunjuk lainnya dalam ibadah ini yang mengajak kepada tauhid yang murni.
Perjalanan ibadah haji yang cukup mengandung resiko, kemudian keberadaannya di tanah suci yang Allah muliakan, tidak jarang mengundang sebagian jamaah haji meyakini atau melakukan sesuatu yang dapat masuk pada katagori syirik, kecil maupun besar.
Sebagian jamaah haji ada yang membawa tanah dari kampung halamannya dengan keyakinan agar dirinya dapat kembali dengan selamat. Sebagian lagi ada yang membawa tanah dari tanah haram untuk mendapatkan berkah, atau untuk jimat. Sebagian lagi mengusap-usap bangunan tertentu yang diyakini memiliki berkah atau membeli kain kiswah (penutup Ka'bah) dengan keyakinan akan mendatangkan keberuntungan. Bahkan ada yang memohon kepada makhluk. Atau contoh-contoh lainnya yang termasuk katagori syirik. Camkanlah dalam diri. Syirik membuat ibadah kita menjadi tidak bernilai apa-apa di sisi Allah (QS. Al-An'am: 88).
2. Riya, sum'ah dan sombong.
Apresiasi yang tinggi dari masyarakat terhadap orang yang telah menjalankan ibadah haji, tidak jarang membuat sebagian orang menjadikan ibadah haji sebagai lambang prestise dan kebanggaan. Permasalahan ini biasanya sangat halus. Karena itu sangat membutuhkan kebersihan hati dan mawas diri untuk menghindarinya.
Begitu pula dalam pelaksanaan ibadah haji. Kelebihan fisik, materi atau bahkan fasilitas yang dia dapatkan dalam ibadah berbanding dengan kekurangan yang terdapat pada pihak lain, jika tidak diiringi penataan hati yang benar, dapat menggiringnya pada sikap sombong yang meremehkan orang lain, baik itu terungkap ataupun tidak. Justeru yang harus ditampilkan adalah rendah hati, bersahaja dan sederhana serta mengasihi kepada sesama.
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah saw melaksanakan ibadah haji di atas kendaraannya yang ringkih dan dengan kain seharga empat dirham atau kurang. Lalu beliau bersabda,
اللَّهُمَّ حَجَّةٌ لاَ رِيَاءَ فِيهَا وَلاَ سُمْعَةَ
"Ya Allah, jadikanlah haji (yang mabrur), tidak ada riya dan sum'ah di dalamnya." (HR. Ibnu Majah).
Siapa tahu, mereka yang kumal dan dekil itulah yang hajinya paling diterima Allah Ta'ala. Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw mengabarkan bahwa Allah membanggakan hamba-hamba-Nya pada hari Arafah kepada para penghuni langit dengan berfirman,
" انْظُرُوا إِلَى عِبَادِى جَاءُونِى شُعْثًا غُبْرًا "
"Lihatlah hamba-hamba-Ku, mereka datang kepada-Ku dalam keadaan kumal dan dekil." (HR. Hakim, Ahmad, Thabrani, dll)
3. Tidak cukup bekal ilmu
Besarnya motivasi kaum muslimin untuk melaksanakan ibadah haji layak disyukuri. Namun, seringkali dorongan yang besar tersebut tidak berbanding lurus dengan dorongan untuk membekali diri dengan ilmu yang cukup dalam pelaksanaan manasik haji. Tidak jarang didapati ada jamaah haji yang tidak mengetahui perkara-perkara mendasar dalam ibadah haji. Ada misalnya jamaah haji yang sudah ihram dan memakai pakaian ihram, ketika ditanya haji apa yang akan dia lakukan, dia tidak mengetahuinya.
Ibadah haji adalah ibadah yang jarang dilakukan, kemudian ibadah ini juga sangat terkait dengan situasi yang berkembang dan berubah-ubah. Bisa jadi teori yang kita pelajari menjadi berubah karena kondisi yang dialami berubah. Seperti misalnya Aisyah ra yang sudah niat haji, lalu mengalami haid maka Rasulullah saw perintahkan untuk mengubah niatnya agar tidak terhalang pelaksanaan hajinya. Jadi membutuhkan ilmu yang cukup. Minimal, hendaknya dia berada di bawah bimbingan yang intensif selama perjalanan haji. Yang lebih parah lagi adalah jika sang pembimbingpun ternyata tidak banyak memahami seluk beluk manasik haji.
Maka sangat dianjurkan membawa buku petunjuk ibadah haji selama melaksanakan manasik haji, memahami satu demi satu pelaksanaan haji, ikuti dengan seksama setiap penjelasan tentang pelaksanaan haji, dan banyak-banyaklah bertanya kepada orang yang paham tentang berbagai masalah yang dia hadapi.
Saat melaksanakan ibadah haji, Rasulullah saw menjadi tempat bertanya, beliau melakukan bimbingan, memberi penjelasan dan meluruskan perbuatan-perbuatan yang salah.
4. 'Pandangan Liar'
Dalam hadits Riwayat Bukhari dan Muslim dikisahkan bahwa saat menunaikan haji, Al-Fadhl bin Abbas (sepupu Rasulullah saw) yang masih berusia muda berboncengan dengan Rasulullah saw. Tak lama kemudian datang seorang wanita muda dari suku Khats'am kepada Rasulullah saw, hendak meminta fatwa dari beliau. Lalu Al-Fadhl dan wanita tersebut saling berpandangan. Maka Rasulullah saw memalingkan muka Al-Fadhl ke arah lain. (Muttafaq alaih)
Jika hal ini terjadi pada masa Rasulullah saw, apalagi pada masa sekarang! Hati-hati dengan pandangan-pandangan yang tidak terkontrol terhadap lawan jenis, baik dalam satu rombongan atau dengan rombongan lain Apalagi orang-orang dari berbagai bangsa dengan rupa yang menawan boleh jadi akan sering berseliweran di depan kita. Kalau memang mau tidak mau terlihat oleh kita, jangan ikuti dengan pandangan berikutnya. Kini barangkali tidak ada orang yang mengalihkan muka kita sebagaimana yang Rasulullah saw lakukan terhadap Al-Fadhl. Karena itu, kita harus mengatasi sendiri masalah tersebut dengan sebuah kesadaran dan kekuatan hati. Kalau tidak, maka dia dapat menjadi celah masuknya setan merusak nilai ibadah kita. Tidak sedikit hubungan cinta tidak halal berawal dari pandangan yang tidak terjaga saat beribadah haji. Khususnya jika jamaah hajinya masih bujangan atau gadis.
Khusus kepada jamaah haji wanita, bantulah kaum pria untuk tidak tergoda dan terkena fitnah dengan tidak menampilkan dandanan yang menggoda dan menarik, atau dengan tidak berprilaku dan bertindak yang dapat mengundang perhatian khusus. Bersikaplah yang wajar, berkata yang sopan dan tidak dilebih-lebihkan. Hindari bercanda dengan lawan jenis yang bukan mahram, apalagi jika dengan warga asing.
5. Alat-alat komunikasi dan dokumentasi
"Jangan lewatkan kesempatan yang satu ini."
Ungkapan yang bernada iklan ini sangat pas untuk moment khusus dalam ibadah haji. Apakah saat thawaf, sai, wukuf, mabit di Muzdalifah, melontar jamarat, mabit di Mina, dll. Jika ungkapan tersebut dimaknai positif dengan fokus dan khusyu beribadah serta bedoa kepada Allah, maka hal itu tentu sangat tepat. Namun pada masa kini muncul fenomena baru untuk selalu mengabadikan moment-moment yang sangat berharga tersebut. Maka 'jepret sana jepret sini'tanpa menghiraukan tempat dan suasana ibadah yang sangat khusus, kini sudah menjadi pemandangan yang sering kita dapatkan. Saat desak-desakkan thawaf, kadang kita dapatkan orang yang sempat-sempatnya 'berpose', begitu pula saat sai. Saat waktu wukuf dimulai, masih ada sebagian jamaah haji yang asyik bergaya untuk dipoto di bawah pohon, di dalam tenda atau di tengah keramaian, atau dia pergi ke Jabal rahmah untuk mendapatkan satu dua pose yang menarik. Kadang ketika kita sedang khusyu berdoa, di sebelah ada yang sedang cekikikanberbicara dengan orang di seberang sana.
Hendaknya dibatasi penggunaan alat-alat tersebut selama pelaksaan ibadah haji. Maksimalkan untuk hal-hal yang bermanfaat, apakah bertanya, mengetahui lokasi, mencari informasi dll. Usahakan pada moment tertentu, seperti sedang thawaf, wukuf, dll tidak menggunakan alat-alat tsb kecuali jika ada kebutuhan mendesak.
6. Kata-kata Kasar, mengeluh dan berbantah-bantahan
Pelaksanaan ibadah haji membutuhkan kesabaran ekstra. Kita akan sering berhadapan dengan kondisi dan situasi di bawah ambang normal. Kemacetan total, jalan kaki berdesak-desakkan, tidak menemukan lokasi yang dicari, antri WC sekian lama, sikap kasar orang lain, panas terik tanpa pelindung kepala, dll.
Benarlah pesan Allah Ta'ala bagi orang yang beribadah haji, "Siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan." (QS. Al-Baqarah: 197) Sekaligus ini juga merupakan syarat haji mabrur sebagaimana dinyatakan Rasulullah saw dalam hadits muttafaq alaih.
Seorang ustaz mengistilahkan, pergi haji tidak cukup membawa satu dua kesabaran, tapi harus membawa 'sekeranjang' kesabaran. Kalau tidak, maka yang sering keluar adalah keluhan, kata-kata yang tidak baik bahkan berbantah-bantahan. Jika semua itu diganti dengan zikir, berdoa mohon kemudahan kepada Allah plus sesungging senyuman, sungguh akan sangat bermakna.
7. Berlebih-lebihan Belanja
Salah satu perhatian jamaah haji di luar ibadah yang cukup sering menyita perhatian adalah menyiapkan oleh-oleh untuk dirinya sendiri, keluarga dan kenalan di tanah air. Ini adalah niat yang baik dan patut mendapatkan perhatian. Tapi menjadikan pelaksanaan ibadah haji didominasi dengan agenda belanja, menghamburkan uang untuk membeli segala sesuatu yang diingininya begitu saja dan kemudian dirinya lebih disibukkan oleh barang bawaannya ketimbang maksimal beribadah, hal ini patut diwaspadai.
Usahakan agenda belanja dilakukan jauh sebelum pelaksanaan haji, atau sesudahnya. Kemudian pertegas barang-barang yang hendak dibeli sesuai kebutuhan dan rencana. Agar diketahui, sebagian barang yang dibeli jamaah haji, tidak lebih bagus dan lebih murah dari barang yang ada di tanah air. Hanya kegemaran berbelanja itulah yang sering mengenyampingkan perkara tersebut.
Semoga kita terhindar dari virus-virus ini dalam pelaksanaan ibadah haji sehingga mendapatkan haji yang mabrur, Amin.
Riyadh, Syawwal 1432H.
Abdullah Haidir
Namun, betatapun mulianya ibadah haji, jika kita kurang hati-hati, ada perkara-perkara yang dapat mengurangi atau bahkan merusak nilai ibadah itu sendiri. Bolehlah kita katakan hal tersebut sebagai 'Virus Dalam Ibadah Haji';
1. Syirik
Di antara tujuan utama ibadah haji adalah memurnikan tauhid dan meninggalkan syirik. Kalimat talbiah memberikan makna yang jelas tentang hal tsb dan banyak lagi petunjuk lainnya dalam ibadah ini yang mengajak kepada tauhid yang murni.
Perjalanan ibadah haji yang cukup mengandung resiko, kemudian keberadaannya di tanah suci yang Allah muliakan, tidak jarang mengundang sebagian jamaah haji meyakini atau melakukan sesuatu yang dapat masuk pada katagori syirik, kecil maupun besar.
Sebagian jamaah haji ada yang membawa tanah dari kampung halamannya dengan keyakinan agar dirinya dapat kembali dengan selamat. Sebagian lagi ada yang membawa tanah dari tanah haram untuk mendapatkan berkah, atau untuk jimat. Sebagian lagi mengusap-usap bangunan tertentu yang diyakini memiliki berkah atau membeli kain kiswah (penutup Ka'bah) dengan keyakinan akan mendatangkan keberuntungan. Bahkan ada yang memohon kepada makhluk. Atau contoh-contoh lainnya yang termasuk katagori syirik. Camkanlah dalam diri. Syirik membuat ibadah kita menjadi tidak bernilai apa-apa di sisi Allah (QS. Al-An'am: 88).
2. Riya, sum'ah dan sombong.
Apresiasi yang tinggi dari masyarakat terhadap orang yang telah menjalankan ibadah haji, tidak jarang membuat sebagian orang menjadikan ibadah haji sebagai lambang prestise dan kebanggaan. Permasalahan ini biasanya sangat halus. Karena itu sangat membutuhkan kebersihan hati dan mawas diri untuk menghindarinya.
Begitu pula dalam pelaksanaan ibadah haji. Kelebihan fisik, materi atau bahkan fasilitas yang dia dapatkan dalam ibadah berbanding dengan kekurangan yang terdapat pada pihak lain, jika tidak diiringi penataan hati yang benar, dapat menggiringnya pada sikap sombong yang meremehkan orang lain, baik itu terungkap ataupun tidak. Justeru yang harus ditampilkan adalah rendah hati, bersahaja dan sederhana serta mengasihi kepada sesama.
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah saw melaksanakan ibadah haji di atas kendaraannya yang ringkih dan dengan kain seharga empat dirham atau kurang. Lalu beliau bersabda,
اللَّهُمَّ حَجَّةٌ لاَ رِيَاءَ فِيهَا وَلاَ سُمْعَةَ
"Ya Allah, jadikanlah haji (yang mabrur), tidak ada riya dan sum'ah di dalamnya." (HR. Ibnu Majah).
Siapa tahu, mereka yang kumal dan dekil itulah yang hajinya paling diterima Allah Ta'ala. Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw mengabarkan bahwa Allah membanggakan hamba-hamba-Nya pada hari Arafah kepada para penghuni langit dengan berfirman,
" انْظُرُوا إِلَى عِبَادِى جَاءُونِى شُعْثًا غُبْرًا "
"Lihatlah hamba-hamba-Ku, mereka datang kepada-Ku dalam keadaan kumal dan dekil." (HR. Hakim, Ahmad, Thabrani, dll)
3. Tidak cukup bekal ilmu
Besarnya motivasi kaum muslimin untuk melaksanakan ibadah haji layak disyukuri. Namun, seringkali dorongan yang besar tersebut tidak berbanding lurus dengan dorongan untuk membekali diri dengan ilmu yang cukup dalam pelaksanaan manasik haji. Tidak jarang didapati ada jamaah haji yang tidak mengetahui perkara-perkara mendasar dalam ibadah haji. Ada misalnya jamaah haji yang sudah ihram dan memakai pakaian ihram, ketika ditanya haji apa yang akan dia lakukan, dia tidak mengetahuinya.
Ibadah haji adalah ibadah yang jarang dilakukan, kemudian ibadah ini juga sangat terkait dengan situasi yang berkembang dan berubah-ubah. Bisa jadi teori yang kita pelajari menjadi berubah karena kondisi yang dialami berubah. Seperti misalnya Aisyah ra yang sudah niat haji, lalu mengalami haid maka Rasulullah saw perintahkan untuk mengubah niatnya agar tidak terhalang pelaksanaan hajinya. Jadi membutuhkan ilmu yang cukup. Minimal, hendaknya dia berada di bawah bimbingan yang intensif selama perjalanan haji. Yang lebih parah lagi adalah jika sang pembimbingpun ternyata tidak banyak memahami seluk beluk manasik haji.
Maka sangat dianjurkan membawa buku petunjuk ibadah haji selama melaksanakan manasik haji, memahami satu demi satu pelaksanaan haji, ikuti dengan seksama setiap penjelasan tentang pelaksanaan haji, dan banyak-banyaklah bertanya kepada orang yang paham tentang berbagai masalah yang dia hadapi.
Saat melaksanakan ibadah haji, Rasulullah saw menjadi tempat bertanya, beliau melakukan bimbingan, memberi penjelasan dan meluruskan perbuatan-perbuatan yang salah.
4. 'Pandangan Liar'
Dalam hadits Riwayat Bukhari dan Muslim dikisahkan bahwa saat menunaikan haji, Al-Fadhl bin Abbas (sepupu Rasulullah saw) yang masih berusia muda berboncengan dengan Rasulullah saw. Tak lama kemudian datang seorang wanita muda dari suku Khats'am kepada Rasulullah saw, hendak meminta fatwa dari beliau. Lalu Al-Fadhl dan wanita tersebut saling berpandangan. Maka Rasulullah saw memalingkan muka Al-Fadhl ke arah lain. (Muttafaq alaih)
Jika hal ini terjadi pada masa Rasulullah saw, apalagi pada masa sekarang! Hati-hati dengan pandangan-pandangan yang tidak terkontrol terhadap lawan jenis, baik dalam satu rombongan atau dengan rombongan lain Apalagi orang-orang dari berbagai bangsa dengan rupa yang menawan boleh jadi akan sering berseliweran di depan kita. Kalau memang mau tidak mau terlihat oleh kita, jangan ikuti dengan pandangan berikutnya. Kini barangkali tidak ada orang yang mengalihkan muka kita sebagaimana yang Rasulullah saw lakukan terhadap Al-Fadhl. Karena itu, kita harus mengatasi sendiri masalah tersebut dengan sebuah kesadaran dan kekuatan hati. Kalau tidak, maka dia dapat menjadi celah masuknya setan merusak nilai ibadah kita. Tidak sedikit hubungan cinta tidak halal berawal dari pandangan yang tidak terjaga saat beribadah haji. Khususnya jika jamaah hajinya masih bujangan atau gadis.
Khusus kepada jamaah haji wanita, bantulah kaum pria untuk tidak tergoda dan terkena fitnah dengan tidak menampilkan dandanan yang menggoda dan menarik, atau dengan tidak berprilaku dan bertindak yang dapat mengundang perhatian khusus. Bersikaplah yang wajar, berkata yang sopan dan tidak dilebih-lebihkan. Hindari bercanda dengan lawan jenis yang bukan mahram, apalagi jika dengan warga asing.
5. Alat-alat komunikasi dan dokumentasi
"Jangan lewatkan kesempatan yang satu ini."
Ungkapan yang bernada iklan ini sangat pas untuk moment khusus dalam ibadah haji. Apakah saat thawaf, sai, wukuf, mabit di Muzdalifah, melontar jamarat, mabit di Mina, dll. Jika ungkapan tersebut dimaknai positif dengan fokus dan khusyu beribadah serta bedoa kepada Allah, maka hal itu tentu sangat tepat. Namun pada masa kini muncul fenomena baru untuk selalu mengabadikan moment-moment yang sangat berharga tersebut. Maka 'jepret sana jepret sini'tanpa menghiraukan tempat dan suasana ibadah yang sangat khusus, kini sudah menjadi pemandangan yang sering kita dapatkan. Saat desak-desakkan thawaf, kadang kita dapatkan orang yang sempat-sempatnya 'berpose', begitu pula saat sai. Saat waktu wukuf dimulai, masih ada sebagian jamaah haji yang asyik bergaya untuk dipoto di bawah pohon, di dalam tenda atau di tengah keramaian, atau dia pergi ke Jabal rahmah untuk mendapatkan satu dua pose yang menarik. Kadang ketika kita sedang khusyu berdoa, di sebelah ada yang sedang cekikikanberbicara dengan orang di seberang sana.
Hendaknya dibatasi penggunaan alat-alat tersebut selama pelaksaan ibadah haji. Maksimalkan untuk hal-hal yang bermanfaat, apakah bertanya, mengetahui lokasi, mencari informasi dll. Usahakan pada moment tertentu, seperti sedang thawaf, wukuf, dll tidak menggunakan alat-alat tsb kecuali jika ada kebutuhan mendesak.
6. Kata-kata Kasar, mengeluh dan berbantah-bantahan
Pelaksanaan ibadah haji membutuhkan kesabaran ekstra. Kita akan sering berhadapan dengan kondisi dan situasi di bawah ambang normal. Kemacetan total, jalan kaki berdesak-desakkan, tidak menemukan lokasi yang dicari, antri WC sekian lama, sikap kasar orang lain, panas terik tanpa pelindung kepala, dll.
Benarlah pesan Allah Ta'ala bagi orang yang beribadah haji, "Siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan." (QS. Al-Baqarah: 197) Sekaligus ini juga merupakan syarat haji mabrur sebagaimana dinyatakan Rasulullah saw dalam hadits muttafaq alaih.
Seorang ustaz mengistilahkan, pergi haji tidak cukup membawa satu dua kesabaran, tapi harus membawa 'sekeranjang' kesabaran. Kalau tidak, maka yang sering keluar adalah keluhan, kata-kata yang tidak baik bahkan berbantah-bantahan. Jika semua itu diganti dengan zikir, berdoa mohon kemudahan kepada Allah plus sesungging senyuman, sungguh akan sangat bermakna.
7. Berlebih-lebihan Belanja
Salah satu perhatian jamaah haji di luar ibadah yang cukup sering menyita perhatian adalah menyiapkan oleh-oleh untuk dirinya sendiri, keluarga dan kenalan di tanah air. Ini adalah niat yang baik dan patut mendapatkan perhatian. Tapi menjadikan pelaksanaan ibadah haji didominasi dengan agenda belanja, menghamburkan uang untuk membeli segala sesuatu yang diingininya begitu saja dan kemudian dirinya lebih disibukkan oleh barang bawaannya ketimbang maksimal beribadah, hal ini patut diwaspadai.
Usahakan agenda belanja dilakukan jauh sebelum pelaksanaan haji, atau sesudahnya. Kemudian pertegas barang-barang yang hendak dibeli sesuai kebutuhan dan rencana. Agar diketahui, sebagian barang yang dibeli jamaah haji, tidak lebih bagus dan lebih murah dari barang yang ada di tanah air. Hanya kegemaran berbelanja itulah yang sering mengenyampingkan perkara tersebut.
Semoga kita terhindar dari virus-virus ini dalam pelaksanaan ibadah haji sehingga mendapatkan haji yang mabrur, Amin.
Riyadh, Syawwal 1432H.
Abdullah Haidir
Labels:
tips haji,
Tips Persiapan Pergi Haji,
tips umrah
20111002
Orang Tua Belum Berhaji? Badal Haji Solusinya
Badal Haji adalah sebuah istilah yang dikenal dalam fiqih Islam. Istilah yang lebih sering digunakan dalam kitab-kitab fiqih adalah al-hajju 'anil ghair, yaitu berhaji untuk orang lain.
Dan pada kenyataannya memang seseorang benar-benar melakukan ibadah haji, namun dia meniatkan agar pahalanya diberikan kepada orang lain, baik yang masih hidup namun tidak mampu pergi maupun yang sudah wafat.
Tentunya tindakan ini bukan hal yang mengada-ada, tetapi berdasarkan praktek yang dikerjakan oleh para shahabat nabi dan direkomendasikan langsung oleh beliau SAW.
Dari Ibnu Abbas ra bahwa seorang wanita dari Juhainnah datang kepada Nabi SAW dan bertanya:†Sesungguhnya ibuku nadzar untuk hajji, namun belum terlaksana sampai ia meninggal, apakah saya harus melakukah haji untuknya?" Rasulullah SAW menjawab, "Ya, bagaimana pendapatmu kalau ibumu mempunyai hutang, apakah kamu membayarnya? Bayarlah hutang Allah, karena hutang Allah lebih berhak untuk dibayar." (HR Bukhari).
Hadits yang sahih ini menjelaskan bahwa seseorang boleh melakukan ibadah haji, namun bukan untuk dirinya melainkan untuk orang lain. Dalam hal ini untuk ibunya yang sudah meninggal dunia dan belum sempat melakukan ibadah haji.
Di dalam hadits yang lain, disebutkan ada seseorang yang berhaji untuk ayahnya. Kali ini ayahnya masih hidup, namun kondisinya tidak memungkinkan untuk melakukan ibadah haji. Maka orang itu mendatangi Rasulullah SAW untuk meminta fatwa.
Seorang wanita dari Khats`am bertanya, Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah mewajibkan hamba-nya untuk pergi haji, namun ayahku seorang tua yang lemah yang tidak mampu tegak di atas kendaraannya, bolehkah aku pergi haji untuknya?Rasulullah SAW menjawab, (HR Jamaah)
Pendapat Para Ulama
Dengan adanya dalil-dalil di atas, maka kebolehan melakukan haji untuk orang lain ini didukung oleh jumhur ulama. Di antaranya adalah Ibnul Mubarak, Al-Imam Asy-Syafi`i, Al-Imam Abu Hanifah dan Al-Imam Ahmad bin Hanbalrahimahumullah.
Syarat Harus Sudah Haji
Al-hajju anil ghair mensyaratkan bahwa orang yang melakukan badal haji itu harus sudah menunaikan ibadah haji terlebih dahulu, karena itu merupakan kewaiban tiap muslim yang mampu. Setelah kewajibannya sudah tunai dilaksanakan, bolehlah dia melakukan haji sunnah atau pergi haji yang diniatkan untuk orang lain.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah SAW mendengar seseorang bertalbiyah, "Labbaikallhumma 'an Syubrumah." Rasulullah SAW bertanya, "Siapakah Syubrumah?" Dia menjawab, "Saudara saya." "Apakah kam sendiri sudah melaksanakan ibadah haji?" "Belum." Rasulullah SAW bersabda, "Jadikan haji ini adalah haji untukmu terebih dahulu. Baru nanti (haji tahun depan) kamu boleh berhaji untuk Syubrumah." (HR )
Dalam hal ini tidak disyaratkan harus orang tua sendiri atau bukan, juga tidak disyaratkan harus sama jenis kelaminnya. Juga tidak disyaratkan harus sudah meninggal.
Tentunya baik dan buruknya kualitas ibadah itu akan berpengaruh kepada nilai dan pahala disisi Allah SWT. Dan bila diniatkan haji itu untuk orang lain, tentu saja apa yang diterima oleh orang lain itu sesuai dengan amal yang dilakukannya.
Adapun amalan selama mengerjakan badal haji tapi di luar ritual ibadah haji, apakah otomatis disampaikan kepada yang diniatkan atau tidak, tentu kembali masalahnya kepada niat awalnya. Bila niatnya semata-mata membadalkan ibadah haji, maka yang sampai pahalanya semata-mata pahala ibadah haji saja. Sedangkan amalan lainnya di luar ibadah haji, maka tentu tidak sampai sebagaimana niatnya.
Sebaliknya, bila yang bersangkutan sejak awal berniat untuk melimpahkan pahala ibadah lainnya seperti baca Al-Quran, zikir, umrah dan lainnya kepada yang diniatkannya, ada pendapat yang mengatakan bisa tersampaikan.
Wallahu a'lam bishshawab, Wassalamu `alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ahmad Sarwat, Lc
Orang yang mati dan belum berhaji tidak lepas dari dua keadaan:
Pertama:
Saat hidup mampu berhaji dengan badan dan hartanya, maka orang yang seperti ini wajib bagi ahli warisnya untuk menghajikannya dengan harta si mayit. Orang seperti ini adalah orang yang belum menunaikan kewajiban di mana ia mampu menunaikan haji walaupun ia tidak mewasiatkan untuk menghajikannya. Jika si mayit malah memberi wasiat agar ia dapat dihajikan, kondisi ini lebih diperintahkan lagi. Dalil dari kondisi pertama ini adalah firman Allah Ta’ala,
وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ
“Mengerjakan haji ke Baitullah adalah kewajiban manusia terhadap Allah, [yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah]” (QS. Ali Imran: 97)
Juga disebutkan dalam hadits shahih, ada seorang laki-laki yang menceritakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sungguh ada kewajiban yang mesti hamba tunaikan pada Allah. Aku mendapati ayahku sudah berada dalam usia senja, tidak dapat melakukan haji dan tidak dapat pula melakukan perjalanan. Apakah mesti aku menghajikannya?” “Hajikanlah dan umrohkanlah dia”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Ahmad dan An Nasai). Kondisi orang tua dalam hadits ini telah berumur senja dan sulit melakukan safar dan amalan haji lainnya, maka tentu saja orang yang kuat dan mampu namun sudah keburu meninggal dunia lebih pantas untuk dihajikan.
Di hadits lainnya yang shahih, ada seorang wanita berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku bernadzar untuk berhaji. Namun beliau tidak berhaji sampai beliau meninggal dunia. Apakah aku mesti menghajikannya?” “Berhajilah untuk ibumu”, jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Ahmad dan Muslim)
Kedua:
Jika si mayit dalam keadaan miskin sehingga tidak mampu berhaji atau dalam keadaan tua renta sehingga semasa hidup juga tidak sempat berhaji. Untuk kasus semacam ini tetap disyari’atkan bagi keluarganya seperti anak laki-laki atau anak perempuannya untuk menghajikan orang tuanya. Alasannya sebagaimana hadits yang disebutkan sebelumnya.
Begitu pula dari hadits Ibnu ‘Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seseorang berkata, “Labbaik ‘an Syubrumah (Aku memenuhi panggilanmu atas nama Syubrumah), maka beliau bersabda, “Siapa itu Syubrumah?” Lelaki itu menjawab, “Dia saudaraku –atau kerabatku-”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bertanya, “Apakah engkau sudah menunaikan haji untuk dirimu sendiri?” Ia menjawab, ”Belum.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mengatakan, “Berhajilah untuk dirimu sendiri, lalu hajikanlah untuk Syubrumah.” (HR. Abu Daud). Hadits ini diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma secara mauquf (hanya sampai pada sahabat Ibnu ‘Abbas). Jika dilihat dari dua riwayat di atas, menunjukkan dibolehkannya menghajikan orang lain baik dalam haji wajib maupun haji sunnah.
Adapun firman Allah Ta’ala,
وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَى
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” (QS. An Najm: 39). Ayat ini bukanlah bermakna seseorang tidak mendapatkan manfaat dari amalan atau usaha orang lain. Ulama tafsir dan pakar Qur’an menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah amalan orang lain bukanlah amalan milik kita. Yang jadi milik kita adalah amalan kita sendiri. Adapun jika amalan orang lain diniatkan untuk lainnya sebagai pengganti, maka itu akan bermanfaat. Sebagaimana bermanfaat do’a dan sedekah dari saudara kita (yang diniatkan untuk kita) tatkala kita telah meninggal dunia. Begitu pula jika haji dan puasa sebagai gantian untuk orang lain, maka itu akan bermanfaat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mati namun masih memiliki utang puasa, maka hendaklah ahli warisnya membayar utang puasanya.” (HR. Bukhari dan Muslim, dari ‘Aisyah). Hal ini khusus untuk ibadah yang ada dalil yang menunjukkan masih bermanfaatnya amalan dari orang lain seperti do’a dari saudara kita, sedekah, haji dan puasa. Adapun ibadah selain itu, perlu ditinjau ulang karena ada perselisihan ulama di dalamnya seperti kirim pahala shalat dan kirim pahala bacaan qur’an. Untuk amalan ini sebaiknya ditinggalkan karena kita mencukupkan pada dalil dan berhati-hati dalam beribadah. Wallahul muwaffiq.
Para ulama menjelaskan bahwa ada tiga syarat boleh membadalkan haji:
===== Haji, Umrah
Dan pada kenyataannya memang seseorang benar-benar melakukan ibadah haji, namun dia meniatkan agar pahalanya diberikan kepada orang lain, baik yang masih hidup namun tidak mampu pergi maupun yang sudah wafat.
Tentunya tindakan ini bukan hal yang mengada-ada, tetapi berdasarkan praktek yang dikerjakan oleh para shahabat nabi dan direkomendasikan langsung oleh beliau SAW.
Dari Ibnu Abbas ra bahwa seorang wanita dari Juhainnah datang kepada Nabi SAW dan bertanya:†Sesungguhnya ibuku nadzar untuk hajji, namun belum terlaksana sampai ia meninggal, apakah saya harus melakukah haji untuknya?" Rasulullah SAW menjawab, "Ya, bagaimana pendapatmu kalau ibumu mempunyai hutang, apakah kamu membayarnya? Bayarlah hutang Allah, karena hutang Allah lebih berhak untuk dibayar." (HR Bukhari).
Hadits yang sahih ini menjelaskan bahwa seseorang boleh melakukan ibadah haji, namun bukan untuk dirinya melainkan untuk orang lain. Dalam hal ini untuk ibunya yang sudah meninggal dunia dan belum sempat melakukan ibadah haji.
Di dalam hadits yang lain, disebutkan ada seseorang yang berhaji untuk ayahnya. Kali ini ayahnya masih hidup, namun kondisinya tidak memungkinkan untuk melakukan ibadah haji. Maka orang itu mendatangi Rasulullah SAW untuk meminta fatwa.
Seorang wanita dari Khats`am bertanya, Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah mewajibkan hamba-nya untuk pergi haji, namun ayahku seorang tua yang lemah yang tidak mampu tegak di atas kendaraannya, bolehkah aku pergi haji untuknya?Rasulullah SAW menjawab, (HR Jamaah)
Pendapat Para Ulama
Dengan adanya dalil-dalil di atas, maka kebolehan melakukan haji untuk orang lain ini didukung oleh jumhur ulama. Di antaranya adalah Ibnul Mubarak, Al-Imam Asy-Syafi`i, Al-Imam Abu Hanifah dan Al-Imam Ahmad bin Hanbalrahimahumullah.
Syarat Harus Sudah Haji
Al-hajju anil ghair mensyaratkan bahwa orang yang melakukan badal haji itu harus sudah menunaikan ibadah haji terlebih dahulu, karena itu merupakan kewaiban tiap muslim yang mampu. Setelah kewajibannya sudah tunai dilaksanakan, bolehlah dia melakukan haji sunnah atau pergi haji yang diniatkan untuk orang lain.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah SAW mendengar seseorang bertalbiyah, "Labbaikallhumma 'an Syubrumah." Rasulullah SAW bertanya, "Siapakah Syubrumah?" Dia menjawab, "Saudara saya." "Apakah kam sendiri sudah melaksanakan ibadah haji?" "Belum." Rasulullah SAW bersabda, "Jadikan haji ini adalah haji untukmu terebih dahulu. Baru nanti (haji tahun depan) kamu boleh berhaji untuk Syubrumah." (HR )
Dalam hal ini tidak disyaratkan harus orang tua sendiri atau bukan, juga tidak disyaratkan harus sama jenis kelaminnya. Juga tidak disyaratkan harus sudah meninggal.
Tentunya baik dan buruknya kualitas ibadah itu akan berpengaruh kepada nilai dan pahala disisi Allah SWT. Dan bila diniatkan haji itu untuk orang lain, tentu saja apa yang diterima oleh orang lain itu sesuai dengan amal yang dilakukannya.
Adapun amalan selama mengerjakan badal haji tapi di luar ritual ibadah haji, apakah otomatis disampaikan kepada yang diniatkan atau tidak, tentu kembali masalahnya kepada niat awalnya. Bila niatnya semata-mata membadalkan ibadah haji, maka yang sampai pahalanya semata-mata pahala ibadah haji saja. Sedangkan amalan lainnya di luar ibadah haji, maka tentu tidak sampai sebagaimana niatnya.
Sebaliknya, bila yang bersangkutan sejak awal berniat untuk melimpahkan pahala ibadah lainnya seperti baca Al-Quran, zikir, umrah dan lainnya kepada yang diniatkannya, ada pendapat yang mengatakan bisa tersampaikan.
Wallahu a'lam bishshawab, Wassalamu `alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ahmad Sarwat, Lc
Orang yang mati dan belum berhaji tidak lepas dari dua keadaan:
Pertama:
Saat hidup mampu berhaji dengan badan dan hartanya, maka orang yang seperti ini wajib bagi ahli warisnya untuk menghajikannya dengan harta si mayit. Orang seperti ini adalah orang yang belum menunaikan kewajiban di mana ia mampu menunaikan haji walaupun ia tidak mewasiatkan untuk menghajikannya. Jika si mayit malah memberi wasiat agar ia dapat dihajikan, kondisi ini lebih diperintahkan lagi. Dalil dari kondisi pertama ini adalah firman Allah Ta’ala,
وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ
“Mengerjakan haji ke Baitullah adalah kewajiban manusia terhadap Allah, [yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah]” (QS. Ali Imran: 97)
Juga disebutkan dalam hadits shahih, ada seorang laki-laki yang menceritakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sungguh ada kewajiban yang mesti hamba tunaikan pada Allah. Aku mendapati ayahku sudah berada dalam usia senja, tidak dapat melakukan haji dan tidak dapat pula melakukan perjalanan. Apakah mesti aku menghajikannya?” “Hajikanlah dan umrohkanlah dia”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Ahmad dan An Nasai). Kondisi orang tua dalam hadits ini telah berumur senja dan sulit melakukan safar dan amalan haji lainnya, maka tentu saja orang yang kuat dan mampu namun sudah keburu meninggal dunia lebih pantas untuk dihajikan.
Di hadits lainnya yang shahih, ada seorang wanita berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku bernadzar untuk berhaji. Namun beliau tidak berhaji sampai beliau meninggal dunia. Apakah aku mesti menghajikannya?” “Berhajilah untuk ibumu”, jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Ahmad dan Muslim)
Kedua:
Jika si mayit dalam keadaan miskin sehingga tidak mampu berhaji atau dalam keadaan tua renta sehingga semasa hidup juga tidak sempat berhaji. Untuk kasus semacam ini tetap disyari’atkan bagi keluarganya seperti anak laki-laki atau anak perempuannya untuk menghajikan orang tuanya. Alasannya sebagaimana hadits yang disebutkan sebelumnya.
Begitu pula dari hadits Ibnu ‘Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seseorang berkata, “Labbaik ‘an Syubrumah (Aku memenuhi panggilanmu atas nama Syubrumah), maka beliau bersabda, “Siapa itu Syubrumah?” Lelaki itu menjawab, “Dia saudaraku –atau kerabatku-”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bertanya, “Apakah engkau sudah menunaikan haji untuk dirimu sendiri?” Ia menjawab, ”Belum.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mengatakan, “Berhajilah untuk dirimu sendiri, lalu hajikanlah untuk Syubrumah.” (HR. Abu Daud). Hadits ini diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma secara mauquf (hanya sampai pada sahabat Ibnu ‘Abbas). Jika dilihat dari dua riwayat di atas, menunjukkan dibolehkannya menghajikan orang lain baik dalam haji wajib maupun haji sunnah.
Adapun firman Allah Ta’ala,
وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَى
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” (QS. An Najm: 39). Ayat ini bukanlah bermakna seseorang tidak mendapatkan manfaat dari amalan atau usaha orang lain. Ulama tafsir dan pakar Qur’an menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah amalan orang lain bukanlah amalan milik kita. Yang jadi milik kita adalah amalan kita sendiri. Adapun jika amalan orang lain diniatkan untuk lainnya sebagai pengganti, maka itu akan bermanfaat. Sebagaimana bermanfaat do’a dan sedekah dari saudara kita (yang diniatkan untuk kita) tatkala kita telah meninggal dunia. Begitu pula jika haji dan puasa sebagai gantian untuk orang lain, maka itu akan bermanfaat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mati namun masih memiliki utang puasa, maka hendaklah ahli warisnya membayar utang puasanya.” (HR. Bukhari dan Muslim, dari ‘Aisyah). Hal ini khusus untuk ibadah yang ada dalil yang menunjukkan masih bermanfaatnya amalan dari orang lain seperti do’a dari saudara kita, sedekah, haji dan puasa. Adapun ibadah selain itu, perlu ditinjau ulang karena ada perselisihan ulama di dalamnya seperti kirim pahala shalat dan kirim pahala bacaan qur’an. Untuk amalan ini sebaiknya ditinggalkan karena kita mencukupkan pada dalil dan berhati-hati dalam beribadah. Wallahul muwaffiq.
Para ulama menjelaskan bahwa ada tiga syarat boleh membadalkan haji:
- Orang yang membadalkan adalah orang yang telah berhaji sebelumnya.
- Orang yang dibadalkan telah meninggal dunia atau masih hidup namun tidak mampu berhaji karena sakit atau telah berusia senja.
- Orang yang dibadalkan hajinya mati dalam keadaan Islam. Jika orang yang dibadalkan adalah orang yang tidak pernah menunaikan shalat seumur hidupnya, ia bukanlah muslim sebagaimana lafazh tegas dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, alias dia sudah kafir. Sehingga tidak sah untuk dibadalkan hajinya.
===== Haji, Umrah
Badal Haji
Tips Aman Berangkat Haji
Mulai Senin (2/10/2011), seluruh calon haji (calhaj) Indonesia bergerak memenuhi panggilan Allah SWT ke Baitullah, Mekkah Almukarromah, Arab Saudi. Mereka datang menggunakan angkutan pesawat dari sejumlah embarkasi dan mendarat di Bandara King Abdul Azis Jeddah dan Bandara Madinah, Arab Saudi. Pemberangkatan dilakukan secara bertahap sesuai dengan jadwal kelompok terbang (kloter) calhaj. Insya Allah dalam batas waktu tertentu, seluruh jemaah dapat diterbang ke Tanah Suci dan kembali ke tanah air dengan selamat.
Tugas negara bernuansa ibadah ini sungguh mulia. Sebab pemberangkatan berkisar 220 ribu jemaah Indonesia, bukanlah hal mudah. Hal ini berbeda dengan memberangkatkan ribuan personel atau ratusan batalyon tentara ke satu medan pertempuran. Bila tentara sudah terlatih bertahun-tahun digambleng di medan latihan, sementara jemaah haji hanya beberapa bulan mengikuti latihan ((manasik) haji, selain itu usia, pendidikan, stastus sosial, ekonomi juga bervariasi. Untuk itu, memberangkatkan jemaah haji sangat berbeda dengan memberangkatkan pasukan ke medan pertempuran.
Singkat kata, sesuai dengan UU Haji, maka kewajiban dan hak jemaah diatur dalam peraturan tersebut. Terkait dengan peraturan dan perundang-undangan ini, pihak jemaah juga hendaknya memahami dengan benar bahwa perjalanan ke Tanah Suci bukanlah perjalanan biasa atau wisata, namun perjalanan ini adalah perjalanan ibadah. Untuk itu, tanamkan niat pertama ke Tanah Suci adalah ibadah yakni menunaikan rukun Islam kelima, tidak ada niat lain kecuali karena Allah SWT.
Lalu, calhaj yang kini dalam persiapan masuk asrama haji, selanjutnya bertolak ke Tanah Suci, penulis ingin berbagi pengalaman dan saran agar jemaah merasa aman dan nyaman selama menunaikan ibadah haji, terutama mengenai barang bawaan, jangan sampai barang bawaan bikin repot sendiri. Berikut tips atau kiat aman dan nyaman berangkat haji ke Tanah Suci.
1. Sesuai jadwal panitia pusat masa perjalanan ibadah haji ke tanah suci dan kembali ke tanah air selama 41 hari, karena itu, sebelum meninggalkan rumah, terlebih dahulu minta restu dan izin seluruh anggota keluarga, tetangga terdekat. Jaga kesehatan sebab ibadah haji adalah ibadah yang membutuhkan kemampuan dan kesehatan fisik.
2. Pihak penerbangan membagi-bagikan satu koper haji ukuran besar, satu tas tentengan dan satu tas dokumen/jemaah. Koper ini hendaknya diisi baju ihram 2 atau 3 stel bagi wanita/pria, seragam jemaah, pakaian sehari-hari/pakaian salat, pakain dalam, baju hangat, sandal atau sepatu ringan, obat-obatan. Intinya adalah bawalah pakaian seperlunya saja. Karena ini perjalanan ibadah, bukan wisata.
3. Tas Tentengan, diisi pakain ihram 1 stel, handuk, pakaian dalam, perlengkapan mandi, sandal.
4. Tas dokumen, diisi dengan paspor. dokumen kesehatan, buka manasik haji, buku doa.
5. Kenali identitas/ciri khas rekan satu rombongan/kloter.
6. Selama dalam penerbangan, gunakan istirahat, sekali-sekali gerakkan anggota badan untuk olahraga kecil sambil duduk dan tetap mengenakan sabuk pengaman. Jangan membuang air sembarangan di pesawat. Selalu minta bantuan peramugari bila ada sesuatu hal yang penting.
7. Begitu tiba di bandara, pemondokan, pertama sekali perhati-hatikan tanda-tanda yang mudah diingat. Jangan asal masuk atau jalan sendiri alias sok tahu atau sok pintar, maklum kota tersebut mungkin baru pertama kali diinjak. Pahami mengenai rambu lalulintas dan nomor lantai hotel/pemondokan.
8. Bila janjian dengan rekan satu rombongan, tentukan titik kumpul dengan tanda apa. Misalnya pintu masjid, atau latarbelakang gedung apa. Sepakati jam berapa kumpul. Bila sesat jalan, laporkan kepada petugas dan sebutkan alamat pemondokan.
9. Identitas diri jangan ketinggalan dan bawa ke mana-mana, termasuk alamat pemondokan jemaah, seperti kartu nama hatel tempat penginapan.
10. Bila naik taksi sebaiknya kaum pria lebih dulu masuk taksi. Bila tidak penting, cukup jalan kaki untuk kesehatan.
11. Selama di Tanah Suci, perbanyak minum air bersih dan buah-buahan. Meski merasa tidak haus, bahkan kalangan dokter menganjurkan calhaj jangan minum air es karena bisa batuk-batuk atau flu.
12. Calhaj Indonesia pada umumnya membawa uang bekal atau uang saku. Selama di Madinah dan Mekkah jangan banyak membawa uang, tapi bawalah secukupnya bila pergi ke Masjidil Nabawi atau Masjidil Haram Mekkah Almukarromah, dan selebihnya dianjurkan agar disimpan atau dititipkan di pemondokan. Jangan memasak di pemondokan.
13. Jangan mudah percaya kepada orang yang baru dikenal. Bila ada hal-hal yang mencurigakan, sebaiknya lapor kepada petugas haji indonesia atau petugas keamanan Arab Saudi.
14. Sesuai prosedur tetap (protap) petugas haji Indonesia, termasuk keamanan (TNI/Polri) sudah melekat di rombongan jemaah. Bahkan posko dan pelayanan kesehatan juga disediakan.
15. Seluruh pelayanan haji (akomodasi dan kesehatan) gratis untuk calhaj Indonesia, terutama yang dikelola pemerintah (jemaah reguler dan ONH khusus). Berobat dan periksa kesehatan penginapan, angkutan, makan, semua biaya ditanggung pemerintah Indonesia.
16. Kewajiban jemaaha, antara lain wajib membayar ONH, mematuhi peraturan selama perjalanan ibadah haji, kemudian haknya adalah memperoleh pelayanan prima dari pemerintah, termasuk pendampingan bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di Arab Saudi.
17. Hal terpenting adalah, seluruh jemaah (calhaj dan petugas/panitia) jangan sombong dan takabbur di tanah suci. Bila khilaf, istighfar dengan sungguh-sungguh.
18. Jangan membawa barang-barang berbahaya, misalnya barang yang mudah meledak, kompor, gunting, pisau, gas, laptop, kamera, senjata tajam. Buku-buku yang tidak ada kaitan dengan ibadah haji, karena hal ini akan merepotkan di saat pemeriksaan keimigrasian di bandara Kerajaan Arab Saudi.
19. Kurangi budaya belanja oleh-oleh berlebihan. Sebagian besar, barang dagangan yang digelar di sana juga terdapat di tanah air.
20. Perbanyak doa dan mohon ampunan Allah SWT.
21. Dan lain-lainnya……===== Haji, Umrah
Tugas negara bernuansa ibadah ini sungguh mulia. Sebab pemberangkatan berkisar 220 ribu jemaah Indonesia, bukanlah hal mudah. Hal ini berbeda dengan memberangkatkan ribuan personel atau ratusan batalyon tentara ke satu medan pertempuran. Bila tentara sudah terlatih bertahun-tahun digambleng di medan latihan, sementara jemaah haji hanya beberapa bulan mengikuti latihan ((manasik) haji, selain itu usia, pendidikan, stastus sosial, ekonomi juga bervariasi. Untuk itu, memberangkatkan jemaah haji sangat berbeda dengan memberangkatkan pasukan ke medan pertempuran.
Singkat kata, sesuai dengan UU Haji, maka kewajiban dan hak jemaah diatur dalam peraturan tersebut. Terkait dengan peraturan dan perundang-undangan ini, pihak jemaah juga hendaknya memahami dengan benar bahwa perjalanan ke Tanah Suci bukanlah perjalanan biasa atau wisata, namun perjalanan ini adalah perjalanan ibadah. Untuk itu, tanamkan niat pertama ke Tanah Suci adalah ibadah yakni menunaikan rukun Islam kelima, tidak ada niat lain kecuali karena Allah SWT.
Lalu, calhaj yang kini dalam persiapan masuk asrama haji, selanjutnya bertolak ke Tanah Suci, penulis ingin berbagi pengalaman dan saran agar jemaah merasa aman dan nyaman selama menunaikan ibadah haji, terutama mengenai barang bawaan, jangan sampai barang bawaan bikin repot sendiri. Berikut tips atau kiat aman dan nyaman berangkat haji ke Tanah Suci.
1. Sesuai jadwal panitia pusat masa perjalanan ibadah haji ke tanah suci dan kembali ke tanah air selama 41 hari, karena itu, sebelum meninggalkan rumah, terlebih dahulu minta restu dan izin seluruh anggota keluarga, tetangga terdekat. Jaga kesehatan sebab ibadah haji adalah ibadah yang membutuhkan kemampuan dan kesehatan fisik.
2. Pihak penerbangan membagi-bagikan satu koper haji ukuran besar, satu tas tentengan dan satu tas dokumen/jemaah. Koper ini hendaknya diisi baju ihram 2 atau 3 stel bagi wanita/pria, seragam jemaah, pakaian sehari-hari/pakaian salat, pakain dalam, baju hangat, sandal atau sepatu ringan, obat-obatan. Intinya adalah bawalah pakaian seperlunya saja. Karena ini perjalanan ibadah, bukan wisata.
3. Tas Tentengan, diisi pakain ihram 1 stel, handuk, pakaian dalam, perlengkapan mandi, sandal.
4. Tas dokumen, diisi dengan paspor. dokumen kesehatan, buka manasik haji, buku doa.
5. Kenali identitas/ciri khas rekan satu rombongan/kloter.
6. Selama dalam penerbangan, gunakan istirahat, sekali-sekali gerakkan anggota badan untuk olahraga kecil sambil duduk dan tetap mengenakan sabuk pengaman. Jangan membuang air sembarangan di pesawat. Selalu minta bantuan peramugari bila ada sesuatu hal yang penting.
7. Begitu tiba di bandara, pemondokan, pertama sekali perhati-hatikan tanda-tanda yang mudah diingat. Jangan asal masuk atau jalan sendiri alias sok tahu atau sok pintar, maklum kota tersebut mungkin baru pertama kali diinjak. Pahami mengenai rambu lalulintas dan nomor lantai hotel/pemondokan.
8. Bila janjian dengan rekan satu rombongan, tentukan titik kumpul dengan tanda apa. Misalnya pintu masjid, atau latarbelakang gedung apa. Sepakati jam berapa kumpul. Bila sesat jalan, laporkan kepada petugas dan sebutkan alamat pemondokan.
9. Identitas diri jangan ketinggalan dan bawa ke mana-mana, termasuk alamat pemondokan jemaah, seperti kartu nama hatel tempat penginapan.
10. Bila naik taksi sebaiknya kaum pria lebih dulu masuk taksi. Bila tidak penting, cukup jalan kaki untuk kesehatan.
11. Selama di Tanah Suci, perbanyak minum air bersih dan buah-buahan. Meski merasa tidak haus, bahkan kalangan dokter menganjurkan calhaj jangan minum air es karena bisa batuk-batuk atau flu.
12. Calhaj Indonesia pada umumnya membawa uang bekal atau uang saku. Selama di Madinah dan Mekkah jangan banyak membawa uang, tapi bawalah secukupnya bila pergi ke Masjidil Nabawi atau Masjidil Haram Mekkah Almukarromah, dan selebihnya dianjurkan agar disimpan atau dititipkan di pemondokan. Jangan memasak di pemondokan.
13. Jangan mudah percaya kepada orang yang baru dikenal. Bila ada hal-hal yang mencurigakan, sebaiknya lapor kepada petugas haji indonesia atau petugas keamanan Arab Saudi.
14. Sesuai prosedur tetap (protap) petugas haji Indonesia, termasuk keamanan (TNI/Polri) sudah melekat di rombongan jemaah. Bahkan posko dan pelayanan kesehatan juga disediakan.
15. Seluruh pelayanan haji (akomodasi dan kesehatan) gratis untuk calhaj Indonesia, terutama yang dikelola pemerintah (jemaah reguler dan ONH khusus). Berobat dan periksa kesehatan penginapan, angkutan, makan, semua biaya ditanggung pemerintah Indonesia.
16. Kewajiban jemaaha, antara lain wajib membayar ONH, mematuhi peraturan selama perjalanan ibadah haji, kemudian haknya adalah memperoleh pelayanan prima dari pemerintah, termasuk pendampingan bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di Arab Saudi.
17. Hal terpenting adalah, seluruh jemaah (calhaj dan petugas/panitia) jangan sombong dan takabbur di tanah suci. Bila khilaf, istighfar dengan sungguh-sungguh.
18. Jangan membawa barang-barang berbahaya, misalnya barang yang mudah meledak, kompor, gunting, pisau, gas, laptop, kamera, senjata tajam. Buku-buku yang tidak ada kaitan dengan ibadah haji, karena hal ini akan merepotkan di saat pemeriksaan keimigrasian di bandara Kerajaan Arab Saudi.
19. Kurangi budaya belanja oleh-oleh berlebihan. Sebagian besar, barang dagangan yang digelar di sana juga terdapat di tanah air.
20. Perbanyak doa dan mohon ampunan Allah SWT.
21. Dan lain-lainnya……===== Haji, Umrah
Sumber: Poskota
20101202
Tips Menyiapkan Dana Haji
Muslim dari seluruh dunia berbagai ras dan suku bangsa datang bondong-bondong menuju ke satu tempat untuk melakukan ibadah haji. Tak peduli kaya, tak peduli miskin, tak peduli dari mana asalnya dan apa pekerjaannya, semuanya berkumpul di tempat yang sama dengan pakaian yang sama dan melakukan hal yang sama. Sungguh, ibadah haji merupakan ibadah yang spesial untuk ummat Islam.
Sebagian besar jamaah yang pulang dari menjalankan ibadah haji merasakan betapa kerinduan mereka begitu tinggi untuk kembali ke sana. Dan bagi yang belum pernah ke sana, namun sudah memiliki niat yang kuat untuk berangkat haji. Biasanya juga memiliki kerinduan yang tidak kalah besarnya untuk segera berangkat ke sana. Mendengarkan pengalaman para haji dan hajjah saja tidaklah cukup, Kerinduan itu hanya bisa diobati dengan datang langsung dan menjalankan ibadah haji sebagai salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan setidaknya sekali dalam seumur hidup.
Namun tidak mudah untuk bisa berangkat haji dan menjadi salah satu tamu Allah. Selain persiapan mental dan fisik yang harus prima, biasanya kendala keuangan menjadi penghalang yang utama. Tidak sedikit jamaah haji asal Indonesia berusia senja di atas umur 40 atau 50 tahun, sebagian mungkin berangkat di usia senja karena baru mendapat hidayah untuk segera berangkat haji, namun sebagian lagi terpaksa menunda karena alasan faktor biaya.
Mumpung masih muda, mari kita kuatkan niat kita untuk segera berangkat haji ke tanah suci. Biaya bukan kendala kalau memang niat sudah kuat membaja. Tinggal bagaimana kita mengatur strateginya saja, supaya bisa berangkat sesegera mungkin dan menunaikan rukun Islam kelima ini.
Perkiraan Biaya Dana Haji
Memang biaya haji tidaklah kecil, apalagi kalau kita amati dari tahun ke tahun ternyata hampir selalu mengalami kenaikan. Sebelum krismon, pada saat nilai tukar rupiah terhadap dollar masih rendah, biaya naik haji masih dibawah angka 10 juta. Namun setelah krisis moneter menghantam Indonesia dan nilai tukar dollar pun melambung tinggi, biaya perjalanan ibadah haji (bpih) pun melonjak sampai di atas 20 juta untuk setiap jamaah.
Kalau kita hitung dengan nilai rupiah, BPIH memang melonjak jauh. Karena sebagian besar komponen biaya memang dikeluarkan di luar negeri yang menggunakan mata uang dollar sebagai standar. Ketika nilai tukar rupiah melemah, maka biayanya menjadi bertambah mahal lagi.
Tentu saja fluktuasi harga ini akan menyulitkan untuk melakukan perkiraan berapa biayanya beberapa tahun yang akan datang jika kita ingin menyiapkan dananya dari sekarang. Oleh karena itu, dalam merencanakan biaya naik haji, gunakanlah perkiraan harga dalam mata uang dollar atau dalam bentuk logam mulia emas.
Kalau dinilai dalam dollar atau emas, biaya perjalanan ibadah haji yang ditetapkan pemerintah berkisar antara US$ 2.500 – 3.000 per jamaah, atau sekitar 250 – 300 gram emas murni. Angka inilah yang bisa kita jadikan sebagai target pengumpulan dana untuk naik haji kelak, insya Allah.
Tabungan Dana Haji
Perbankan memiliki sebuah produk yang dikhususkan untuk nasabahnya yang akan segera berangkat ke tanah suci. Produk seperti ini bisa bermacam-macam namanya. Ada sebagian bank yang menamakannya Tabungan Haji Indonesia, ada juga yang menyebutnya Tabungan Arafah atau Tabungan Mabrur.
Apapun namanya produknya, ini adalah produk tabungan yang bersifat khusus yang diselenggarakan oleh bank. Tabungan ini selain berfungsi sebagai sarana menyimpan uang, juga membantu nasabah dalam hal administrasi pendaftaran haji. Karena tabungan ini khusus dirancang untuk membantu nasabah mempersiapkan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dengan cara mendaftarkan nasabah langsung ke Departemen Agama secara on-line melalui SISKOHAT (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu).
Jika waktu pendaftaran haji sudah dibuka, bank akan mendaftarkan nasabahnya sebagai calon jamaah haji hingga mendapatkan kepastian untuk berangkat pada musim haji berikutnya. Bahkan sekarang ini, pemerintah hanya menerima pendaftaran haji melalui tabungan haji di bank agar bisa serentak dan membatasi quota.
Kelebihan lain dari tabungan haji ini adalah, bank juga dapat memberikan dana talangan pada nasabah yang ingin naik haji tahun itu tapi memiliki kendala arus kas. Bank bisa menyediakan dana talangan pelunasan BPIH sebelum tanggal akhir pelunasan, tentu saja jika bisa dipastikan bahwa nasabah itu mampu untuk mengembalikan dana talangan tersebut sebelum berangkat.
Karena banyaknya fasilitas tambahan yang diberikan, biasanya bank memberikan bagi hasil yang lebih kecil jika dibandingkan dengan tabungan biasa. Bahkan kalau dibandingkan nibah bagi hasil tabungan haji bisa jadi hanya setengah dari nisbah tabungan biasa.
Hal ini biasanya tidak terlalu bermasalah bagi nasabah, karena umumnya niat mereka membuka tabungan haji adalah untuk mendapatkan pelayanan pendaftaran haji, bukan mengharapkan bagi hasil. Yang penting dapat kepastian kursi, bagi hasil kecil tidak masalah. Begitu kira-kira alasan mereka.
Untuk itu, menurut hemat saya, tabungan haji ini tidak efektif jika dimaksudkan sebagai sarana investasi dalam jangka panjang. Produk ini lebih cocok untuk untuk jangka pendek, dengan niat untuk mengumpulkan uang khusus biaya naik haji dan agar tidak terpakai untuk keperluan lain.
Asuransi Haji
Bukan cuma bank yang mengeluarkan produk tabungan khusus untuk ibadah haji, perusahaan asuransi pun tak mau ketinggalan menciptakan produk asuransinya khusus untuk masyarakat yang ingin menyiapkan dana untuk naik haji.
Mekanisme asuransi ini sebetulnya hampir sama dengan asuransi dwiguna lainnya seperti asuransi pensiun atau asuransi pendidikan. Yaitu asuransi yang mengandung unsur proteksi dan investasi. Setiap premi yang dibayarkan sebagian dialokasikan untuk proteksi dan sebagian lagi dialokasikan untuk investasi.
Dengan asuransi haji, kita bisa melakukan penyiapan dana yang lebih terencana dan terjadwal dengan baik. Anda hanya perlu menetapkan target kapan akan naik haji, maka perusahaan asuransi bisa menghitungkan untuk Anda berapa kira-kira setoran yang harus dibayarkan untuk mencapai target tersebut.
Tentunya manusia hanya bisa berencana, namun Tuhan jugalah yang punya keputusan. Jika terjadi hal diluar rencana seperti kematian misalya, asuransi akan memberikan santunan kepada ahli waris. Selain itu, asuransi juga dapat memberikan biaya penyelenggaraan ibadah haji kepada keluarga yang ditinggalkan. Jika sang ayah sudah susah payah mengumpulkan sejumlah uang untuk naik haji namun ajal sudah keburu menjemput, maka istrinya atau anaknya bisa menggantikannya berangkat haji.
Emas
Kalau kita lihat orang-orang tua jaman dulu, mereka bisa pergi haji dengan menjual tanah, emas atau hewan ternak mereka. Itulah alat investasi jaman dahulu, benda-benda yang memiliki nilai yang naik atau setidaknya tidak habis dimakan waktu. Dan yang paling efektif biasanya adalah dalam bentuk emas.
Karena emas memiliki nilai yang stabil jika dibandingkan dengan kenaikan harga (inflasi) dan juga stabil jika dibandingkan dengan nilai mata uang asing, maka emas bisa menjadi alat investasi yang efektif untuk menyiapkan dana naik haji. Selain itu, cara menghitungnya juga mudah saja. Bagi saja target emas 2.500 – 3.000 gram dengan jumlah tahun kita akan berangkat haji.
Sebagai contoh adalah ilustrasi berikut. Pak Adi dan Bu Beti berniat untuk bisa naik haji bersama-sama sekitar lima tahun yang akan datang. Pada saat ini keduanya memiliki simpanan emas sebanyak 50 gram. Maka untuk menghitung berapa gram emas yang harus dipersiapkan oleh keduanya adalah sebagai berikut:
Biaya yang diperlukan = 250 gram x 2 = 500 gram emas
Biaya yang sudah ada = 50 gram emas -
Biaya yang masih perlu disiapkan = 450 gram emas
Tabungan emas = 450 gram = 90 gram/tahun = 7,5 gram/bulan = 5 tahun
Dari perhitungan tersebut terlihat, bahwa kalau Pak Adi dan Ibu Beti ingin naik haji 5 tahun yang akan datang, mereka perlu menabung sebanyak 90 gram emas per tahun atau 7,5 gram setiap bulannya. Kalau itu mereka lakukan dengan rutin, maka pada tahun kelima mereka sudah bisa memiliki 500 gram emas untuk biaya naik haji 2 orang.
Ada satu hal yang perlu diperhatikan jika menyimpan emas untuk naik haji, bahwa emas simpanan harus dikenakan zakat. Jika simpanan emasnya sudah melebihi 85 gram, maka pak Adi dan Ibu Beti harus membayar zakat sebanyak 2,5% dari jumlah emas yang mereka miliki. Zakat ini harus dibayarkan setiap satu tahun sekali, baik berupa emas ataupun uang yang senilai dengan emas tersebut.
Tapi jangan lupa, berinvestasi emas bukan berarti tidak beresiko. Resiko yang paling besar jika berinvestasi pada emas adalah masalah penyimpanannya. Harus hati-hati sekali menyimpan emas, jangan sampai harta yang sudah dikumpulkan susah payah untuk menjalankan ibadah malah raib digasak perampok. Oleh karena itu, disarankan agar menyimpannya di lemari besi atau safe deposit box yang bisa disewa di bank tertentu.
Atau kalau lebih praktis lagi, kita bisa membeli koin emas ONH di Pegadaian dan menitipkannya disana tanpa harus dibawa pulang. Yang kita bawa pulang hanya surat-suratnya saja sebagai tanda kepemilikan, sedangkan emasnya sendiri dititipkan di Pegadaian. Tentu saja cara ini bisa lebih aman walau harus membayar biaya tambahan untuk penitipan emas tersebut.
Ternyata, ada banyak cara untuk bisa naik haji. Jangan berkilah belum mampu sedangkan haji hanya diwajibkan untuk yang mampu. Tapi mampukanlah diri Anda untuk memenuhi panggilan Allah ke rumah-Nya. Kuatkan niat, sempurnakan ikhtiar, insya Allah naik haji bukan cuma impian lagi.
Salam
Ahmad Gozali
Perencana Keuangan
Labels:
dana haji,
Tips Persiapan Pergi Haji
20101125
Video Tips Persiapan Pergi Haji
Berikut Video Tips Persiapan Pergi Haji dan Bagaimana Memilih Travel
Subscribe to:
Posts (Atom)
Kata-kata Hikmah..!
Jelang Pemilu, Jangan Golput !
Di Pemilu 2009